GANDARIA CITY XXI IMAX REVIEW
8/03/2012 09:22:00 PM
Sampai saat ini, saya baru dua kali saja menyaksikan film dalam format IMAX (karena tidak ada bioskop yang mempunyai studio IMAX di Surabaya sini). Yang pertama adalah Kungfu Panda 2 di Shaw Lido Singapore dan yang kedua adalah The Dark Knight Rises di Gandaria City XXI. Bagaimana kualitas studio IMAX komersil pertama di Indonesia ini? Apakah sesuai dengan harga tiketnya yang mahal itu?
Sebelumnya, saya tidak akan membahas total mengenai studio IMAX di Gandaria City XXI karena saya juga tidak begitu mengerti seluk - beluk teknologi IMAX secara mendalam. Saya hanya akan mereview-nya dari sudut pandang seorang pecinta film yang mencari pengalaman menonton, dan tentunya, tanpa ada maksud untuk menjelek - jelekkan.
THE SCREEN :
IMAX di Gandaria City XXI adalah “fake” IMAX a.k.a Digital IMAX. Aspect Ratio yang digunakan adalah 1.78:1, bukan 1.44:1 seperti True IMAX 70mm (True IMAX ada di Keong Mas TMII). Ukuran layarnya juga berkali - kali lipat lebih kecil dari bioskop True IMAX, tetapi menurut saya sedikit lebih besar daripada Shaw Lido IMAX Singapore.
Tidak hanya itu, mengingat The Dark Knight Rises di-shot dengan kamera IMAX dengan aspect ratio 1.44:1, maka anda jelas belum menyaksikan The Dark Knight Rises seperti yang diinginkan oleh Christopher Nolan karena scene yang dishot dengan kamera IMAX terpaksa dipotong agar dapat memenuhi layar digital IMAX.
Namun, jangan khawatir, saya sangat yakin anda masih akan terkagum - kagum ketika menyaksikan kurang lebih 1 jam adegan dalam The Dark Knight Rises yang dishot dengan kamera IMAX tersebut.
FYI :
Kebanyakan film - film Hollywood yang diputar di studio IMAX adalah hasil konversi perbesaran resolusi film. Kualitas gambarnya tentu sangat jauh berbeda dengan film yang dishot dengan kamera IMAX secara langsung, mulai dari ketajaman gambar, detailnya, dan efek spektakuler yang ditimbulkan. Sayangnya, hingga saat ini, terhitung sangat sedikit film blockbuster Hollywood yang dishot dengan kamera IMAX. Kalaupun ada, tidak semua adegannya dishot dengan kamera IMAX. Beberapa contoh film yang syuting menggunakan kamera IMAX adalah Mission Impossible Ghost Protocol (beberapa adegan saja), The Dark Knight (beberapa adegan saja), dan The Dark Knight Rises (1 jal adegan).
Dan bisa dibilang, TDKR adalah film yang sesuai untuk mengamati perbedaan adegan yang dishot dengan kamera IMAX atau hasil konversi. Adegan hasil konversi akan ditampilkan dengan aspect ratio 2.39:1 (tidak memenuhi layar IMAX) dan memiliki kualitas gambar yang terlihat agak soft, penuh grain, dan sedikit pecah - pecah. Sedangkan adegan yang difilmkan dengan kamera IMAX akan terlihat begitu jernih, sangat tajam, memenuhi seluruh layar, dan sanggup memberi sensasi spektakuler.
Apabila disaksikan dalam format standard (studio biasa), adegan yang dishot dengan kamera IMAX ini akan mengalami cropping untuk disesuaikan dengan aspect ratio 2.39:1 agar setara dengan adegan - adegan lain yang tidak difilmkan dengan kamera IMAX. Kualitas gambar adegan yang dishot dengan kamera IMAX, apabila anda memperhatikannya dengan jeli (setelah saya menyaksikan TDKR untuk kedua kalinya), ternyata masih terlihat perbedaannya dengan adegan yang tidak dishot dengan kamera IMAX.
Untuk info lebih lanjut mengenai Aspect Ratio, silahkan kunjungi post berikut : Aspect Ratio Explained
Rating : 3.5/5
SOUND SYSTEM :
Ekspetasi saya begitu tinggi pada segmen sound system ini, karena saya masih ingat betul kualitas sound system di Shaw Lido IMAX yang begitu jernih, dengan tata volume suara yang sangat tinggi namun masih terdengar sangat solid. Sayangnya, ntah karena teknisi-nya yang menyetel volume suara terlalu tinggi, atau memang speakernya yang jelek, kualitas sound system IMAX Gandaria City menurut saya sangat buruk. Volume suara diset terlalu keras, kelewat keras malah, yang justru membuat telinga saya sakit dan suara film terdengar pecah - pecah. Tingkat bass-nya juga terlalu tinggi sehingga membuat suara yang terdengar di sepanjang film (terutama pada saat adegan aksi) hanya suara mendengung dan tidak natural sama sekali. Penyebaran suara juga tidak merata dan kebanyakan lebih berat di sisi kanan. Secara keseluruhan, kualitas sound system studio IMAX ini patut ditingkatkan lagi.
Rating : 1/5
STUDIO :
Tata interior kurang baik dan terasa seperti bioskop biasa. Kurang melingkar seperti halnya studio IMAX pada umumnya, sehingga para penonton benar - benar harus mencari seat yang terbaik. Mungkin hal ini disebabkan karena arsitektur gedung Gandaria City XXI yang pada awalnya memang tidak didesign untuk studio IMAX.
