[UPDATE] Mission Impossible : Ghost Protocol (2011) Review

12/17/2011 06:57:00 PM

Apakah sutradara pemenang Oscar, Brad Bird akhirnya berhasil melancarkan karir-nya lewat debut penyutradaraan film Live Action pertamanya dalam installment terbaru Mission Impossible? Atau justru gagal menghidupkan kembali franchise Mission Impossible seperti harapan Paramount dan Tom Cruise? Let’s find out.

Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa nama besar Tom Cruise kini kian menyusut di Hollywood. Hal ini sudah terbukti lewat pemasukan beberapa film blockbuster terakhirnya paska dipecat oleh Paramount, “Valkyrie” dan “Knight and Day” yang gagal menembus angka $100 million di America, meski kedua film tersebut mendapat respon yang cukup baik dari kritikus. Oleh karena itu, untuk tahun ini, Tom Cruise berusaha mendekati Paramount lagi dan mengembalikan citra-nya dengan memproduksi sequel film yang telah membesarkan nama-nya : Mission Impossible. Brad Bird pun ditunjuk sebagai sutradara, sedangkan J.J Abrams, sutradara film sebelumnya, duduk di kursi produser. Bagi yang belum familiar, Brad Bird adalah sutradara yang telah memenangkan 2 piala Oscar lewat film animasi Disney-Pixar, The Incredibles dan Rattatouile; serta tergabung sebagai senior creative team Toy Story 3 dan Up (di mana kedua film tersebut juga memenangkan piala Oscar). Dengan segala prestasi yang telah ia raih tersebut, apakah Mission Impossible IV berhasil menjadi film espionage yang mendebarkan dan mengangkat kembali nama besar Tom Cruise dan franchise Mission Impossible?

Fortunately, Yes. Mission Impossible IV ini tidak hanya berhasil memenuhi harapan para penonton, fans dan pihak studio sendiri, namun juga menobatkan dirinya sebagai film action terbaik tahun ini. 
Plot yang disuguhkan dalam film ini sebenarnya termasuk yang paling sederhana  dan terlalu straight-forward dibanding ketiga film MI sebelumnya. Ethan Hunt (Tom Cruise) dan team-nya kini tengah dituduh sebagai teroris akibat misi mereka di Rusia gagal dan berujung pada pemboman Kremlin. Pertikaian antara Rusia dan America kembali memanas, hingga memaksa presiden America melaksanakan ‘Ghost Protocol’ di mana IMF dan organisasi rahasia milik pemerintah dihentikan dan tidak diakui keberadaannya. Tim Ethan Hunt pun tidak memiliki pilihan lain selain menghentikan Hendricks ‘Cobalt’ (Michael Nyqvist), teroris sebenarnya yang ingin memicu perang nuklir. Hal ini dilakukan Ethan Hunt demi membersihkan nama IMF sekaligus mencegah perang dunia. Dengan peralatan minim dan tanpa dukungan fasilitas dari pemerintah sekaligus menjadi buronan nomor 1 di dunia, misi kali ini adalah misi mereka yang paling impossible. 


Seperti yang telah disebutkan di atas, adegan aksi adalah keunggulan utama dari sequel terbaru MI tersebut. Oh, jangan berpikir Transformers, atau film - film sebangsanya yang asal meledakkan segala sesuatu yang terlihat di layar; adegan aksi dalam film ini jauh lebih cerdas, elegan dan sejauh yang saya ingat, adegan aksi dalam installment terbaru MI ini adalah adegan aksi paling spektakuler, gila, kreatif dan impossible yang pernah ada di film - film spionage. Salah satu yang paling tak terlupakan adalah adegan di mana Ethan Hunt harus memanjat Burj Khalifa, gedung tertinggi di dunia. Dengan tata kamera dan editing yang profesional, para penonton dipastikan akan ikut berdebar - debar dan menahan nafas ketika adegan tersebut berlangsung. Brad Bird juga tidak lupa menyelipkan easter egg ke film ini untuk menyentil ingatan para fans atau penonton yang mengikuti franchise MI dari awal, seperti opening scene dan music score-nya yang setia pada serial TVnya, lalu karakter Brandt yang melakukan adegan membobol komputer sambil 'melayang' secara horizontal yang cukup identik dengan yang dilakukan Tom Cruise di film pertamanya, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, film ini juga sukses membawa Brad Bird masuk ke dalam daftar sutradara film berbakat dekade ini berkat style penyutradaraannya yang memukau dan gebrakannya dalam menghadirkan adegan aksi yang imajinatif dan menakjubkan. Sehingga tidak heran apabila di kemudian hari, Brad Bird akan menerima tawaran dari studio - studio besar Hollywood untuk menggawangi film - film blockbuster mereka.


Naskah yang ditulis oleh duo penulis naskah serial TV Alias, Josh Appelbaum dan Andre Nemec, memang tidak menghadirkan aliran plot yang baru, bahkan cenderung sederhana dan berjalan terlalu mulus tanpa adanya twist yang berarti. Untungnya, plot tersebut dikembangkan mereka dengan baik dan pace-nya mengalir dengan stabil. Karakter - karakternya, baik yang lama maupun yang baru, juga dibuat lebih menarik dari film - film sebelumnya, mulai dari Ethan Hunt yang dingin dan cerdas; Benji, seorang ahli komputer yang diperankan dengan baik oleh Simon Pegg; Jane, seorang agen perempuan yang sensual dan mematikan; dan Brandt, tokoh baru yang berhubungan dengan masa lalu Ethan  dan diperankan oleh Jeremy Renner. Keempat karakter sentral tersebut bisa dibilang sukses menghadirkan chemistry yang kuat sehingga membuat film ini tampak lebih menarik dan menyenangkan. Karakter Benji dan Brandt juga meninggalkan kesan tersendiri berkat selipan humor - humor segar mereka yang efektif dan tidak mengurangi tensi ketegangan yang ada. 


Sayangnya, karakter antagonis utama dalam MI4 malah terkesan tidak terurus sama sekali. Screen time-nya sangat sedikit dan mostly, karakter tersebut tidak banyak berbicara dan motifnya sendiri terkesan  cukup konyol : [SPOILER] memecah perang nuklir demi membuat dunia menjadi lebih baik, seriously?! [END OF SPOILER]. Sehingga secara tidak langsung, karakter tersebut seakan - akan hanya dibuat sebagai pelengkap saja : karakternya tidak mempunyai latar belakang yang jelas, ataupun penjelasan bagaimana ia bisa mendapatkan peralatan canggih dan skill agen mata - mata yang hebat, dan lain sebagainya. Ujung - ujungnya, tidak sedikit yang menobatkan Hendricks Cobalt sebagai karakter antagonis terpayah dalam franchise Mission Impossible dan mungkin juga merusak kenikmatan sebagian penonton yang masih memakai otaknya untuk memikirkan alur cerita film ini. 

Overall, di luar plot yang sederhana dan karakter antagonis yang tidak menarik, Mission Impossible : Ghost Protocol tetaplah berhasil keluar sebagai film aksi paling menghibur tahun ini sekaligus menjelma sebagai installment Mission Impossible terbaik berkat adegan aksinya yang memukau, naskah yang solid dan chemistry antar karakternya yang kuat. Selain itu film ini juga memberi angin segar pada genre spionage, yang akhir - akhir ini sempat menurun kualitasnya karena dirusak oleh Jason Statham atau kecenderungan para sineas untuk bermain aman dengan formula yang sudah usang.

You Might Also Like

1 comments

Just do it.