TOTAL RECALL (2012) REVIEW
8/05/2012 12:20:00 AM"If I'm not me, then who the hell am I?" -Douglas Quaid
Film Total Recall versi tahun 1990 telah dikenal sebagai salah satu film adaptasi cerita pendek Philip K. Dick yang sukses memukau para pecinta film pada masanya, meski isi ceritanya telah mengalami perubahan di sana - sini. Semua itu tentu berkat kombinasi tangan dingin Paul Verhoeven dan performa Arnold Schwarzenegger sebagai bintang aksi laga yang terkenal saat itu, sehingga tidak heran bahwa film ini telah menjadi salah satu film cult classic yang terkenal sampai sekarang. Dan untuk tahun 2012, Columbia Pictures di bawah bendera Sony menggandeng Len Wiseman untuk menyutradarai versi terbaru dari film Total Recall ini. Dengan berbagai janji manis yang menyatakan bahwa versi terbaru Total Recall ini akan lebih setia dengan cerita pendeknya, apakah kualitas film ini berhasil menyamai atau bahkan melampaui adaptasi sebelumnya?
Banyak sekali di antara para pecinta film dan kritikus yang senantiasa membanding - bandingkan sebuah film remake dengan film versi orisinilnya dalam review mereka. Dan kebetulan, saya sudah lupa secara total mengenai isi film Total Recall versi tahun 1990 (kecuali adegan mimpi ketika mata Arnold dan Rachel Ticotin hendak lepas pada saat mereka kehabisan oksigen di Planet Mars), sehingga saya akan menganggap Total Recall versi 2012 ini sebagai film baru dan tidak akan membandingkannya dengan versi 1990. Pun begitu, saya sama sekali tidak terkesan dengan Total Recall versi tahun 2012 ini.
Total Recall mengambil set waktu di masa depan, ketika sebagian besar wilayah planet Bumi sudah tidak layak untuk ditinggali akibat meletusnya perang dunia ke 3. Bagian bumi yang masih dapat dihuni umat manusia kini hanya terbagi dalam dua wilayah yang saling berselisih : United Federation of Britain (UFB) dan The Colony.
Setelah sedikit intro mengenai konsep universe dalam film ini, Total Recall segera memperkenalkan penonton pada Douglas Quaid (Collin Farell), salah seorang buruh pabrik robot dari Colony yang sering terbangun di malam hari akibat mimpi buruk berkepanjangan. Berusaha untuk mencari jawaban dari mimpinya itu, Douglas pergi menemui Mc.Clane (John Cho) yang membuka jasa Recall, sebuah alat yang dapat menanamkan ingatan ke dalam pikiran manusia. Namun, keisengan Douglas ini justru berbuntut pada kekacauan karena ia tiba - tiba dituduh sebagai agen rahasia profesional yang diburu oleh pemerintah UFB.
Menilik sipnosis di atas, dan juga bagi di antara kalian yang sudah menyaksikan trailernya, kita semua tentu dapat melihat bahwa film ini memiliki potensi untuk mengekor kesuksesan film Inception karya Christopher Nolan dan film - film sci - fi sejenis yang juga bermain - main dengan pikiran dan alam mimpi; atau, at least dapat menyamai kualitas film versi orisinilnya. Sayangnya, nyaris segala aspek terpenting dalam film Total Recall ini justru berakhir di bawah ekspetasi.