Best Seat : F17, G17, H17, J17
Rating : 3/5
VERDICT :
Meski masih ada kekurangan di sana - sini (yang paling mengganggu adalah Sound System-nya), menyaksikan film di studio IMAX Gandaria City XXI jelas sangat direkomendasikan, terutama untuk film - film blockbuster yang difilmkan dengan kamera IMAX seperti The Dark Knight Rises ini.
FYI : HTM IMAX di Gandaria City XXI adalah (salah satu) yang termurah di seluruh dunia.
8 comments
setuju sama reviewnya, ini "fake" imax karena - selain aspect ratio - seharusnya jarak dari bangku penonton ke layar itu lebih dekat dan "tangga" bangku penonton lebih curam :D
ReplyDeletedi Gancit IMAX ini otomatis kaya nonton di bioskop biasa hanya dengan ukuran layar yang 2 kali lipat besarnya. beda antara scene IMAX dengan non-IMAX juga beda tipis. kalo yang rumahnya jauh, jelas kurang worth it ;p tapi tetep layak cicip bagi yang belum pernah :D
Menurut gw scene IMAX dengan non IMAX beda banyak loh. Selain aspect ratio-nya berubah, gambarnya juga jauh lebih detail, jernih dan amazing.
ReplyDeleteMengenai fake IMAX, di Amerika sana sendiri juga sudah termasuk sangat langka, jadi ya jangan harap deh. hahaha. Semoga true IMAX yang di keong mas diperbaiki sehingga layak untuk muter film - film juga..
wah, perkara "fake IMAX" bener2 rame nich... hehe...
ReplyDeleteTapi, klo cuma gara2 IMAX pertama kali keluar pake format manual n sekarang ada yg format digital lantas jadi dipanggil fake, nggak masuk akal juga lho...
Lagian, bahaya lho klo bilang fake karna jelas2 21 make jasa si IMAX n mank bener2 sesuai dengan spec IMAX digital dari AS juga. Nggak ada yg "fake" lho...
trus, mau sampe kapan pake format manual? Dimana-mana juga digital lebih baik dari segala sisi dibanding manual.
Gw justru bersyukur IMAX nya 21 make digital projector, bukan "manual-kuno" kaya yg di ***. Meh.
Untung aja semua theater 21 bakalan diganti sama digital projector mulai agustus ini. Haha... XD
@fanboy :
ReplyDeleteNah, ada yang salah paham nih.
"Fake IMAX" (di post juga udah saya kasih tanda kutip) adalah sebutan umum untuk digital IMAX. Anda bisa coba search di google. Fake IMAX adalah istilah yang sangat umum.
Ketika kebanyakan teknologi baru lebih unggul; khusus untuk IMAX, banyak yang lebih prefer ke IMAX jadul. Saya sendiri belum mencobanya, tetapi ukuran layar IMAX jadul berkali - kali lipat lebih besar dibandingkan IMAX digital, sehingga otomatis sensasi menonton yang dihasilkan juga jauh lebih wah.
Mengenai kualitas gambar sendiri, IMAX jadul lebih unggul karena bisa menampilkan seluruh gambar film yang dishot dengan kamera IMAX yg ber-aspect ratio 1.44:1. Dan apabila film tersebut diputar di digital IMAX yang ber-aspect ratio 1.78:1 maka jelas gambar terpaksa harus dipotong.
Dan mengapa kok teknologi digital IMAX sekarang yang dipakai? karena biaya perawatannya lebih murah. Operasionalnya juga lebih mudah. Lalu tidak makan tempat karena ukuran layarnya lebih kecil, sehingga bioskop - bioskop umum bisa memakai teknologi tersebut juga.
Intinya, Digital IMAX dan IMAX jadul memang dari perusahaan yang sama. Kualitas gambar denger2nya juga lebih bagus di IMAX jadul. Bahkan Christopher Nolan juga bilang kalau kalian mau merasakan sensasi TDKR IMAX yang sebenarnya, kalian harus nonton di IMAX jadul.
Sebaiknya anda baca - baca dulu deh di google biar lebih oke dan tidak tuduh - tuduh sembarangan :)
ini juga bisa dijadikan referensi :
ReplyDeletehttp://blogs.dallasobserver.com/mixmaster/2012/05/the_lie_of_imax_digital_the_da.php
http://en.wikipedia.org/wiki/IMAX
Waduh, nggak ada yg nuduh lho... wkwkwk... XD
ReplyDelete"Fake IMAX" (di post juga udah saya kasih tanda kutip) adalah sebutan umum untuk digital IMAX. Anda bisa coba search di google. Fake IMAX adalah istilah yang sangat umum.
Istilah yg dipake secara umum sama penonton yg merasa nggak puas, bukan istilah dari si IMAX kan? :D
IMAX sendiri nggak pernah nyebut produk Digital IMAX mereka fake karna mank nggak ada yg salah sama si digital format itu, namanya penyesuaian pasti ada, apalagi penyesuaian itu dateng dari si IMAX sendiri.
Ini dia yg ngakibatin status buruk yg berasal dari mulut-ke-mulut. Itu mank yg lagi terjadi di AS sana untuk si IMAX (salah satunya). (",)
And, dimasa depan nanti bukan nggak mungkin theater2 IMAX manual diganti sama digital, karena emank lebih baik dan lebih murah, n itu berarti lebih efisien kan... XD
Emang gw pernah bilang itu istilah dari perusahaan IMAX sendiri???
ReplyDeleteDisebut fake IMAX karena memang ukuran layarnya gak sebesar IMAX! Gak dapet feel IMAX-nya, makanya dibilang fake. Gitu aja. -_______________-
di Gancit IMAX ini otomatis kaya nonton di bioskop biasa hanya dengan ukuran layar yang 2 kali lipat besarnya. beda antara scene IMAX dengan non-IMAX juga beda tipis.
ReplyDeleteJust do it.