FAQ : ASPECT RATIO EXPLAINED

7/13/2012 09:46:00 PM



Dalam post ini, saya akan menjelaskan sedikit mengenai Aspect Ratio dalam film. Sebagian besar orang menganggap bahwa Aspect Ratio itu tidak begitu penting atau bahkan tidak memiliki pengetahuan mendasar perihal betapa pentingnya hubungan Aspect Ratio (AR) dengan film. Oleh karena itu, melalui post ini, saya akan berusaha menjelaskannya se-sederhana mungkin. Semoga berguna bagi para pembaca sekalian dan harap maklum apabila ada satu dua hal yang salah (tolong diralat via comment).


Aspect Ratio memang digunakan di berbagai macam bidang, namun dalam post kali ini, saya hanya menjelaskan penggunaannya di film. Secara sederhana, AR bisa didefinisikan sebagai ukuran wide (lebar) film ketika dipresentasi-kan di layar. Pengaturan AR pada kamera dilakukan sutradara dan director of photography ketika syuting film, tentu setelah mereka melakukan test untuk menentukan AR apa yang cocok untuk filmnya. 
Pada zaman modern ini, ada dua macam aspect ratio yang dipakai pada hampir semua film di seluruh dunia, yakni 2.39:1 dan 1.78:1 / 1.85:1. Namun, dalam post ini, saya akan menjelaskan beberapa AR yang populer digunakan sejak zaman berdirinya industri perfilman sampai sekarang.
Academy Ratio (1.33:1 / 1.37:1) or 4:3 / letterboxed

Inilah ukuran film untuk pertama kali-nya. Berbentuk nyaris persegi, Academy Ratio digunakan pada awal berdirinya industri film, era film bisu, hingga mulai ditinggalkan pada tahun 1950 - 1960-an yang bertransisi ke era widescreen. Meski demikian, masih ada segelintir film yang dipresentasikan dengan AR tersebut di tahun - tahun berikutnya, sebagai contoh : The Artist yang rilis tahun 2011 lalu. 
Academy Ratio juga digunakan dalam teknologi televisi “kotak” dan generasi awal home video yang lebih terkenal dengan sebutan 4:3. Sayang, film - film berformat widescreen yang dirilis dalam home video justru mengalami proses cropping karena banyak masyarakat yang belum mengerti dan merasa tidak nyaman dengan black bars / “gambar separuh” di layar televisinya. Bahkan di Indonesia, tidak sedikit format DVD original yang mengalternasi original aspect ratio (OAR) film tersebut agar muat di layar 4:3. Alhasil, gambar film di layar televisi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan visi sang sineas karena adanya pemotongan gambar supaya muat di televisi 4:3 secara penuh. 
Contoh : The Artist, Citizen Kane, All About Eve, Metropolis, Dumbo, Bambi, Lewat Djam Malam, etc
1.44:1 (IMAX)

Adalah aspect ratio film - film yang diputar di layar IMAX ataupun difilmkan dengan kamera IMAX. Film yang sebelumnya tidak dishot dengan kamera IMAX akan di-remaster dengan teknologi DMR (Digital Re-Mastering); dari reel film 35mm menuju ke 70mm.
Film Hollywood yang di-convert ke format IMAX untuk pertama kali-nya adalah Apollo 13 yang dibintangi Tom Hanks. 
Hingga kini, masih sedikit film Hollywood yang di-shot dengan kamera IMAX 70mm, mengingat besarnya biaya yang dibutuhkan; meski harus diakui bahwa gambar yang dihasilkan akan sangat tajam dan menakjubkan. Contoh film yang dishot dengan kamera IMAX adalah beberapa scene spektakuler dalam The Dark Knight, The Dark Knight Rises, Mission Impossible : Ghost Protocol. 
1.66:1 / 1.67:1

Dikembangkan pertama kali oleh Paramount Pictures. Aspect ratio ini juga digunakan oleh Disney pada masa transisi mereka ke teknologi animasi digital yang disebut CAPS Program (Computer Animation Program System). CAPS digunakan untuk mewarnai background / karakter film animasi tradisional secara digital.
CAPS dipakai dalam feature film untuk pertama kali-nya pada scene terakhir film The Little Mermaid. Sedangkan Rescue Down Under adalah film animasi pertama Disney yang 100% menggunakan teknologi CAPS tersebut.
Selain itu, beberapa negara Eropa juga menggunakan AR ini sebagai standard cinema mereka sampai sekarang. Layar atas Nintendo 3DS juga menggunakan aspect ratio 1.66:1.
Contoh : Beauty and the Beast, The Lion King.
1.78:1 or 16:9 

Adalah AR yang dijadikan sebagai standard Televisi jaman sekarang. Dikenal juga sebagai 16:9. Semua film yang difilmkan dengan AR 1.85:1 akan dikonversi ke 1.78:1 karena perbedaan ukurannya yang sangat minim. 
Ironisnya, format home video (Blu-ray) juga kembali mengulang kesalahan yang sama; di mana film - film dengan OAR 2.35:1 ke atas akan di-cropping agar bisa memenuhi layar TV 16:9 sekarang ini dan menghilangkan black bar. Untung, hal ini hanya terjadi di beberapa negara saja seperti Australia.
1.85:1


