FAQ PART 3: ALL ABOUT IMAX
9/26/2015 06:18:00 PMKarena dalam dua minggu ini saya sering mendapat pertanyaan apa itu IMAX, apa bedanya, dsb, saya memutuskan untuk membuat post FAQ (Frequently Asked Questions) khusus tentang IMAX. Selain lebih efisien, terkadang menjelaskan secara tulisan dan gambar lebih mudah untuk ditangkap (bisa dibaca berulang-ulang juga) daripada saya menjelaskan secara lisan atau mengetik hal yang sama berulang-ulang di chat. Apabila kalian ada pertanyaan yang belum ada di post ini atau ada kesalahan jawab, silahkan tulis di kolom komentar ya.
IMAX (Image Maximum) adalah teknologi pemutaran film yang sudah digunakan sejak tahun 1970an. Kebanyakan film yang diputar adalah film dokumenter dengan durasi pendek, umumnya 40-50 menitan. Kenapa pendek? Karena biaya pembuatan pita seluloid 70 mm sangat mahal (2 kali lipat lebih besar dari seluloid standard yang hanya 35 mm). Belum lagi, ukuran kamera IMAX juga sangat besar dan menimbulkan suara berisik sehingga membuat film panjang dengan kamera IMAX sangat tidak praktis.
Baru pada tahun 2000an, Hollywood mulai tertarik untuk menayangkan film-film unggulannya di layar IMAX. Namun, film tersebut harus melalui proses blow-out yang dinamakan DMR (Digital Media Remastering) supaya film masih tampak tajam waktu diputar di layar IMAX dan harus mengalami pemotongan durasi karena projector IMAX waktu itu tidak bisa memutar film dengan durasi lebih dari 116 menit. Dua film yang harus di-edit ulang adalah Apollo 13 dan Star Wars Episode II. Projector IMAX 70 mm saat ini bisa memutar film dengan durasi maksimal 175 menit.
Pada tahun 2008, akibat tingginya demand, IMAX akhirnya merilis teknologi baru: IMAX Digital yang menggunakan DCP (Digital Cinema Package), sehingga mudah untuk dipasang oleh bioskop-bioskop komersil dan tidak ada lagi pembatasan durasi. Sayangnya, standard ukuran studio dan layar IMAX Digital jauh lebih kecil dibanding IMAX 70 mm. Kenapa? Pertama, aspect ratio-nya disesuaikan dengan standard film saat ini yaitu 1.9:1. Aspect ratio ini lebih wide (jadi otomatis lebih rendah) dibandingkan 1.44:1 yang digunakan oleh IMAX 70 mm. Kedua, untuk mempermudah jaringan bioskop komersil membangun studio IMAX di gedungnya tanpa harus melakukan renovasi besar-besaran. IMAX 70 mm biasanya membutuhkan gedung sendiri (seperti theater Keong Mas di TMII Jakarta) hanya untuk mengakomodasi layar raksasanya. Jadi kalian bayangkan sendiri kalau IMAX 70 mm dipaksakan masuk bioskop yang ada di mall bisa-bisa makan tiga lantai sendiri.
IMAX yang ada di Cinema XXI dan hampir di seluruh bioskop dunia adalah IMAX Digital. IMAX 70 mm di Indonesia hanya ada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan hanya memutar film-film dokumenter jadul #ups.
Apa bedanya dengan bioskop biasa?
Sesuai namanya 'Image Maximum', keunggulan utama IMAX adalah layar raksasanya yang didesain khusus untuk mencakup seluruh area pandang mata penonton. Jadi, apa yang kita lihat seluruhnya hanya filmnya saja. Langit-langit, dinding, kursi bioskop, lampu EXIT, dll tidak akan masuk dalam area pandang mata penonton, kecuali kalian sengaja tolah-toleh. lulz. Itulah kenapa IMAX selalu dikenal sebagai The World's Most Immersive Movie Experience.
Apa yang membuatnya lebih spesial dari studio reguler?
