PERAHU KERTAS 2 (2012) : SAILING ON A VERY CALM WATER

10/13/2012 04:36:00 PM



Dear Neptunus,
Sepertinya baru saja kemarin Perahu Kertas tayang di bioskop, part 2-nya tiba - tiba sudah siap diputar mulai tanggal 4 Oktober lalu. Mungkin agar hype para agen neptunus tidak keburu luntur ya? Meski sejak awal film ini direncanakan untuk menjadi dua bagian, banyak yang menyangsikan kalau Perahu Kertas ini akan terasa diulur - ulur dan menjadi sekedar mesin uang, mengingat novelnya sendiri yang tidak terlalu tebal sehingga harus dibagi dua bagian (dengan alasan agar tidak kehilangan esensinya). Apakah Dee dan Hanung berhasil menutup kisah cinta Kugy dan Keenan ini secara memuaskan terlebih bagi para penonton yang belum membaca novelnya?

Unfortunately, no. Seperti kebanyakan film romance, Perahu Kertas memulai untaian kisahnya dengan sangat menarik (terjadi di part 1) dan kemudian ditutup di part 2 ini secara cliche. Parahnya, film ini dibagi menjadi dua part, di mana semua perkembangan cerita telah terjadi di bagian pertama, dan bagian kedua ini hanya berisi bagian - bagian konklusi cerita yang sebenarnya bisa selesai di part 1. 

Setelah cinta mereka terpendam begitu lama, Kugy dan Keenan tanpa sengaja bertemu di sebuah pesta pernikahan sahabat mereka. Kisah cinta antara mereka berdua yang sudah layu lama itu tiba - tiba berbunga lagi; dan lebih menggelora dibanding sebelumnya. Sayangnya, Kugy dan Keenan masing - masing sudah memiliki pasangan hidup di mana mereka telah menjejakkan kakinya di tahapan serius. Mereka pun bimbang, di samping mereka berdua sudah mengetahui siapa pasangan hidup mereka sesungguhnya, mereka juga tidak sanggup untuk menyakiti perasaan pasangannya kini. 

Seperti yang sudah tertulis di atas, novelnya sendiri tidak terlalu tebal, sehingga dari awal para pecinta film sudah ragu - ragu, sebenarnya Perahu Kertas ini memang penting nggak sih dibagi menjadi dua bagian, atau hanya sekedar mengikuti trend part 1-part 2 seperti yang terjadi pada saga Harry Potter dan Twilight? Keraguan itu pun terjawab. 

Kisah yang disadur Perahu Kertas termasuk jenis materi yang bisa rampung dalam satu film. Tidak begitu banyak yang terjadi dalam alur cerita Perahu Kertas meski kisahnya ini mencakup timeline bertahun - tahun. Ini adalah film adaptasi, di mana jelas bahwa medium film memiliki estetika yang berbeda dibandingkan buku novel. Apabila sistem timeline mengenai perjalanan hidup bisa berjalan sangat baik di novel (sampai banyak menelurkan fans - fans setia), bukan berarti Dee tinggal mentransfernya mentah - mentah ke dalam naskah film agar hasilnya sebaik seperti di novelnya.

Yeah, sistem tersebut berdampak buruk pada pace film ini. Perahu Kertas part 1 sudah membuktikannya dengan alurnya yang terasa kacau : kadang terasa cepat, kadang terasa lambat; namun berhasil ditutupi dengan kisah romansa yang sangat menarik. Sayang, treatment ini terbilang gagal di film Perahu Kertas part 2 karena materi yang akan disampaikan tidak menarik lagi; at least tidak semenarik yang disajikan Part 1. Pace-nya menjadi lebih berantakan dan berjalan sangat lambat. Banyak sekali hal - hal yang seharusnya di-cut tetapi tetap muncul di film ini, hingga menyaksikan Perahu Kertas Part 2 ini serasa seperti menyaksikan sebuah film rough-cut yang ditujukan untuk test audience.


Tidak hanya itu, cerita yang disajikan juga terasa melempem ketika dikunyah. Konklusi kisahnya seperti terjangkit penyakit film Romance kebanyakan (meski sempat menyelipkan beberapa twist) : tidak masuk akal dan serba dipermudah sana - sini; sangat kontras dengan apa yang telah dilakukan Dee dan Hanung di film pertamanya.

Rentang waktu tidak begitu penting sebenarnya, apabila akting para aktor - aktrisnya tidak berevolusi. I mean, film ini menceritakan mengenai kisah cinta antar kedua insan mulai dari jaman mereka kuliah sampai sudah terjun di dunia karir, dan para aktor-aktrisnya tidak berhasil menunjukkan perubahan dalam karakter yang mereka perankan, bahkan penampilannya pun tidak.

Alhasil, para penonton hanya disadarkan oleh narasi kalau film ini berseting di tahun sekian - karakternya berumur sekian, namun penampilan dan isi karakternya sama saja dari awal Perahu Kertas 1 sampai ending part 2nya ini. Patut disayangkan karena sebenarnya mereka bisa belajar dari film One Day mengenai perubahan karakter  dalam rentang timeline yang panjang (paling tidak penampilan luarnya).


Overall, Perahu Kertas 2 tidaklah lebih dari sekedar sebuah pelayaran yang membosankan, datar, dan terlalu panjang (90 menit!) tanpa adanya sesuatu yang berkesan di sekitar perairan yang tenang ini. Film ini mempertegas bahwa adaptasi novel tidaklah harus dibuat sama persis sampai harus dibagi dua part seperti Perahu Kertas; dan para pembaca novel juga harus lebih sadar bahwa biar bagaimanapun, novel dan film adalah dua medium yang berbeda. Novel bukanlah sebuah film script.

Sekian surat terakhir untukmu, Neptunus.



You Might Also Like

0 comments