Salah satu AR yang paling populer di industri perfilman jaman modern. AR 1.85:1 sering digunakan di film - film drama, keluarga, serial televisi, independen, dan animasi. Film Indonesia juga banyak yang menggunakan AR 1.85:1.
Ketika disaksikan di layar bioskop, film dengan AR 1.85:1 tidak selebar film dengan AR 2.39:1. Masyarakat awam akan sering mengomel : “Lo.. kok gambarnya kecil.. Wah tirai-nya belum dibuka nih, atau jangan - jangan layar bioskop di studio ini memang jelek..” (setelah baca post ini, jangan diulangi lagi ya).
Semua film yang difilmkan dengan AR 1.85:1 akan dikonversi ke 1.78:1 ketika dihadirkan dalam format home video karena perbedaan ukurannya yang sangat minim dan juga untuk menyesuaikan dengan AR standard televisi jaman sekarang yang juga 1.78:1.
1.85:1 juga dipercaya sebagai AR terbaik untuk film dengan format 3D.
Contoh : Hugo, Wrath of the Titans, Men In Black 3, The Avengers, Contagion, The Tree of Life, iklan Cinema 21.
Widescreen (2.35:1 / 2.39:1 / 2.40:1)


Adalah AR yang paling ‘prestigious’ dan terasa feel sinematiknya (saya pribadi juga sangat menyukai AR 2.39:1 ini). Namun, untuk memproduksi film dengan AR tersebut, sang sineas membutuhkan lensa yang cukup mahal untuk bisa menangkap gambar yang wide dan rich. Oleh karena itu, AR tersebut hanya digunakan oleh sebagian besar film - film blockbuster agar bisa merangkap adegan aksi serta visual effects-nya dengan lebih baik dan wow (walau ada juga beberapa film drama yang menggunakan AR 2.39:1, seperti The Social Network dan We Need to Talk About Kevin).
Lucunya, AR tersebut selalu menjadi favorit masyarakat di bioskop karena layarnya yang sangat lebar itu, namun dibenci ketika mereka menyaksikan film favoritnya tersebut di televisi karena adanya black bar.
Christopher Nolan dan David Fincher selalu menggunakan AR ini dalam semua filmnya.
Contoh : The Amazing Spider-Man, The Dark Knight, dan film - film blockbuster lainnya.
Cinemascope (2.55:1)


Diciptakan oleh 20th Century Fox pada tahun 1953. 2.55:1 adalah AR widescreen pertama kali. Berkat sambutan yang luar biasa dari masyarakat, studio - studio film besar Hollywood : Walt Disney, Columbia, Universal, Warner Bros, dan MGM segera ikut memanfaatkan teknologi tersebut dalam film - film unggulannya. Tahun 1967, AR ini mulai ditinggalkan dan diganti dengan 2.40:1
Contoh : Sleeping Beauty, Lady and the Tramp.
Ultra Panavision 70 / MGM 65 (2.76:1)


Digunakan pada tahun 1957 - 1966, kamera tersebut diciptakan oleh MGM dan menawarkan AR paling wide yang pernah digunakan dalam dunia perfilman.
contoh : Ben - Hur
In My Not-So-Humble Opinion : 
Aspect Ratio itu ibaratnya ukuran kertas gambar ataupun space bagi para seniman. Para penikmat tidak boleh ikut campur dalam pemilihan ukuran kertas, karena semua itu tergantung pada kebutuhan sang seniman untuk menuangkan seluruh visi dan pesan yang ingin disampaikannya. Bayangkan saja lukisan Monalisa karya Leonardo DaVinci dibuat landscape, tentu akan sangat mengurangi nilai seni-nya bukan? Demikian halnya dengan aspect ratio. Para produser ataupun studio film tidak boleh seenaknya mengubah aspect ratio suatu film tanpa seizin dari sang sineas, karena meski terlihat sepele, hal ini merupakan suatu bentuk penghinaan yang menyakiti hati para sineas karena hasil akhir filmnya tidak sesuai dengan visinya. Kita tentu tidak tahu kan bahwa ada beberapa pesan tersembunyi ataupun estetika keindah`n / keseimbangan gambar yang dicurahkan sang sineas pada filmnya? 
Jadi, duduk dan saksikanlah sebuah film sesuai dengan yang diinginkan / dimaksudkan oleh sang sutradara. 

*Gambar - gambar di atas hanya sekedar ilustrasi saja dan dibuat sesuai dengan tampilan pada layar televisi 16:9 / 1.78:1 (Plasma / LCD / LED)

You Might Also Like

6 comments

  1. Saya paling suka yang 16:9. itukan untuk resolusi HD ya mas.
    Eh ngomg2 mau tanyaa gambar yg ada di header blog yg letaknya paling pojok kanan bawah itu judul filmnya apa?

    ReplyDelete
  2. Saya paling suka yang 16:9. itukan untuk resolusi HD ya mas.
    Eh ngomg2 mau tanyaa gambar yg ada di header blog yg letaknya paling pojok kanan bawah itu judul filmnya apa?

    ReplyDelete
  3. @cokelatnut: Gw bantu jawab y, itu Savages, udah rilis di AS sana bulan ini tapi disini gw ragu... Gw nunggu2 banget tuch pilem, sama kayak Cabin in The Woods...

    ReplyDelete
  4. Terima kasih sudah bantu jawab. Maaf jarang buka blog. hehe

    Aspect ratio bukan resolusi, tapi ukuran wide film. Resolusi HD adalah 1920x1080.

    ReplyDelete
  5. Blog yang sangat berguna bagi penikmat film seperti saya. Kebetulan saya lebih sering pakai 16:9 untuk semua film indie yg saya buat & rekaman lainnya karena bisa dinikmati di tv HD tanpa terpotong black bar. Terimakasih atas info berguna ini saya jadi tau AR selain 4:3, 16:9 dan cinemascope :D

    ReplyDelete
  6. Terima kasih banyak sudah ke berkunjung ke blog saya. =)

    Btw, kalo udah buat film, berarti bukan penikmat lagi dong. Udah di level yang lebih tinggi. Hehe.
    Semoga sukses film - filmnya bro :D

    ReplyDelete

Just do it.