Kegagalan utama Total Recall ini terletak pada eksekusi sang sutradara, Len Wiseman, bersama tim penulis naskahnya, Kurt Wimmer dan Mark Bomback. Jangankan mengembangkan konsep ceritanya yang sangat menarik itu, Len Wiseman justru mengambil langkah yang sangat tidak wise, yakni dengan memperlakukan Total Recall sebagai another Michael Bay’s film. Ya, hampir 90% dari film ini diisi dengan beragam adegan aksi penuh ledakan dan taburan visual effects berlebihan di sana - sini. Sedangkan 10% dari film ini diisi dengan pergerakan plot serta perkembangan karakter yang dangkal dan tidak mampu menarik perhatian penonton. Dan bahkan mesin Recall ataupun tagline “What is Real?” yang seharusnya menjadi highlight utama film ini juga tidak dikembangkan sama sekali, sehingga keberadaannya itu justru tidak memberi makna apa - apa dan terkesan tidak penting terhadap keseluruhan esensi ceritanya. Pada akhirnya, sang manusia bijak, Len Wiseman justru membuat Total Recall ini menjadi sekedar film espionage bersetting di dunia masa depan yang mudah dilupakan, daripada sebuah film sci-fi yang cerdas.
Di sisi lain, kehadiran para eye candies, Kate Beckinsale dan Jessica Biel, juga terkesan benar - benar sebagai pemanis di mata, tepat seperti tanggung jawab yang diemban Megan Fox ataupun Rossie whatever dalam saga Transformers. Beberapa aktor senior seperti Bill Nighy, Bryan Cranston, hingga pemeran karakter utamanya, yakni Collin Farell sendiri, juga termasuk disia - siakan bakatnya karena karakter yang mereka lakoni itu juga dapat diperankan oleh ratusan aktor lain, meski tidak dapat disangkal bahwa mereka sudah tampil baik dalam film ini.
Sedangkan untuk segmen visual effects dan adegan aksi, seperti yang sudah disinggung di atas, soulmate film blockbuster yang tak terpisahkan ini adalah jualan utama Total Recall. Dan jujur, segmen tersebut cukup memukau, indah, dan sanggup menimbulkan decak kagum. Konsep dan design dunia futuristik post apocalyptic-nya ter-render dengan begitu baik, kreatif, dan sedikit banyak mengingatkan para penonton dengan konsep dunia futuristik dalam film Blade Runner karya Ridley Scott. Rentetan adegan aksi yang disajikan juga cukup keren (meski agak repetitive) dengan tatanan cinematography yang stylish. Namun, sekali lagi, keunggulan di segmen tersebut jelas tidak dapat bekerja secara maksimal dan bahkan berakhir membosankan apabila tidak diimbangi dengan alur cerita serta naskah yang baik.
Overall, Total Recall lagi - lagi kembali memperpanjang daftar film remake yang gagal. Film ini sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar, terlebih lagi sumber materinya adalah cerita karangan Philip K. Dick yang terkenal bagus, thought-provoking, dan imajinatif. Seandainya saja proyek ini jatuh di tangan orang yang tepat, saya yakin hasil akhir Total Recall dapat menyamai kualitas Minority Report karya Steven Spielberg yang merupakan hasil adaptasi sequel dari cerita pendek Total Recall. Well, setidaknya konsep cerita dan visual effects film ini masih sanggup tampil memukau.
5 comments
koreksi dikit, yg matanya mau lepas bukan si Stone, tapi si Rachel Ticotin :)
ReplyDeleteWah, gw suka banget lho sama Total Recall, rencananya mau nonton lagi nich minggu ini... Hehe...
ReplyDeleteLagi2 film yg gw suka (banget) jadi ladang caci-maki nich kayanya... hehe... Bahkan, yg sedih n terpenting, BO nya bakalan jeblok nich, duuh... hiks hiks...
@hary : terima kasih banyak atas koreksinya! Maklum, udah lama banget nontonnya. wahahaha.
ReplyDelete@fanboy : selera lu persis kyk salah satu temen gw. haha. klo gw bilang jelek, dia langsung cepet - cepet ke bioskop nonton filmnya karena dia yakin dia bakal suka. :p
Definitely bukan tipe film saya hahaha dari aura actor nya ada aja udah beda jauh sama si arnold btw. ga sabar buat The Hobbit!
ReplyDelete@Elbert:
ReplyDeleteWkwkwk, bisa kaya gitu yak... XD
Just do it.