CAPTAIN AMERICA THE WINTER SOLDIER (2014) : 3D REVIEW
4/02/2014 11:22:00 PM
Menentukan pilihan untuk menyaksikan versi 3D atau 2Dnya memang masih terasa sulit di tengah masyarakat, meski pihak grup 21 sekarang sudah mempermudahnya dengan menyetarakan harga tiket masuknya. Ya, kalau dulu kita punya alibi tentang masalah perbedaan harga, sekarang yang ada hanyalah masalah kualitas : apakah efek 3Dnya sanggup memberikan movie experience yang luar biasa, yang tidak dapat kita peroleh dari versi regulernya (2D) sehingga kita diharuskan untuk menyaksikan film tersebut dalam format 3D demi mendapatkan experience yang diharapkan sang sineas?
Note : saya TIDAK membahas isi filmnya dalam post ini.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tiap bioskop memiliki teknisi dan kualitas studio yang berbeda-beda, sehingga pengalaman menonton saya kemungkinan juga akan berbeda apabila anda menyaksikannya di bioskop lain. Saya juga sengaja mencantumkan tanggal saya menyaksikan film tersebut karena terkadang beragam bentuk perbaikan (upgrade software, firmware, pengaturan ulang, kalibrasi, dsb) juga bisa terjadi 1-2 hari setelah film tersebut tayang perdana di bioskop.
3D Technology : Dolby Digital 3D
Dolby Digital 3D adalah teknologi 3D yang digunakan oleh Cinema 21. Sedangkan Blitzmegaplex menggunakan teknologi Real-D 3D di bioskop jaringannya. Keduanya adalah teknologi 3D yang berbeda sehingga otomatis pengalaman menonton kemungkinan besar juga berbeda.
Shot in 3D : NO
Sama seperti semua film-film Marvel Cinematic Universe, efek 3D dalam film Captain America 2 juga hasil konversi.
Brightness : 3.5/5
Menggunakan kacamata 3D itu ibaratnya memakai kacamata hitam ketika menonton film di bioskop, sehingga gambar di layar akan menjadi lebih gelap.
Tingkat brightness dalam film Captain America 2 dapat dikatakan cukup buruk. Untung saja, scene di malam hari-nya tidak terlalu banyak dan masih watchable.
Depth : 1/5
Depth adalah ilusi kedalaman gambar di layar yang membuat para penonton merasa tengah menyaksikan adegan - adegan film tersebut dari balik jendela raksasa atau bahkan merasa ikut terlibat dalam adegan tersebut.
Installment Captain America yang pertama cukup unggul di kategori ini dengan shot-shot statis yang berhasil memberi kesempatan pada pihak 3D visual artist-nya untuk menghasilkan efek depth yang lebih baik. Tetapi tidak dengan sekuelnya. Shot-shot dalam The Winter Soldier cenderung difilmkan tanpa mempertimbangkan apakah angle tersebut dapat memberikan efek 3D yang baik. Sayang sekali.
Pop Out : 0/5
Pop Out adalah ilusi gambar yang keluar dari layar. Dan biasanya efek pop - out-lah yang dinanti - nantikan para penonton awam karena unsur hiburannya ataupun karena persepsi mereka terhadap efek 3D adalah gambar keluar layar. Namun, perlu dicatat bahwa pembuatan efek pop out dalam sebuah film bisa dibilang gampang - gampang susah. Dibuat berlebihan, akan menimbulkan gimmick dan membuat film tersebut tampak murahan. Oleh karena itu, dibutuhkan kreatifitas dan perencanaan yang matang agar efek pop out yang dihasilkan tidak terkesan dipaksakan.
Tidak ada efek pop-out sama sekali dalam film ini.
Health : 2.5/5
Tidak semua orang tahan ketika menyaksikan film 3D. Ada yang mengalami rasa pusing dan mual seusai menonton film 3D. Sebagai pecinta film dan 3D enthusiast, saya sangat bersyukur tidak dianugrahi "bakat" tersebut.
Tata brightness yang bermasalah dan banyaknya pengambilan gambar dengan teknik shaky cam (terutama adegan aksi) dalam The Winter Soldier membuat penonton dengan tubuh paling sehat pun akan merasa tidak nyaman.
Worth It? NO.
Percayalah, tonton versi 2Dnya saja. Anda tidak akan kehilangan apa-apa.
1 comments
Wokeh..
ReplyDeletebesok mw nonton yg 2D baen klp gtu
Just do it.