VAKANSI YANG JANGGAL DAN PENYAKIT LAINNYA (2013): PERJALANAN ABSURD DAN KEAMBIGUITASANNYA YANG JANGGAL
7/12/2014 02:51:00 PM
2013 / Yosep Anggi Noen / Indonesia / 84 minutes / 1.66:1 / R
Setelah berlalu lalang di layar festival-festival film bergengsi, baik yang berskala nasional maupun internasional sejak tahun 2012 kemarin, Peculiar Vacation and Other Illnesses (atau lebih dikenal dengan judul Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya) akhirnya menyapa publik di bioskop di beberapa kota besar di Indonesia.
Sama seperti film-film bergenre arthouse lainnya, film panjang pertama Yosep Anggi Noen ini juga mengusung tema yang tidak biasa, yang dituturkan dengan gaya bercerita yang tidak biasa pula. Narasi Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya dibagi menjadi dua bagian; cerita pertama berkisah tentang Ning (Christy Mahanani), seorang wanita biasa-biasa saja yang baru pindah tempat kerja ke toko interior. Di lingkungan baru itu, Ning bertemu dengan seorang pria bernama Mur (Muhammad Abe Baasyin) dan mereka ditugaskan untuk mengantar sofa ke rumah kliennya yang jauh dari kota. Seiring perjalanan itu, Mur mulai jatuh cinta pada Ning, tanpa mengetahui kalau dia sudah mempunyai suami. Cerita kedua berkisah tentang keseharian suami Ning yang pengangguran di rumahnya.
Narasi dalam Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya memang tidak pernah difungsikan untuk bercerita secara konvensional sejak awal film. Tidak ada timeline yang jelas, ataupun adegan-adegan dan dialog pendukung yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya sedang dialami oleh para karakternya. Hal inilah yang kemudian menantang para penontonnya untuk lebih jeli dalam menguraikan dan menerawang tiap adegan dan memahami maksudnya, atau sekedar menantang mereka untuk duduk diam dan berkonsentrasi menikmati alur bertuturnya yang sangat lambat itu.
Gaya unik lainnya yang dipakai oleh Anggi Noen adalah, dia sering memfilmkan aktor aktrisnya dari belakang dan membuatnya seakan-akan apa yang tengah dialami oleh para karakter itu bisa relate dengan kehidupan keseharian para penontonnya dan membuat para penonton seakan-akan sedang duduk di kursi belakang mobil, menguping pembicaraan mereka yang menguak taraf intelegensia dan sedikit latar belakang para karakternya.
Sayangnya, di luar gaya-gaya unik ala film arthouse yang diterapkan oleh Anggi Noen di sepanjang film, Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya dapat dikatakan gagal untuk menyampaikan pesannya atau sekedar menuntaskan misinya untuk menceritakan sesuatu yang layak untuk diceritakan kepada penontonnya.
Pertama, karakter-karakter rekaan Anggi Noen sama sekali tidak memiliki kedalaman, begitu pula dengan aktor dan aktrisnya yang memerankan mereka sama sekali tidak punya niat untuk memberi nyawa dalam karakternya, baik lewat ekspresi ataupun bahasa tubuh. Kedua, film ini juga seakan-akan tidak mempunyai hal penting yang ingin disampaikan, selain tema hubungan suami-istri dan relasi antar pekerjanya yang diangkat secara mentah-mentah, tanpa adanya substansi untuk membuat kisah mereka bisa connect dengan penonton atau membuat penontonnya tertarik untuk mengikuti cuplikan kisah kehidupan mereka. Bahkan alur cerita yang diusung oleh naskah racikan Anggi Noen juga tidak pernah bisa berjalan selaras dengan gaya bertutur yang dia pakai.
Pada akhirnya, Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya hanyalah menjadi salah satu produk anak bangsa yang berusaha untuk tampil 'cerdas' dan ‘absurd’ tanpa adanya perencanaan yang matang ataupun niatan untuk membuat penontonnya memahami keabsurdannya itu. Film ini adalah film road trip yang pretensius, dengan berjibun adegan-adegan sunyi tak bernyawa, tata artistik dan teknis audio visual yang menyedihkan, dan esensi atmosfir yang nyaris nihil di sepanjang film.
Memang sudah bukan rahasia lagi kalau film-film seperti Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya ini sulit untuk menemukan penontonnya. Tetapi, setelah menyaksikan hasil debut penyutradaraan film panjang Anggi Noen ini, sepertinya dia memang membuat film untuk dirinya sendiri, dan tidak ingin filmnya untuk ditonton atau dimengerti oleh siapapun, bahkan oleh pecinta film sekalipun.[]
1 comments
Saya pecinta film dan saya dapat menangkap pesannya. Keabsenan konflik dalam cerita ini adalah konflik itu sendiri.
ReplyDeleteJust do it.