Contagion (2011) Review
11/28/2011 04:51:00 PM
Apakah Contagion berhasil menjadi film sci-fi yang menegangkan dan memanfaatkan aktor - aktris papan atasnya dengan baik, atau malah membosankan karena terlalu mengkuliahi para penontonnya dengan segala teori - teori ilmiahnya?
Steven Soderbergh adalah salah satu sutradara yang gemar memakai aktor - aktris papan atas di setiap filmnya; tidak hanya 1 - 2 orang, melainkan mencapai lebih dari 10 orang, baik untuk peran utama maupun pendukungnya. Beberapa filmnya yang paling mencolok adalah trilogy Ocean’s dan yang terbaru, Contagion. Meski memakai aktor dan aktris papan atas, Steven masih mempedulikan faktor cerita dan kualitas filmnya. Oleh karena itulah, film - film Steven Soderbergh memiliki fans tersendiri. Dalam film terbarunya ini, Steven menghadirkan kisah yang sebenarnya cukup klise yakni mengenai virus mematikan yang menyebar di seluruh dunia. Untungnya, film ini tidak menggunakan Zombie untuk menakut - nakuti penontonnya, melainkan lebih mempermainkan sisi psikologis penontonnya lewat drama, perubahan sifat para karakternya dan tensi ketegangannya. Namun apakah formula tersebut berhasil diterjemahkan Soderbergh dengan baik?
Fortunately, Contagion berhasil masuk ke dalam daftar film sci-fi terbaik tahun ini, meski tidak harus menduduki peringkat pertama. Walaupun adegan aksi dalam film ini sangat minim (atau bahkan bisa dibilang tidak ada), Contagion berhasil menjaga tensi ketegangan yang terus meningkat seiring film berjalan semakin dalam berkat plot yang solid, naskah yang cerdas dan karakter - karakter yang luar biasa. Tidak seperti film sci-fi kebanyakan, Contagion memiliki 3 cerita utama yang saling berkaitan satu sama lain dan tiap kisahnya mewakili lapisan masyarakat yang paling berpengaruh terhadap fenomena tersebarnya virus mematikan tersebut : Pemerintah, Ilmuwan, dan masyarakat itu sendiri. Kisah dimulai ketika Beth Emhoff (Gwyneth Paltrow) mengeluh sakit kepala dan demam tinggi setelah perjalanan bisnis-nya di HongKong. Sang suami, Mitch Emhoff (Matt Damon) menganggapnya terkena flu biasa, hingga suatu hari, sang istri kejang - kejang dan meninggal. Ternyata Beth mengidap virus mematikan yang sangat mudah menular dan dalam hitungan hari, sudah menyebar di seluruh dunia. Pasukan ilmuwan pun dikerahkan CDC (Center for Disease Control) untuk menekan jumlah korban dan bertanding dengan waktu dalam usaha menemukan vaksin penyakit tersebut.
Yeah, saya setuju. Inti plotnya memang simple, namun plot tersebut mampu berkembang dengan pesat dan cepat; secepat penyebaran virus itu sendiri. Hanya berbekal penjelasan ilmiah dan dialog - dialog cerdas yang dibalut dengan musik yang semakin memacu adrenalin, para penonton tidak dibiarkan mengalihkan pandangannya dari layar dan subtitle yang terus mengalir deras; bahkan untuk melirik jam tangan atau ke toilet sekalipun. Sayangnya, beberapa penonton terutama yang sudah jenuh dengan pekerjaan / sekolah, akan mendapati film ini sangat membosankan, menjemukan dan tidak menghibur akibat rentetan dialog kompleks yang harus dicerna dan dipikir baik - baik.
Selain plotnya, Steven juga tidak lupa untuk mempermainkan psikologis para penonton. Dan permainan tersebut tidak akan sukses apabila tidak didukung oleh ensemble cast yang gila - gilaan. Hampir semua karakternya dimainkan sangat menarik oleh para aktor - aktris tersebut dan semuanya dibuat berada di ranah abu - abu : tidak ada yang baik, dan juga tidak ada yang jahat. Dari beberapa karakter tersebut, yang paling menarik perhatian adalah karakter yang diperankan Jude Law, Alan Krumwiede; di mana karakter tersebut adalah tipe orang yang mencari kesempatan dalam kesempitan. Dengan berbekal bakat nggosipnya yang hebat, dia berhasil memunculkan harapan kosong di masyarakat yang pada ujungnya malah membuat kekacauan semakin menjadi - jadi. Bagi yang mengikuti masa kelam dunia perfilman Indonesia selama bulan Februari hingga pertengahan Juli lalu akan mendapati bahwa tokoh Allan sangat mirip dengan orang - orang bermulut manis yang doyan obral janji; yang tentunya sangat annoying dan menjengkelkan. Bahkan bisa dibilang keseluruhan film ini juga mampu menggambarkan kekacauan para pecinta film kala itu.
Di luar segala kelebihannya itu, Contagion tentu memiliki beberapa problem seperti kebanyakan karakter, alur yang super cepat, plot yang terlalu kompleks untuk dimengerti, ending yang kurang menggigit dan minimnya adegan aksi. Jadi bisa disimpulkan bahwa Contagion bukan film untuk semua orang. Namun bagi pecinta sci-fi dan film - film berat, Contagion akan memanjakan otak anda.
Personal Note : bagi yang bertanya - tanya kenapa post di blog ini sempat terhenti arusnya,
well, itu karena saya harus bed rest selama 2 minggu, belum lagi serbuan UAS dan tugas - tugas yang tertinggal membuat blog ini terbengkalai untuk sementara waktu. hahaha. But, don't worry, blog ini akan kembali "hidup" dan up to date seperti sedia kala.
Upcoming review : Tintin, Tintin 3D review, Breaking Dawn, Puss in Boots and Puss in Boots 3D review.
0 comments
Just do it.