JACK THE GIANT SLAYER (2013) : 3D REVIEW

3/05/2013 03:44:00 PM



Apakah film Jack The Giant Slayer layak disaksikan di layar bioskop dalam format 3D? Post ini akan membantu anda untuk mengambil keputusan!


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cinema : Supermal XXI, Studio 2 (March 1, 2013)
3D Technology : Dolby Digital 3D

Shot in 3D : yes
Tidak perlu terkejut. Film-film blockbuster rilisan tahun ini semakin banyak yang dishot dengan kamera 3D. Sudah bukan hal yang langka lagi.

Brightness : 3.5/5
Menggunakan kacamata 3D itu ibaratnya memakai kacamata hitam ketika menonton film di bioskop, sehingga gambar di layar akan menjadi lebih gelap. 
Brightness adalah salah satu aspek terpenting dalam presentasi efek 3D. Tidak pas sedikit, para penonton sudah akan merasa pusing dan tidak nyaman. Sayangnya, Jack the Giant Slayer memiliki level brightness yang sedikit kurang pas di banyak adegan, terutama adegan yang bersetting di malam hari. Beberapa adegan terlihat murky (tetapi masih terlihat jelas) dan mata penonton membutuhkan penyesuaian yang cukup lama untuk dapat mengikuti alur film ini dengan baik. 

Depth : 5/5
Depth adalah ilusi kedalaman gambar di layar yang membuat para penonton merasa tengah menyaksikan adegan - adegan film tersebut dari balik jendela raksasa atau bahkan merasa ikut terlibat dalam adegan tersebut.
Spectacular. Sejak pembuka film, para penonton sudah disuguhi tampilan depth yang dahsyat pada set-set tempatnya. Bryan Singer benar-benar memanfaatkan segala potensi yang ada dalam film ini, bahkan adegan di dalam ruangan sekalipun, layer demi layernya memiliki kedalaman yang benar-benar obvious

Pop Out : 3.5/5
Pop Out adalah ilusi gambar yang keluar dari layar. Dan biasanya efek pop - out-lah yang dinanti - nantikan para penonton awam karena unsur hiburannya ataupun karena persepsi mereka terhadap efek 3D adalah gambar keluar layar. Namun, perlu dicatat bahwa pembuatan efek pop out dalam sebuah film bisa dibilang gampang - gampang susah. Dibuat berlebihan, akan menimbulkan gimmick dan membuat film tersebut tampak murahan. Oleh karena itu, dibutuhkan kreatifitas dan perencanaan yang matang agar efek pop out yang dihasilkan tidak terkesan dipaksakan.
Cukup mengejutkan karena Bryan Singer ternyata juga memperhatikan aspek pop-out. Mulai dari sulur-sulur tanaman, air hujan, serpihan-serpihan ledakan, semua berhasil ditampilkan dengan pas dan tidak berlebihan. Sayangnya, efek pop-out terbatas hanya diimplementasikan di bagian-bagian itu saja. Tidak ada hal yang baru dan revolusioner.

Health : 4/5
Tidak semua orang tahan ketika menyaksikan film 3D. Ada yang mengalami rasa pusing dan mual seusai menonton film 3D. Sebagai pecinta film dan 3D enthusiast, saya sangat bersyukur tidak dianugrahi "bakat" tersebut. 
Mata saya terasa kurang nyaman di menit-menit awal film akibat level brightness-nya yang kurang baik. Tetapi jangan khawatir, tidak ada shaky cam di film ini.

Worth It? YES

Bryan Singer memang menginginkan agar Jack the Giant Slayer untuk disaksikan dalam format 3D sejak awal ia terlibat dalam proyek ini. Dan mengenai brightness, hal ini bisa diatur oleh operator projector (walau juga tergantung pada filmnya juga) dan siapa tahu sekarang sudah diperbaiki.





You Might Also Like

1 comments

  1. at last...ini review yg gw tunggu2x....bela2xin ngak mo nonton film ini dulu seblom baca review agan ;p soalnya sangsi antara mo nonton yg 2D atau 3D....thx so much bro....

    ReplyDelete

Just do it.