DAWN OF THE PLANET OF THE APES (2014) : GIANT LEAPS OF EVOLUTION
7/15/2014 10:26:00 PM2014 / 20th Century Fox / US / Matt Reeves / 130 Minutes / 1.85:1 / PG-13
Tidak ada yang menyangka kalau film Rise of the Planet of the Apes yang dirilis tahun 2011 silam berhasil menampik rasa skeptis dari para fans dan bahkan mengharafiahkan judulnya sendiri sebagai sebuah realita menakjubkan di dunia nyata. Film ini tidak hanya sukses secara komersil dan kualitas, tetapi juga sukses membangkitkan salah satu franchise besar milik 20th Century Fox yang sudah mati suri selama satu dekade sejak film remake Planet of the Apes garapan Tim Burton yang dianggap sangat mengecewakan itu.
Menyambut kesuksesannya yang mengejutkan itu, 20th Century Fox langsung menyalakan lampu hijau untuk penggarapan sekuelnya. Matt Reeves, yang sebelumnya sukses dengan film Cloverfield dan Let Me In, ditunjuk untuk menduduki kursi sutradara yang ditinggalkan oleh Rupert Wyatt. Tidak main-main, Fox bahkan, dengan percaya dirinya, mengucuri proyek ini dengan budget dua kali lipat lebih besar dari predesesornya, $170 juta, menjadikannya sebagai installment Planet of the Apes termahal yang pernah dibuat.
Sebagian besar tim sukses dari Rise of the Planet of the Apes pun dibawa kembali ke sekuelnya. Mulai dari Andy Serkis yang kembali memerankan Caesar dalam jubah motion capture-nya, tim visual effects WETA yang berhasil membawa teknologi motion capture ke level tertinggi yang belum pernah dicapai oleh film manapun, sampai duo penulis naskah Rick Jaffa dan Amanda Silver yang kembali menggoreskan pena-nya untuk sekuel Dawn of the Planet of the Apes.
Mengambil setting sepuluh tahun paska penghujung film Rise of the Planet of the Apes, virus simian flu telah memusnahkan sebagian besar populasi manusia di dunia dan menjadikan para kera sebagai spesies dominan di muka bumi. Manusia-manusia yang memiliki kekebalan terhadap virus simian flu mulai hidup bersama dalam komunitas-komunitas kecil, termasuk Malcolm (Jason Clarke) dan timnya yang dikumpulkan bersama di bawah pimpinan Dreyfus (Gary Oldman). Situasi antar dua kubu ini semakin memanas ketika salah satu anggota tim Malcolm tanpa sengaja membunuh seekor kera yang tidak lain adalah anggota sekutu ‘kera-kera cerdas’ yang dibangun oleh Caesar (Andy Serkis). Perang besar antara kera dan manusia pun lantas tak terelakan lagi.
Dawn of the Planet of the Apes sukses mengatur mood penontonnya semenjak opening scene-nya yang menggambarkan dampak dari peputaran roda evolusi terhadap dunia: bahwa kera-kera sudah tidak lagi diburu oleh manusia—seperti yang disuguhkan di opening scene Rise of the Planet of the Apes— melainkan mereka kini sudah bisa memburu untuk mencari pangan mereka sendiri, dengan teknik-teknik yang pernah dilakukan oleh manusia purba. Adegan tersebut menunjukkan kepada kita betapa mengerikannya apabila perabadan manusia benar-benar akan kembali pada jaman evolusi para kera. Hal ini banyak mengingatkan saya pada adegan pembuka film 2001: A Space Odyssey yang kurang lebih juga menampilkan metafora yang sama: awal dari sebuah evolusi.
Tetapi Dawn of the Planet of the Apes tidak serta-merta hanya berakhir sebagai sebuah metafor tentang teori evolusi fisik saja, film ini juga mempertontonkan evolusi moral yang kompleks melalui penggambaran dan sindiran-sindiran tajamnya terhadap kehidupan sosial manusia saat ini: ketika semua orang tidak mau disalahkan, ketika semua orang mulai saling menuduh, dan ketika semua orang melakukan pemerataan pandangan stereotip mereka terhadap kaum-kaum tertentu yang tidak lain hanyalah produk dari sikap kekanak-kanakan kita yang berasaskan pada emosi dan pemikiran yang sempit. Semua itu dibangun secara bertahap dalam durasi 130 menitnya dengan sangat apik dan rapi dalam naskah goresan Rick Jaffa dan Amanda Silver.
Matt Reeves, selaku sutradara, lantas tidak melupakan identitas Dawn of the Planet of the Apes sebagai sebuah film summer blockbuster. Dalam durasinya yang ‘hanya’ 130 menit itu, Matt Reeves masih sanggup menyelipkan adegan-adegan aksi epik dan pertunjukan tata visual effects spektakuler yang difilmkan dengan sangat cantik oleh Michael Seresin tanpa ada satupun yang terkesan berlebihan ataupun dipaksakan untuk masuk dalam narasinya yang padat itu.
Pemilihan aspect ratio 1.85:1 (menjadikan Dawn of the Planet of the Apes sebagai franchise Planet of the Apes pertama yang dirilis dalam format 3D dan difilmkan dalam aspect ratio tersebut) juga dirasa pas, karena frame yang lebih tinggi tersebut sanggup memberikan kesan ‘besar’ pada para kera daripada aspect ratio 2.39:1 (alasan yang sama juga dipakai oleh Josh Wheddon ketika dia memfilmkan The Avengers). Selain itu, aspect ratio 1.85:1 juga masih dianggap sebagai aspect ratio yang paling sempurna untuk memberikan kualitas efek 3D terbaik.
Di departemen akting, Jason Clarke, yang akhirnya mendapatkan peran besar dalam karirnya, berhasil menampik semua sikap skeptis dari para fans lewat penampilannya sebagai action hero yang meyakinkan dalam karakter Malcolm dan juga interaksinya dengan para kera yang tidak lain adalah para aktor dalam kostum motion capture mereka yang konyol. Demikian pula dengan penampilan singkat dari Gary Oldman sebagai Dreyfuss yang sama-sama hebatnya. Sayangnya, aktor-aktris lain yang mengisi peran pendukung masih tenggelam tak berbekas dalam performa akting kelas Oscar dari Andy Serkis yang, lagi-lagi, sangat luar biasa dan masih memosisikan Caesar sebagai spotlight utama dalam film Dawn of the Planet of the Apes.
Sama seperti The Dark Knight terhadap Batman Begins, Dawn of the Planet of the Apes adalah satu dari sekian sekuel langka yang tidak hanya berhasil mengungguli predesesornya dari segala aspek, tetapi juga mengembangkan warisan dari film pertamanya ke tingkat penceritaan yang lebih kompleks dan cakupan tema yang lebih luas. In short, It’s bigger, bolder, smarter, and more thought-provoking than the already awesome Rise of the Planet of the Apes.[]
Rating: 5 out of 5 stars
3 comments
wow 5/5 :DD kayaknya layak ditonton ;)
ReplyDeleteMasih terpukau dengan kehebatan naskah sama pensutradaraan film ini. Revolusinya itulho, tampak nyata ditambah lagi dengan rasa kemanusiaan, solidaritas, sama nunjukin hubungan kera dan manusia. Keren bro :)
ReplyDeleteReview 3dnya mana ?
ReplyDeleteJust do it.