Hugo (2011) The 3D Review
3/04/2012 06:21:00 PM
Selain
memperoleh 11 nominasi Oscar, ada satu hal lagi yang menarik dari film teranyar
Martin Scorsese ini : efek 3Dnya. Semua kritikus dan pecinta film yang
beruntung telah menyaksikan Hugo bulan November lalu memuji - mujinya sebagai
salah satu film dengan efek 3D terbaik setelah Avatar. Dan pada bulan Maret ini
(tepatnya kemarin malam), masyarakat Indonesia akhirnya mendapatkan kesempatan
untuk ikut mencicipi efek 3D dalam film Hugo. So, is it worth your hard-earned
money?
Cinema : Grand City XXI,
Studio 3 (March 4, 2012)
3D Technology : Dolby Digital
3D.
Shot in 3D : YES.
Hello. This is Martin Scorsese. Beliau adalah salah seorang
sutradara paling hebat yang dimiliki Hollywood. Jadi beliau tidak akan setengah
- setengah dalam membuat filmnya.
Brightness : 5/5
Menggunakan kacamata 3D itu ibaratnya memakai kacamata hitam
ketika menonton film di bioskop, sehingga gambar di layar akan menjadi lebih gelap.
Level Brightness dalam Hugo sungguh pas, dan saya jamin hampir
menyamai dengan versi 2Dnya.
Depth : 5/5
Depth adalah ilusi kedalaman gambar di layar yang membuat para
penonton merasa tengah menyaksikan adegan - adegan film tersebut dari balik jendela
raksasa atau bahkan merasa ikut terlibat dalam adegan tersebut.
Just wow. Semenjak pembukaan film, Hugo sudah menyajikan sebuah
tampilan efek 3D yang luar biasa dengan tingkat depth yang fantastis. Mulai
dari set tempat Stasiun kereta api tempat Hugo tinggal hingga sekedar adegan
orang berbicara terlihat begitu memukau, realistis, dan membuat para penonton
merasa melihat adegan - adegan tersebut dari balik jendela.
Pop Out : 5/5
Pop Out adalah ilusi gambar yang keluar dari layar. Dan biasanya
efek pop - out-lah yang dinanti - nantikan para penonton awam karena unsur
hiburannya ataupun karena persepsi mereka terhadap efek 3D adalah gambar keluar
layar. Namun, perlu dicatat bahwa pembuatan
efek pop out dalam sebuah film bisa dibilang gampang - gampang susah. Dibuat
berlebihan, akan menimbulkan gimmick dan membuat film tersebut tampak murahan.
Oleh karena itu, dibutuhkan kreatifitas dan perencanaan yang matang agar efek
pop out yang dihasilkan tidak terkesan dipaksakan.
Martin Scorsese telah menciptakan sebuah
teknik pop-out yang sangat elegan dan harus dipelajari oleh sineas lain. Tidak
ada satu pun adegan pop out dalam film ini yang terlihat memaksa. Semua tampil
begitu natural dan elegan; mulai dari hujan salju dan asap yang menyelimuti
bioskop, pintu yang terbuka, wajah para aktor (dan anjing), tonjolan – tonjolan
set tempat, percikan kembang api, tebaran kertas – kertas, kaki Sacha Baron
Cohen, dsb. Benar – benar sebuah efek 3D yang sangat memuaskan.
Health : 5/5
Tidak semua orang tahan ketika menyaksikan film 3D. Ada yang
mengalami rasa pusing dan mual seusai menonton film 3D. Sebagai pecinta film
dan 3D enthusiast, saya sangat bersyukur tidak dianugrahi "bakat"
tersebut.
Saya merasa sangat sehat seusai menyaksikan film ini.
Total Score : 5/5
Worth It? YES.
Hugo adalah film 3D terbaik yang pernah saya
saksikan dengan efek depth, pop out dan brightness yang perfect. Teknik –
teknik cinematography dalam film ini juga terbilang sangat kreatif, indah, elegan
dan benar – benar mendukung peforma efek 3D dalam film ini. VERY HIGHLY
RECOMMENDED.
3 comments
Waduh, sayang film 3D non-R rated bro, kalo nggak gw ud tertarik, kapok nonton film 3D yg rating-nya "PG", apalagi drama... Worthless bagi gw...
ReplyDeleteTapi gw yakin ni film bagus, cuma gw lagi nunggu John Carter ma The Raid nich :)
menurut saya bagus tidaknya 3D bukan tergantung rating. Rating R juga ga semuanya bagus efek 3Dnya, demikian untuk film dengan rating lainnya, belum tentu jelek / bagus. Hugo ini menggunakan teknik 3D yang fresh, unik, sangat efektif dan belum pernah diterapkan di film - film 3D lainnya. Walau memang, jujur, sebelum menonton filmnya sendiri, Hugo emang ga keliatan punya efek 3D yang baik. Tapi seusai nonton filmnya, anda tidak akan percaya betapa bagusnya efek 3D dalam film ini.
ReplyDeleteJadi, efek 3D itu sebenarnya ditentukan oleh cara dan teknik si sutradara membuat film tersebut. Bahkan meski di-shot dengan kamera 3D pun juga bukan jaminan mutu bahwa efek 3D film tersebut akan bagus (Pirates of the caribbean 4, The Three Musketeers). Demikian juga dengan 3D hasil konversi. Beberapa seperti Captain America justru menghasilkan efek 3D yang baik.
Lalu kalo rating PG, kebanyakan film animasi yang mendapat rating PG. Film animasi malah kebanyakan mempunyai efek 3D yang bagus.
Kesimpulannya, klo mau tahu bagus enggaknya efek 3D, harus sering baca - baca referensi apakah film tersebut di-shot dengan camera 3D atau dishot secara normal tapi memang direncanakan untuk muncul versi 3Dnya; atau bahkan dikonversi setelah selesai shooting (persiapan tidak matang). Nah, dari sini bisa disimpulkan kalau yang 'terakhir' adalah 3D yang patut dihindaari karena pasti worthless.
Mmm, klo yang soal shot in 3D gw tau kok, cuma mank bukan patokan absolute sich... Tapi tetep gw bakalan nonton The Avengers yang 3D... Hehe... :D
ReplyDeleteJust do it.