IMAX Experience itu juga tergantung pada filmnya, apakah sang filmmaker bisa memanfaatkan layar besarnya IMAX atau tidak. Kalau tidak, jadinya ya hanya sekedar nonton film di layar besar saja, seperti The Transporter Refueled kemarin. Film itu tidak mempunyai wow factor seperti film Everest, yang berhasil membuat penonton seolah-olah ikut mendaki gunung dan menambah tensi thrill-nya.
Kok mahal ya tiketnya?
FYI, dengan HTM 50.000/60.000/80.000 baik untuk format IMAX dan IMAX 3D, harga tiket IMAX di Indonesia adalah yang termurah di dunia. Dan teknologi serta arsitekturnya juga sesuai standard bioskop IMAX Digital, bahkan lebih bagus dan lebih besar dari negara tetangga.
Apakah pengalaman menonton jadi lebih seru daripada studio reguler?
Iya. Tapi, seperti kata saya tadi, tergantung filmnya juga ya.
Apakah IMAX jaringan bioskop baru?
Bukan! Sama seperti Dolby 3D, real D 3D, Ultra XD, dan Sphere X, IMAX adalah nama teknologi pemutaran film yang membutuhkan studio khusus (bisa dibilang format film juga). Tetapi, berbeda dengan Ultra XD dan Sphere X yang bisa memutar semua film, IMAX mempunyai standard teknis film tersendiri dan film yang akan diputar harus sudah melalui proses DMR. Jadi, tidak semua film bisa diputar di IMAX. Lisensi IMAX Digital di Indonesia saat ini dipegang oleh 21 Group. Jadi otomatis, studio IMAX hanya ada di Cinema XXI.
Kenapa kok waktu filmnya diputar ada black bar di atas dan di bawah ya? Mengganggu banget, layarnya jadi kecil!
Ada tidaknya black bar (garis hitam di atas bawah) itu tergantung pada filmnya. Aspect ratio IMAX Digital adalah 1.9:1, sedikit lebih lebar (nyaris tidak kelihatan bedanya) dari standard televisi modern yang 1.78:1 (16:9). Dan berbeda dengan bioskop reguler, layar IMAX tidak bisa dilebarkan. Banyak film blockbuster yang difilmkan dengan aspect ratio 2.39:1 (wide) sehingga ketika diputar di layar IMAX, ada black bar di atas bawah untuk mengakomodasi aspect ratio-nya yang lebih lebar. Jadi, film yang bisa tampil full screen hanya film yang difilmkan dengan aspect ratio 1.85:1 dan dengan kamera IMAX.
Namun, tidak menutup kemungkinan juga film tersebut difilmkan secara open matte (biasanya dengan kamera digital karena lebih mudah), sehingga film tersebut bisa tampil dalam dua aspect ratio: 2.39:1 untuk bioskop reguler dan 1.9:1 untuk IMAX (dengan menghilangkan black bar, bukan di-crop ya). Contoh film yang dibuat dengan teknik open matte adalah: Skyfall, Guardians of the Galaxy (adegan tertentu), Avatar, Titanic, The Amazing Spider-Man, dan masih banyak lagi.
Apa semua film baru akan dirilis dalam format IMAX?
Tidak! IMAX hanya menyediakan satu slot film per dua minggu. Jadi, dalam periode waktu dua minggu itu, hanya boleh ada satu film yang diputar di IMAX. Film-film yang akan diputar di IMAX harus sudah sesuai dengan standard mereka baik secara teknis maupun visual (biasanya film-film blockbuster) dan sudah melalui proses DMR.
Film yang layak ditonton di IMAX itu film yang seperti apa sih?
Biasanya film-film yang akan tayang di IMAX sudah sesuai dengan standard tinggi mereka. Jadi, pasti layak. Tapi kadang juga tidak menutup kemungkinan film-film busuk bisa lolos seleksi, terutama di bulan-bulan sepi film besar seperti Januari, Februari, September dan Oktober. Di bulan-bulan itu tidak banyak film besar yang antri, jadi film seperti Paranormal Activity 2 pun bisa masuk IMAX.
