THE RAID 2 BERANDAL (2014) : PUISI DALAM AKSI

3/29/2014 06:34:00 PM



2014 / Indonesia / 150 Minutes / Gareth Evans / 2.39:1 / R

Semenjak menggebrak layar pertama kali di Toronto International Film Festival tahun 2011 silam, The Raid (Serbuan Maut) sudah menjadi sebuah sensasi. Tidak hanya di dalam negeri asalnya sendiri, Indonesia, tetapi juga di kancah dunia perfilman internasional.


The Raid adalah film aksi laga yang sulit untuk ditemui tandingannya saat ini. Dengan alur cerita yang sangat sederhana dan budget produksi yang terbilang minim, Gareth Evans, selaku penulis naskah dan sutradara, sanggup memanfaatkan kesederhanaannya itu dengan menyuguhkan adegan aksi dan koreografi aksi spektakuler yang dipadatkan dalam durasi sepanjang 100 menitnya itu. Berkat semangat Gareth Evans dengan segala keterbatasannya dan kesuksesan The Raid yang luar biasa, para produser dan investor tidak segan untuk memberi kucuran dana sebesar US$4,1 juta, atau sekitar empat kali lipat dari budget film pertamanya, untuk menggarap film The Raid 2 : Berandal agar sesuai dengan visi dan imaginasi liar Gareth Evans.

Mengambil setting dua jam setelah akhir film pertamanya, Rama (Iko Uwais), satu dari dua orang yang selamat dari peristiwa penyerbuan bandar Narkoba milik Tama (Ray Sahetapy), mulai menyadari bahwa dia baru saja terjerumus ke dalam dunia hitam kota Jakarta. Kini Rama dan keluarganya tidak akan pernah bisa hidup tenang selama dua grup mafia kelas kakap, Goto (Kenichi Endo) dan Bangun (Tio Pakusadewo), masih berkuasa penuh membiayai polisi-polisi korup dan memberantas semua orang yang menantang mereka.

Bunawar (Cok Simbara), seorang polisi veteran, mengendus hal ini dan segera merekrut Rama untuk menyusup ke dalam keluarga mafia milik Bangun dengan mendekati putranya yang ambisius, Uco (Arifin Putra), yang kini sedang dipenjara. Tetapi misi tersebut tidak semudah membalik telapak tangan karena ada seorang mafia lain bernama Bejo (Alex Abbad) yang berniat untuk mengambil alih kekuasaan Goto dan Bangun dan menghancurkan organisasi mereka untuk selama-lamanya. 

Satu hal yang langsung menarik perhatian dari film ini adalah bahwa Gareth Evans nyaris membuatnya berkali-kali lipat lebih besar di segala aspek; mulai dari set tempat yang kini tidak lagi terbatas di satu lokasi saja tetapi juga di tempat-tempat elit di Jakarta, suguhan cerita kompleks yang membuat kisah dalam film pertamanya tampak seperti sebuah percakapan ringan, sampai dengan adegan aksi yang sudah tidak lagi terbatas pada adegan baku-hantam saja, tetapi juga car chase mendebarkan dan aksi tembak-tembakan yang melibatkan lebih dari 60 macam senjata. Tata produksi, tata suara, dan teknik sinematografinya pun juga meningkat drastis berkat suntikan dana yang lebih besar dan tentunya, pengalaman Gareth Evans sebagai seorang sutradara.

Tetapi “lebih besar” bukan berarti sepenuhnya “lebih baik”. Berbeda dengan film pertamanya yang cukup straight-forward, The Raid 2: Berandal cenderung memaksa para penonton untuk mengikuti alur ceritanya karena Gareth Evans sepertinya tidak ingin kalau sekuel dari film hitsnya kali ini dicap lagi sebagai film minimalis yang hanya bisa dinikmati adegan aksinya saja, atau lebih parahnya, film malas yang menggunakan ulang template sukses film pertamanya. Alhasil, cukup mudah untuk mengidentifikasi bahwa alur cerita dalam The Raid 2 ini memiliki kekontrasan yang terlalu mencolok dengan predesesornya dan terpaksa memisahkan para fans menjadi dua kubu: antara yang bisa menerima perubahan gaya bertuturnya dan yang tidak bisa menerima perubahan tersebut.

