LA TAHZAN (2013) REVIEW : JANGAN BERSEDIH, PARA PENONTON
8/06/2013 07:33:00 PM2013 / Indonesia / 98 Minutes / Danial Rifki / 1.85:1 / PG
Jika Hollywood menjadikan momen Summer sebagai ladang subur untuk menanam dan menuai investasi besar-besarannya, maka libur Lebaran dapat dikatakan sebagai Summer Momment bagi para produser film Indonesia untuk merilis film-film unggulannya. Penggusuran film-film blockbuster Hollywood dari slot XXI dan Blitzmegaplex biasanya mulai dilakukan pada hari awal libur Lebaran demi memberikan layar sebanyak-banyaknya untuk memutar film-film unggulan tersebut--ya gampangannya, gantian dengan film dari negeri sendiri.
Falcon Pictures, salah satu rumah produksi besar di Indonesia, pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk merilis La Tahzan, film berbudget besar yang melakukan proses syuting di Jepang dan dibintangi oleh aktor-aktris yang termasuk papan atas di Indonesia seperti Atiqah Hasiholan, Ario Bayu, Joe Taslim, sampai Dewi Irawan. Susunan kru-nya pun tidak main-main. Ada Danial Rifki yang memulai debutnya di kursi sutradara, setelah sebelumnya menulis naskah film-film pemenang Piala Citra (Tanah Surga, Katanya...) bareng dengan partner-in-crime-nya, Jujur Prananto yang kali ini beraksi seorang diri sebagai penata naskah La Tahzan. Dengan segala talent-talent yang terlibat, apakah La Tahzan berhasil menyuguhkan sajian film Lebaran yang menarik?
Sudut Cinta Segitiga yang Tumpul, Disponsori oleh Lee Cooper.
Rating : ★
Ditulis oleh : @Elbert_Reyner
16 comments
Tragis sekali ya bang.
ReplyDeleteKayaknya Piona itu di Jepang bukan buat kerja, tapi utamanya belajar bahasa di kursusnya itu, kerjanya sambilan (arubaito) aja. Selain buat biaya juga buat memperlancar bahasa, dan emang sambilan di sana yang kerja2 seperti itu. itu nggak ngarang kok, emang bisa dan umum dilakukan.
ReplyDeletetapi filmnya sih emang...hadeuhh *facepalm*
tempo hr sempat nonton wawancara dgn joe taslim di salah satu tv swasta soal film ini, katanya sewaktu syuting di jepang emang kgk pake izin resmi, jadi curi-curi syuting gitu pake perlengkapan seadanya, makanya hasilnya jadi shaky n blur...jadi yah dimaklumi aja deh...'sigh
ReplyDeleteSANGAT SETUJU. Too bad i've watched the movie before i read this review.
ReplyDelete@Reino : Tapi banyak kerja, jalan-jalan dan ngedate dibanding sekolah bahasa Jepang-nya. HAHA. Harusnya ditekankan juga di arubaito supaya tidak terlihat aneh bagi penonton yang masih asing dengan arubaito.
ReplyDeleteTrus si Ario Bayu itu kenapa ya harus kabur ke Jepang? Gw tahu dia terjerat hutang, tapi kok pilih Jepang. Supaya disusul viona?
@M1lk : keliatan banget kok kalo syuting sembunyi-sembunyi. Kalo budget emang nggak memadai, ga perlu jauh-jauh ke Jepang segala. Lagian mau di manapun lokasinya, filmnya tetap jelek :)
ReplyDelete@anonymous : sabar ya gan :')
ReplyDeleteini kali pertama saya baca reviewnya mas elbert penuh cacian. hehehe.
ReplyDeleteuntung saya gak jadi sedih (gak jadi nonton, -red)
Saya tadi malam habis nonton ni pelem. Nyesel ga baca postingan blog ini dulu, hehe. Lima menit pertama langsung ilfil. Saya setuju dengan semua dengan kritisinya. Untuk si Yamada, mungkin karakternya terlalu ngikutin tipikal cowok Jepang dalam dorama.. :D
ReplyDeleteSaya dak tertarik sama tokoh peran untuk beberapa film di Negeri ini ( tidak hanya film ini ) tapi lebih parah dan ngerasa aneh kenapa sih blogger koq seakan harus satu suara , seakan2 inilah waktunya ngejek film ini , apa mungkin sebelumnya kalian selalu menikmati sajian film negeri ini juga karena ada yang posting di blog terus bilang bagus, dan sekali lagi 1 suara untuk ram3" muja habis2san gitu ???
ReplyDeleteSDM parah. Salut hanya untuk penulis posting , Selera tulisan anda berkelas Bro .
Ada kok film negeri kita yg lebih bagus memakai setting luar negeri misalnya 99 cahaya, atau assalamualaikum beijing... terutama untuk assalamualaikum beijing, dia betul2 menyampaikan pesan bagaimana islam itu, sehingga membuat si aktor penasaran dg islam. Salah satunya Bagaimana disitu asma tidak mau bersentuhan dg lawan jenis.
DeleteBukannya pecicilan mengikuti trend disekelilingnya.
99 cahaya juga bagus... ada pengetahuannya.
Yap. sangat setuju, dari awal udah berasa aneh. peran atiqah yg annoying, kebaikan yamada yg gak wajar, dan benang merah sama tema "religius" yg keliatan sangat dipaksa. ceritanya gak jelas!
ReplyDeleteSaat itu saya menonton bareng keluarga (moment lebaran) dan untungnya kebetulan di bioskop yg gak mahal. kami sekeluarga yg gak semua ngerti film pun merasa kalau ini film gak jelas. haha
Saya apresiasi dulu buat kaka yg nulis posting ini. Luar biasa kritiknya. Saya tunggu yah kak film buatan kakak yg menurut kakak ideal, baik dan layak itu seperti apa dan bagaimna. Mudah mudahan bisa lebih baik dari film yg selalu kaka kritisi seperti ini. Terimakasih ..
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHa..ha..ha. saya setuju sekali dg pendapat anda. Ini lebih buruk dari ftv. Beruntung saya kena jebak di youtube gara-gara melihat judulnya.
ReplyDeleteTidak perlu rugi beli tiket.
Jalan cerita tidak sesuai judul. Apanya yang La Tahzan?
Saya kira jalan ceritanya seorang jepang yg mengalami masa silam menyedihkan, kemudian memperistri wni dan belajar keramahan islam darinya... terus ada org ketiga yg membuat si suami cemburu buta... yah mungkin saja kemudian si istri meninggal....biar ada sedih2nya...sesuai lagu UJ yg diputar.
Setidaknya tentang kehidupan suami istri lah, sesuai lagunya.
Tapi lagi-lagi tidak ada hubungan sama sekali.
Yang bikin eneg itu suaranya tidak natural... mengada ngada.
Ini sama saja dengan kamu bariskan semua makanan yg enak, tapi cara makannya harus digabung jadi satu.
NORMIES BANGET LU PASTI ANAK JAKSEL SOMPLAK
ReplyDeleteJust do it.