The Muppets (2011) Review
2/05/2012 11:26:00 PM
Bagi generasi masa kini, mungkin sedikit yang pernah mendengar The Muppets. Serial dengan tokoh boneka tangan ini sangat terkenal di tahun 70-80an dan menjadi idola anak - anak pada masa itu. Saking terkenalnya tokoh - tokoh boneka tangan tersebut diperlakukan bag selebriti hingga masuk di acara televisi, menjadi bintang iklan dan membintangi beragam film bioskop, baik menjadi tokoh utama atau sekedar cameo. Namun, gemerlap bintang seterang apa pun pasti akan redup juga. The Muppets pun lambat laun mulai dilupakan, terutama ketika si creator meninggal dunia. Beberapa tahun kemudian, Disney membeli hak cipta The Muppets dan berniat untuk memperkenalkan kembali kermit the frog dan kawan - kawan kepada generasi baru (seperti kita - kita yang masih remaja ini dan anak - anak kecil) ataupun sekedar mengobati rasa rindu para fans-nya yang sudah berusia 40an ke atas. Proyek ini akhirnya resmi memasuki proses produksi tahun lalu. Dan demi menjaga ke-orisinalitas dan nyawa dari The Muppets, Disney menggunakan metode animatronik untuk menggerakan Kermit dan kawan - kawannya serta meminimalisir penggunaan CGI. Tim di belakang layar yang mereka susun juga para sineas dan kru yang sangat familier ataupun fans berat The Muppets. Sehingga tidak dipungkiri lagi bahwa kesan old-fashioned dan ciri khas The Muppets berhasil dipertahankan. Dengan segala usahanya ini, apakah Disney berhasil menarik generasi baru untuk mencintai The Muppets atau hanya sekedar membuat para orang - orang tua bernostalgia?
Walter (Peter Linz) bisa dibilang penggemar berat The Muppets sejak kecil. Bersama dengan saudaranya, Gary (Jason Segel), mereka bertumbuh dengan menyaksikan show The Muppets di televisi. Bertahun - tahun kemudian, Gary sudah memiliki calon istri, Mary (Amy Adams) dan mereka berencana untuk pergi ke Los Angeles bersama Walter dalam rangka merayakan hari jadi mereka. Acara mereka di hari pertama tentu mengunjungi studio The Muppets yang secara mengejutkan tidak terawat dan telah dilupakan. Ternyata masa kejayaan Muppets sudah lama sirna dan para anggotanya tercerai di berbagai belahan dunia. Studio Muppets pun ingin dihancurkan oleh Tex Richman (Chris Cooper) karena ternyata di bawah studio itu terkandung sumber minyak yang luar biasa. Demi menyelamatkan Muppets Studio dari kehancuran, Walter menemui Kermit (Steve Whitmire). Mereka pun memutuskan untuk mengumpulkan kembali anggota The Muppets dan mengadakan penampilan musikal guna mendapatkan dana untuk membeli Muppets Studio kembali dari Tex Richman.
Plot The Muppets memang bisa dikatakan sangat sederhana dan sering ditemui di film anak - anak kebanyakan; seperti Yogi Bear yang dirilis Januari 2011 lalu (menyelamatkan suatu tempat yang menjadi bagian hidup si tokoh utama). Namun berbeda dengan film - film tersebut, eksekusi dalam The Muppets sungguh cemerlang. Cara Kermit mengumpulkan kembali anggota geng The Muppets disajikan sangat memikat dengan bumbu humor - satir yang cerdas. Belum lagi persembahan lagu - lagu dengan alunan musik yang begitu memorable, dan pertunjukkan musikal di 30 menit akhir film sungguh memberikan pengalaman menonton yang mengasyikan dan magical. Selain itu keputusan Disney untuk masih memakai teknologi tradisional untuk memberi ‘nyawa’ pada muppets juga adalah keputusan yang tepat. Unsur old fashioned dan kelucuan yang membuat Muppets begitu terkenal pada masa keemasannya berhasil dipertahankan dan bisa dipastikan akan memunculkan para fans generasi baru di masa kini.
Kisahnya sendiri juga bukan sekedar pengendali roda durasi film, melainkan juga memberi kesan bahwa film ini diadaptasi kisah nyata; yakni mengenai kehidupan para Muppets yang telah dilupakan dan usaha mereka untuk bangkit serta memikat generasi baru (tepat seperti tujuan film ini dibuat, bukan?), kemudian orang - orang di balik layar masa kini yang lebih mengutamakan keuntungan daripada kualitas film, serta cameo para bintang film terkenal yang tentu akan sangat memanjakan para pecinta film. Selain kegembiraan tiada henti, sang sineas juga tidak lupa menyelipkan perkembangan karakter dan saat - saat yang menyentuh dalam film ini, sehingga tidak berlebihan apabila mengatakan bahwa The Muppets adalah salah satu film keluarga terbaik dan berkualitas yang dirilis tahun 2011 lalu.
Meski demikian, film ini masih jauh dari kata sempurna. Karakter - karakter manusia-nya tidak tampil begitu baik, cliche dan terkesan terlalu komikal; walau untungnya belum menjarah ke area annoying dan super bodoh ala Alvin and the Chipmunks 3, Gulliver’s Travels, dsb. Bahkan bisa dibilang karakter manusia ini yang membuat keasyikkan menyaksikan The Muppets berkurang. Selain itu, ending yang disajikan film ini juga cukup mengecewakan, cliche dan terlalu biasa apabila dibandingkan dengan kehebatan awal hingga klimaks film ini.
Overall, meski ada segelintir penonton yang akan tidak menyukai film ini berkat gaya old fashioned ataupun filmnya yang terlalu ‘cerah’ dan kekanak - kanakan,The Muppets masih tetap merupakan film keluarga yang sangat sayang untuk dilewatkan dan menurut saya akan mampu memikat semua kalangan usia penonton.
Akhir kata, anda tidak perlu gengsi untuk mengatakan film ini bagus, karena saya tahu bahwa dalam lubuk hati anda yang terdalam, anda menyukai dan terhibur dengan aksi terbaru The Muppets ini. “best ‘guilty pleasure’ movie of the year!” haha.
1 comments
Menengo
ReplyDeleteJust do it.