STEP UP REVOLUTION (2012) REVIEW

8/22/2012 11:04:00 PM



Dengan budget minim, tentu bukan hal yang sulit bagi franchise Step Up yang dimiliki Summit ini untuk balik modal melalui pemasukannya di box office seluruh dunia. Ditambah lagi dengan fanbase yang jumlahnya tidak sedikit, jelas mudah bagi Summit untuk tetap percaya diri dalam memperpanjang masa hidup franchise tersebut. Dan untuk tahun ini, mereka merilis installment terbaru dari Step Up dengan subtitle yang berganti - ganti terus, mulai dari ‘Step Up 4’, ‘Miami Heat’, hingga ‘Revolution’. Namun toh, apapun subtitle-nya, hal ini tidak akan berpengaruh terhadap target penontonnya yang hanya peduli pada gerakan - gerakan tariannya. Tetapi, apakah pihak studio masih tetap saja tidak mempedulikan kualitas naskah dan alur cerita yang baik terhadap franchise Step Up?



Berbicara kualitas franchise Step Up, mungkin akan banyak mengingatkan kita dengan franchise Final Destination. Kedua franchise tersebut hanya bertitik berat pada elemen - elemen yang memperkuat genre dan target penontonnya. Apabila Final Destination lebih menjual adegan gore yang berdarah - darah, maka Step Up lebih menjual koreografi tari - menari yang dahsyat. Kedua film tersebut memang sangat digemari oleh penggemar genre masing - masing, tetapi apakah hal tersebut dapat bertahan lama apabila pihak studio tidak berinovasi dalam segmen lainnya? Installment terbaru Final Destination sudah menyuguhkan sedikit kejutan dan pengembangan dari segi ceritanya (walau tidak sampai memberi nafas segar untuk franchise tersebut), lantas bagaimana dengan Step Up 4?


The Mob adalah sebuah grup dance bermarkas di Miami yang dipimpin oleh Sean (Ryan Guzman) dan Eddy (Misha Gabriel). Mereka kini tengah berusaha untuk menarik perhatian masyarakat sekaligus mempopulerkan video tarian mereka di youtube agar dapat memenangkan hadiah US$100.000. Sayang, usaha mereka terancam gagal kala seorang konglomerat, Anderson (Peter Gallagher) hendak menghancurkan kawasan tempat tinggal The Mob untuk dibangun sebuah hotel mewah dan tempat pariwisata.

Alur cerita Step Up 4 bisa dibilang sedikit berbeda arah dengan installment sebelumnya. Sayang, pihak sineas lebih senang bermain aman, menutup kreatifitasnya rapat - rapat dan terlalu percaya diri dengan hanya mengandalkan koreografi tariannya. Yeah, tidak ada yang bisa menyangkal keindahan dan kedahsyatan tarian dalam film ini. Para dancer di seluruh dunia pun akan terperangah dengan film ini, bahkan memuji - mujinya sebagai film terbaik sepanjang masa bagi mereka. Well, tidak ada yang salah dengan itu. Tetapi seperti yang kita ketahui, penghasilan box office juga tidak hanya bersandar pada para pecinta genre tersebut, namun juga masyarakat dan para pecinta film. Dan di sinilah, apabila pihak sineas dan studio enggan untuk berinovasi dalam unsur penceritaan, franchise Step Up akan terus gagal untuk menjadi sebuah cinematic experience yang diharapkan oleh masyarakat dan pecinta film. Well, at least hal ini sudah terlihat dari segi pendapatan box office Step Up 4 di Amerika sana yang hanya sanggup menutup biaya produksinya saja. 


Sama seperti seri - seri sebelumnya, kisah Step Up 4 berdiri sendiri dan tidak berkaitan, sehingga anda tidak perlu memburu DVD / Blu-ray Step Up 1-3 bagi yang belum menyaksikannya, kecuali anda ingin melihat perkembangan koreografi tariannya. Ya, Step Up 4 kembali menghadirkan tarian - tarian spektakuler yang belum pernah anda saksikan sebelumnya. Bahkan bisa dibilang yang terbaik dalam franchise tersebut. Tarian yang disajikan lebih berkelas dan tidak sekedar di atas panggung saja, tetapi juga berkaitan langsung dengan unsur ceritanya; layaknya film - film musikal di mana lagu yang dinyanyikan merupakan bagian langsung dari ceritanya. Tarian tersebut bisa ‘berbicara’ dan para penonton yang jeli akan dapat dengan mudah untuk mencerna segala bahasa yang diucapkannya. Cinematography film ini juga layak untuk diacungi jempol karena berhasil memberikan beberapa adegan yang stunning dan sekeren tarian itu sendiri. 
Dan menurut saya, di sinilah kelebihan utama seri terbaru Step Up ini.

Akan tetapi, patut disayangkan karena kualitas naskah film ini sangat menyedihkan dan sangat kontras dengan jerih payah para choreographer serta penari dalam film ini. Mulai dari pengembangan ceritanya yang predictable, dialog tidak natural, hingga endingnya yang (lagi - lagi) membuat segala penyelesaian masalah begitu mudah dan tidak logis sama sekali. Tidak hanya itu, performa para aktor - aktrisnya juga, yah, bisa dibilang standard, meski dapat dimaklumi karena mereka adalah penari profesional yang lebih sanggup mengutarakan dialognya secara fantastis melalui tarian mereka (no pun intended). 


Overall, Step Up 4 bisa dibilang sanggup menunjukkan sedikit peningkatan dan tampil lebih menarik dibanding predecesor-nya. Tetapi, saya yakin pihak studio dan producer dapat berbuat lebih banyak dalam segmen formula naskahnya, tidak hanya mengubah plotnya saja. Bayar seorang penulis naskah yang memang profesional di bidangnya, godok formula yang fresh, dan tunjuk sutradara yang mampu mengeluarkan segala potensi yang ada dalam genre musical / dance [sekedar contoh : West Side Story (1961), The Black Swan (2010); tapi tentu kita tidak mengharapkan Step Up 5 akan berakhir seperti The Black Swan, lol]. Dengan demikian, saya yakin franchise Step Up masih dapat survive di seri berikutnya dan belum membutuhkan sentuhan latah para studio - studio Hollywood sana, Reboot, apalagi mengingat alur cerita Step Up tidak saling berkaitan satu sama lain. 



You Might Also Like

0 comments

Just do it.