RED LIGHTS (2012) : DOES IT MEAN NO MORE GREEN LIGHTS FOR CORTES?

9/09/2012 01:06:00 AM


Dr. Margaret Matheson : "There are two kinds of people out there with a special gift. The ones who really think they have some kind of power. And the other guys, who think we can't figure them out. They're both wrong. "
Rodrigo Cortes sempat menggegerkan dunia film berkat “Buried”, feature film berbahasa Inggris perdananya yang hanya dibintangi oleh Ryan Reynolds dan bersetting di satu tempat saja. Hanya berbekal dengan premise yang terdengar mustahil untuk difilmkan itu, Rodrigo berhasil mencuri seluruh perhatian penonton dari awal hingga akhir film dengan cara yang jenius, brilian dan tak terduga. Lantas, apa jadinya kalau Cortes diberi budget tinggi dan jajaran aktor - aktris senior Hollywood untuk membuat film? Red Lights adalah buktinya. Dan tidak sedikit yang skeptis kalau dia akan mudah mendapatkan green lights untuk proyek film berikutnya paska film Red Lights ini. Lo, kok bisa? Ya makanya ayo dibaca.


“HOW TO DESTROY A PREMISE” by R. NIGHT CORTES

Kesempatan berlian itu hanya datang sekali. Dan Rodrigo Cortes bisa dibilang gagal untuk menunjukkan kemampuannya lewat film ini. Ya, bisa dibilang nasibnya mirip dengan M. Night Shyamalan yang begitu dibenci dewi fortuna paska kesuksesan The Sixth Sense (Buried untuk Cortes). 

Premise yang diusung Red Lights sebenarnya sangat menarik, dan tidak kalah mindblown-nya dengan Buried. Tetapi, konsep yang kelewat menarik ini justru dapat menjadi bumerang dahsyat terhadap sebuah film, terutama yang bergenre Horror/Thriller seperti Red Lights ini.

Dr. Margaret Matheson (Sigourney Weaver) dan Dr. Tom Buckley (Cillian Murphy) adalah sekelompok tim dokter spesialis ilmu paranormal yang berusaha membongkar kejadian - kejadian supranatural dengan penjelasan ilmiah. 

Karhr mereka lancar - lancar saja hingga suatu hari, Simon Silver (Robert De Niro), seorang paranormal yang sangat terkenal di dunia muncul kembali ke publik dengan mengadakan gelaran pertunjukan atas kesaktian dirinya. Tom pun memaksa Margaret untuk meneliti trik - trik tipuan Simon Silver dan menjelaskan bahwa ini adalah kesempatan terbesar dalam karir mereka. Dan bisa ditebak, semua tidak berjalan semulus yang mereka duga.


Red Lights adalah film yang tidak bertele - tele. Semenjak detik awal film, Red Lights sudah berhasil menjebak perhatian para penonton ke dalam aliran plot film ini. Cortes terus memberi secuil demi secuil misteri dengan bumbu thrill yang lezat untuk kita lahap satu per satu tanpa tahu hidangan utamanya. Bagi para penggemar film thriller/mystery, hal ini adalah salah satu kesenangan ala dugem yang selalu kita cari sepanjang jantung masih sanggup berdegup.

Sayang, seiring banyaknya misteri yang dijabarkan, Red Lights justru semakin tidak menarik; hingga pada puncak klimaksnya, cerita ditutup dengan penjelasan yang tidak bertele - tele (in a negative way) dan sama sekali tidak memuaskan. 

Ending film ini bisa dibilang kesalahan terbesar yang ditulis Cortes dalam naskahnya. Ia tampaknya sama - sama clueless seperti para penonton bagaimana kisah ini harus berakhir, hingga pada akhirnya ia memilih membuat twist “menakjubkan” untuk menyelesaikannya, dengan harapan para penonton dapat shock tiga perempat mati sampai ingatan mereka rontok semua mengenai hal - hal yang telah mereka lalui sebelumnya bersama karakter - karakter dalam Red Lights. Pada kenyataannya, trik ini tidak berhasil karena justru membuat revelation-nya sangat bertentangan dengan inti cerita Red Lights secara keseluruhan. Semakin anda memikirkan maksud twist-nya itu, anda akan semakin dekat dengan kesimpulan bahwa Cortes membuat ending untuk proyek film lainnya (Ending yang Tertukar?!).

Yeah, inilah cara ampuh untuk menghancurkan premise menarik menurut Cortes. 


MURPHY, DE NIRO, WEAVER, JONES, OLSEN, AND ROBERTS

Sebuah tong sampah, apabila didesain dengan bagus dan eye catching tentu (believe it or not) akan membuat masyarakat lebih tertarik untuk membuang sampah. Ya, mungkin pengandaian tersebut terlalu ekstrim, tetapi inilah cara Red Lights membius para pecinta film untuk menontonnya, yakni dengan menonjolkan reputasi Rodrigo Cortes atas kebrilianannya dalam menggarap Buried, dan tentu saja, keterlibatan aktor - aktris terpandang semacam Robert De Niro, Sigourney Weaver, Cillian Murphy, Toby Jones hingga rising stars seperti Elizabeth Olsen dan Craig Roberts dalam film ini. Percaya deh, pasti banyak cinephiles yang merasa bahwa uang mereka tidak terlalu terbuang sia - sia untuk membeli tiket Red Lights karena sudah menyaksikan performa akting cast yang solid ini. 

Namun tetap saja, meski sudah didukung aktor - aktris kelas A, film ini masih terasa kelas B banget. Kualitas dialog yang disajikan Cortes terdengar cheesy, kurang bisa mengalir natural, kaku, dan kadang terkesan mengada - ada; yup, khas film kelas B. Dialog semacam ini akan cukup sering penonton jumpai semenjak awal film, yang untungnya masih belum mencapai level annoying. Mungkin karena Cortes bukan orang Amerika? Well, bisa jadi. 


Overall, Red Lights sebenarnya memiliki sejuta potensi. Apalagi film ini sudah mengantongi premise cerdas dan juga aktor - aktris A-list yang sudah lebih dari siap untuk melakukan apapun yang Cortes minta. Well, semuanya menjadi sia - sia karena naskah yang diracik Cortes ini sungguh salah bumbu. 

Beliau jelas harus berjuang lebih keras untuk mempertahankan reputasinya karena produser - produser pasti masih akan memberinya kesempatan kedua. Dan ia tidak boleh menyia - nyiakannya begitu saja atau lampu hijau akan semakin sulit berpijar untuk dirinya kelak.



You Might Also Like

0 comments

Just do it.