Film-film apa saja yang akan dirilis dalam format IMAX di Indonesia tahun ini?
Saya jelaskan juga bersama dengan aspect ratio-nya ya, jadi kalian bisa memprediksi sendiri layak tidaknya film tersebut ditonton di IMAX. Jadwal rilis yang tertera di bawah ini adalah jadwal rilis internasional.
The Walk: An IMAX 3D Experience
Release Date: October 2, 2015
Aspect Ratio: 2.39:1, ada black bar di atas bawah.
Preview: sebenarnya, satu-satunya alasan film ini dirilis dalam format IMAX adalah adegan penyeberangan Philippe Petit di dua puncak gedung World Trade Center.
Crimson Peak: The IMAX Experience
Release Date: October 16, 2015
Aspect Ratio: 1.9:1, full screen.
Preview: Ciri khas film-film Guillermo Del Toro adalah kualitas visual, set tempat, dan teknisnya yang luar biasa, tidak terkecuali Crimson Peak. Ditambah lagi, film ini difilmkan dengan aspect ratio 1.85:1 (full screen).
Spectre: The IMAX Experience
Release Date: November 6, 2015
Aspect Ratio: 2.39:1, ada black bar di atas bawah.
Preview: Saya masih belum mendapat info apakah Spectre difilmkan secara open matte seperti Skyfall kemarin. Tapi, kemungkinan besar tidak, karena Spectre kembali difilmkan dengan menggunakan kamera seluloid, bukan kamera digital seperti Skyfall.
The Hunger Games: Mockingjay Part 2
Release Date: November 20, 2015
Aspect Ratio: 2.39:1, ada black bar di atas bawah.
Preview: Yakin mau nonton installment terakhir The Hunger Games di layar biasa?
In the Heart of the Sea
Release Date: December 12, 2015
Aspect Ratio: 1.85:1 (fullscreen)
Preview: Apabila anda sudah menyaksikan trailernya, In the Heart of the Sea bisa dibilang salah satu film yang benar-benar bisa memanfaatkan layar besar IMAX secara maksimal.
Star Wars Episode VII: The Force Awakens
Release Date: December 18, 2015
Aspect Ratio: 2.39:1 and 1.9:1
Preview: J.J. Abrams memfilmkan beberapa adegan aksi dalam film Star Wars dengan kamera IMAX. Bahkan kalaupun tidak, Star Wars Episode VII tetaplah sebuah worldwide phenomenon yang wajib untuk ditonton di layar terbesar yang ada di kota kalian.
Apa bedanya IMAX Digital dengan IMAX 70 mm?
Singkatnya, biar tidak terlalu teknis juga, IMAX 70 mm itu lebih menguntungkan bagi para penonton karena layarnya yang jauh lebih besar dari IMAX Digital. Tetapi, dari segi bisnis dan produsen film, IMAX Digital jauh lebih efisien dan hemat biaya karena semua sudah serba digital (duh). IMAX Digital sudah tidak lagi memerlukan projector raksasa untuk memutar pita seluloid 70 mm, ataupun memaksa filmmaker untuk mengedit filmnya sampai sesuai dengan batas durasi maksimal yang bisa ditampung projector. Dan lagi, biaya produksi seluloid 70 mm sangat mahal dan tidak bisa bertahan lama kalau diputar berulang-ulang (bisa muncul scratch segala macem).
Dengan teknologi IMAX Digital, film-film besar kini lebih mudah untuk diputar di layar IMAX dan semua masalah teknis IMAX 70 mm juga sudah beres. Di sisi lain, penonton harus dirugikan karena layarnya IMAX Digital yang lebih kecil dari IMAX 70 mm.
2 comments
Teman sudah tau sekarang ada aplikasi MYDRAKOR, kamu bisa menonton film drama korean favorite dan tidak akan ketinggalan, MYDRAKOR aplikasi gratis tinggal download di GooglePlay.
ReplyDeletehttps://play.google.com/store/apps/details?id=id.mydrakor.main
https://www.inflixer.com/
Siapa yg baca di 2020 ?
ReplyDeleteJust do it.