John Carter (2012) The 3D Review

3/14/2012 08:31:00 PM

Setelah proyeknya tersandung - sandung selama 79 tahun, adaptasi novel sci-fi legendaris karangan Edgar Rice ini akhirnya menyapa para pecinta film di bioskop - bioskop dunia. Dengan segala dukungan visual effects canggih dan budget raksasa, apakah versi 3D film ini layak untuk disaksikan?



Cinema : Ciputra World XXI, Studio 3 (March 14, 2012)
3D Technology : Dolby Digital 3D.

Shot in 3D : NO.

Surprisingly, film ini tidak di-shot dengan camera 3D. Proses syutingnya sendiri sebenarnya sudah dimulai semenjak tahun 2010, di mana penggunaan kamera 3D belum booming seperti sekarang ini. Jadi, efek 3D dalam John Carter adalah hasil konversi.

Brightness : 3.5/5
Menggunakan kacamata 3D itu ibaratnya memakai kacamata hitam ketika menonton film di bioskop, sehingga gambar di layar akan menjadi lebih gelap.
Level brightness dalam film ini menurut saya kurang pas, terutama adegan - adegan di malam hari yang kurang terlihat begitu jelas.
  
Depth : 3/5
Depth adalah ilusi kedalaman gambar di layar yang membuat para penonton merasa tengah menyaksikan adegan - adegan film tersebut dari balik jendela raksasa atau bahkan merasa ikut terlibat dalam adegan tersebut.
Not good. But not bad either. Seperti kebanyakan film 3D hasil konversi, John Carter tidak memiliki depth yang memukau ataupun berhasil memberi pengalaman menonton yang tak terlupakan. Namun, karena Disney melakukan konversi ini setahun sebelum perilisannya, depth dalam film ini tidak separah film - film 3D konversi lainnya; terutama dalam adegan yang disyut jarak jauh. Meski juga tidak bisa dibilang istimewa.
 
Pop Out : 0.5/5
Pop Out adalah ilusi gambar yang keluar dari layar. Dan biasanya efek pop - out-lah yang dinanti - nantikan para penonton awam karena unsur hiburannya ataupun karena persepsi mereka terhadap efek 3D adalah gambar keluar layar. Namun, perlu dicatat bahwa pembuatan efek pop out dalam sebuah film bisa dibilang gampang - gampang susah. Dibuat berlebihan, akan menimbulkan gimmick dan membuat film tersebut tampak murahan. Oleh karena itu, dibutuhkan kreatifitas dan perencanaan yang matang agar efek pop out yang dihasilkan tidak terkesan dipaksakan.
Efek pop - out dalam John Carter sama sekali tidak ada; padahal efek CGI dalam film ini sangat banyak (yang notabene lebih mudah diberi efek pop-out). Bahkan debu - debu pasir hingga pesawat tempur yang bergerak begitu dekat dengan penonton juga sama sekali tidak dimanfaatkan oleh Disney.

Health : 5/5
Tidak semua orang tahan ketika menyaksikan film 3D. Ada yang mengalami rasa pusing dan mual seusai menonton film 3D. Sebagai pecinta film dan 3D enthusiast, saya sangat bersyukur tidak dianugrahi "bakat" tersebut. 
Saya merasa sangat sehat seusai menyaksikan film ini. 

Total Score : 3/5
 Worth It? NO.
3/5 memang terdengar cukup baik, namun angka tersebut diperoleh berkat dukungan dari kategori "health". Dengan efek depth yang sangat standard dan level brightness yang kurang 'nendang', anda sebaiknya menyaksikan John Carter versi 2D. trust me.

P.S : karena saya sekarang ini sedang menjalani UTS, Review film John Carter akan saya pending dulu. (kayak banyak yang mau baca aja...)

You Might Also Like

1 comments

  1. Wah, gw udah nonton bro, sayang bukan yg 3D tapi... :(

    ReplyDelete

Just do it.