Ditilik secara objektif, The Raid 2 jelas mempunyai beberapa problematika dalam hal eksekusi ceritanya yang kelewat sulit untuk diikuti. Para penonton dibuat terkejut ketika semua konklusi dari film pertamanya mendadak langsung dibersihkan kontinuitasnya dalam sepuluh menit pertama film ini, dan menyisakan Rama seorang diri sebagai satu-satunya karakter dari film The Raid pertama yang masih mempunyai peran. Ibaratnya, The Raid 2 seakan ingin menjadi film yang benar-benar baru dengan memanfaatkan popularitas dan sedikit benang merah dari film pertamanya. Tetapi hal ini bukan berarti The Raid 2 adalah film reboot, apalagi, film yang mengecewakan.

Selepas dari sepuluh menit pertamanya, karakter-karakter baru mulai bermunculan di sana-sini dengan desain yang sangat kuat, memorable, dan unik—seperti diadaptasi dari buku komik—dan karakterisasi yang jauh lebih menarik dibandingkan dengan film pertamanya yang stereotip. Sayangnya, The Raid 2 tampak terlalu sibuk memperkenalkan karakter-karakter tersebut dan Gareth Evans sendiri sepertinya tidak pernah menginjak rem imajinasinya karena ide-ide cerita baru terus dipaksa masuk ke dalam alur. 

Alhasil, durasi sepanjang 150 menitnya itu masih terasa kurang bagi para penonton untuk mencerna poin-poin cerita yang ada dan segala hal yang terjadi di layar karena semuanya dituturkan begitu cepat, terlebih lagi kenihilan subtitle bahasa Inggris untuk versi bioskop membuat dialog-dialognya sulit diikuti. The Raid 2 sendiri mendadak berubah haluan dari sebuah kisah polisi jujur yang menjadi mata-mata ke sebuah epik drama mafia yang terlalu kompleks dan terlalu fokus dengan konflik dalam keluarga mafia itu sendiri daripada tokoh utamanya. Sekali lagi, hal ini bukan berarti The Raid 2 adalah sekuel yang mengecewakan. Hanya saja, ia terkesan terlalu penuh, berlebihan, ambisius, dan padat.


Soal adegan aksi, jangan khawatir. Gareth Evans bersama dengan Yayan Ruhian dan Iko Uwais tidak segan menyuguhkan koreografi aksi yang jauh lebih dahsyat, lebih berenergi, dan penuh darah dengan tingkat kebrutalan dan tiga puluh menit puncaknya yang berhasil melampaui perbatasan definisi kata ‘keren’. Sama seperti film pertamanya, Gareth Evans lebih banyak menggunakan practical visual effects daripada memanjakan dirinya dengan efek CGI seperti yang banyak dilakukan oleh sineas-sineas masa kini. Bahkan industri perfilman Cina yang dulu begitu populer dengan kehebatan koreografi dalam film-film martial arts-nya pun sekarang sudah jarang menelurkan sesuatu yang bisa menyamai kedahsyatan The Raid 2.






Overall, The Raid 2 adalah bukti usaha keras Gareth Evans untuk melampaui semua yang sudah dia capai di film pertamanya. Meski terkesan terlalu padat di segi cerita dan terlalu lepas dari gaya bertutur film pertamanya (yang membuatnya tampak seperti film baru daripada sekuel), The Raid 2 tetaplah merupakan sebuah film aksi ambisius yang tidak pernah hadir di sinema kita dan bahkan sudah jarang ditemui di sinema dunia.[]

Rating : ★ ★ ★ ★ ½



You Might Also Like

1 comments

Just do it.