Rise of the Planet of the Apes Review

9/11/2011 04:48:00 PM


Tahun 2011 adalah tahun kejayaan bagi film - film prequel-reboot dan juga bagi salah satu studio besar Hollywood, 20th Century Fox. Bagaimana tidak, kedua film summer unggulannya, X-Men First Class dan Rise of the Planet of the Apes, berhasil menuai pujian dari kritikus, sukses di tangga box office dan sekaligus berhasil memberi nafas baru terhadap franchise besarnya ini. 
Pada awalnya, film ini dipandang sebelah mata oleh para pecinta film karena film ini sempat berpindah - pindah jadwal tayang, penunjukkan sutradara yang tidak berpengalaman, poster yang buruk, dan tentunya, 20th Century Fox memaksakan untuk memakai brand "Planet of the Apes" untuk menarik penonton, alhasil judul film ini menjadi tidak lazim : Rise of the Planet of the Apes. Hanya saja, ntah kenapa Apes malah menjadi film summer ke tiga yang paling saya tunggu - tunggu kehadirannya tahun ini setelah Harry Potter 7b dan X-Men First Class. Dan setelah selesai menyaksikannya kemarin malam, saya menjadi agak yakin kalau saya memiliki indera ke enam (hoek).


Film ini bercerita mengenai seorang ilmuwan muda,Will Rodman (James Franco), yang tengah bekerja keras untuk menemukan obat yang bisa menyembuhkan penyakit Alzheimer, penyakit yang ternyata juga diderita ayahnya (John Lithgow). Suatu hari, proyek tersebut membuahkan hasil, di mana obat tersebut membuat monyet - monyet yang diuji-coba-kan mengalami pertumbuhan otak yang pesat. Namun, terjadi kecelakaan di laboratorium yang malah menyebabkan proyek ini dihentikan oleh direktur perusahaan, Steven Jacobs (David Oyelowo). Walau demikian, Will tidak menyerah. Ia berhasil "mencuri" bayi monyet bernama Caesar yang juga  memiliki kandungan obat Alzheimer di dalam tubuhnya dan kemudian meneliti perkembangannya selama bertahun - tahun.


Rise of the Planet of the Apes adalah salah satu film summer terbaik tahun ini dan berhasil memenuhi ekspetasi para penonton yang mengharapkan kisah sci-fi cerdas dan menghibur. Tetapi, pernyataan tersebut bukan berarti film ini sempurna di segala aspeknya. Rise of the Apes memiliki beberapa kelemahan yang sering ditemui di film - film tipikal seperti ini. Untungnya, ketidak sempurnaan tersebut berhasil ditutupi oleh special effects canggih dan penampilan total dari Andy Serkis. 



Ya, bisa dibilang nyawa dan kekuatan utama Rise of the Apes adalah Caesar, yang sukses dibuat sangat hidup berkat teknologi motion capture dari Weta Digital, rumah produksi special effects yang juga menggarap effect - effect di film Avatar. Penunjukkan Andy Serkis untuk memerankan Caesar juga merupakan pilihan yang sangat tepat. Meski wajahnya tidak tampak di filmnya, pria satu ini sukses menghidupkan karakter - karakter digital paling memorable dalam sejarah perfilman, mulai dari Gollum dalam LotR hingga memerankan King Kong. Berbekal pengalaman seabrek itu, memerankan Caesar tentu adalah hal mudah baginya. Kemajuan teknologi perfilman yang pesat juga sangat membantu Andy Serkis menunjukkan ekspresi dan emosi dalam diri Caesar. Sepanjang film, para penonton dibuat terpikat dan selalu ingin tahu apa yang akan dilakukan Caesar. Bahkan para penonton juga ikut merasakan emosi, kemarahan dan kesedihan yang dialaminya sepanjang film. 





Sayangnya, peran Caesar terlalu mendominasi sepanjang film ini hingga membuat karakter - karakter manusia-nya kurang diperhatikan, dan menurut saya mereka malah terjebak di peran - peran tradisional : Will Rodman, seorang ilmuwan yang cerdas dan berambisi namun pendapatnya tidak diperhatikan; Steven Jacobs, seorang direktur perusahaan yang bodoh dan serakah; Dr. Caroline (Freida Pinto) yang hanya menjadi pemanis belaka; Dodge Langdon (Tom "Malfoy" Felton) si penyiksa hewan, dan lain - lain. Tetapi untungnya, aktor - aktor yang ditunjuk untuk memerankan peran - peran tersebut memiliki kualitas akting yang mupuni, terutama aktor yang baru saja mendapat nominasi oscar, James Franco. Interaksi-nya dengan Caesar adalah interaksi dengan karakter digital terbaik yang pernah saya saksikan. 



Selain karakter - karakter yang cliche, struktur kisah film ini juga tipikal film - film sci-fi "kecelakaan laboratorium" seperti Resident Evil (dan film - film mengenai zombie / virus berbahaya lainnya) yang kemudian dicampur dengan sedikit elemen dari film - film hewan peliharaan yang hilang dan ditampung di tempat penampungan kejam yang kemudian merencanakan pelarian. Hanya saja, si penulis naskah mampu meracik kisah tersebut dengan sangat baik dan kemudian menambahkannya dengan ide - ide segar dan orisinil. Acungan jempol juga layak diberikan kepada sutradara film ini, Rupert Wyatt, yang sukses besar menyulap naskah tersebut menjadi tontonan memikat, beralur padat dan menegangkan hingga nyaris membuat penonton tak bisa melirik jam tangannya ataupun memainkan ponsel blackberry-nya. Rupert juga semakin menunjukkan kebolehannya di penghujung film, ketika para monyet berhasil melarikan diri dan menghancurkan kota. Semua disajikan dengan adegan aksi yang cerdas dan direkam dengan cinematography yang stylish.

We'll be back soon on "Sequel of the Rise of the Planet of the Apes"!!
Overall, Rise of the Apes akan menjadi film yang buruk apabila ditangani oleh kru - kru yang salah. Untungnya Fox tidak salah dalam memilih orang - orang untuk menangani film ini. Hasilnya, Rise of the Apes tidak hanya sekedar tontonan ringan yang sangat menghibur, namun juga cerdas dan berkesan. Selain itu, film ini juga akan mampu bersaing ketat dengan film - film blockbuster lainnya untuk memenangkan piala Oscar kategori Best Visual Effects. Andy Serkis juga layak untuk mendapatkan 'penghargaan khusus' berkat totalitasnya dalam memerankan Caesar.



VERDICT :

Why should I watch this movie?
+ Kisahnya yang ringan namun cerdas dan memikat, dibalut dengan adegan aksi dan visual effects spectacular, film ini wajib disaksikan di bioskop.


Why should I skip this movie?
- Obviously, yang takut monyet jangan nonton film ini.
- Overall film ini ringan dan sangat menghibur. Tidak ada alasan untuk skip menonton film ini.

You Might Also Like

2 comments

  1. saya masih aneh sama ending film ini.

    ReplyDelete
  2. iya saya juga. Tiba2 pertarungannya selesai. Hahaha. Endingnya bikin ilfeel. :P

    Tapi secret ending-nya lumayan kok. haha. Semoga sequelnya nggak lama banget rilisnya. hehe

    ReplyDelete

Just do it.