WEEKEND (2011) REVIEW

7/03/2012 12:53:00 AM


"Well. You know what... It doesn't matter to me. I love you just the same. And guess what? I couldn't be more proud of you than if you were the first man on the moon" -Glen 
Paska kesuksesan Brokeback Mountain tahun 2005 lalu, para sineas dunia menjadi lebih berani dan percaya diri untuk mengangkat tema LGBT (Lesbian Gay Bisexual Transgender) ke dalam film - film mereka. Film berjudul weekend karya sineas baru Andrew Haigh adalah salah - satunya yang cukup berhasil menarik perhatian kritikus dan juga juri - juri dari berbagai festival film bergengsi. 


Kisah film Weekend bermula ketika Rusell (Tom Cullen) mengunjungi gay bar untuk mencari ‘mangsa’ seusai ia menghadiri pesta di rumah sahabatnya. Di sana, ia bertemu dengan seorang pria bernama Glen (Chris New) dan melakukan hubungan satu malam dengannya. Tetapi, Glen memiliki sesuatu yang spesial hingga membuat mereka saling tertarik untuk mengenal satu sama lain. Alhasil, hubungan mereka berdua menjadi intim dan jauh lebih kompleks dari yang telah mereka perkirakan sebelumnya.  
Melalui feature film perdana-nya, Andrew Haigh mengajak para penontonnya untuk menelusuri kehidupan kaum minoritas ini secara lebih mendalam dan dengan gaya penceritaannya yang elegan. Meski hanya berdurasi 97 menit, Haigh tidak terburu - buru dalam mempresentasikan seluruh ceritanya. Ia lebih memilih mengembangkan narasi sederhana-nya tersebut secara setahap demi setahap; seperti kisah cinta antara Rusell dan Glen yang terus berkembang, dari sesuatu yang simple hingga menjadi sesuatu yang dapat mengubah masa depan kehidupan mereka kelak. Dan di sinilah letak kebrilianan film Weekend yang membedakan dirinya dengan film - film romance mainstream. 

Para penonton diajak untuk mengenal lebih dalam, mengamati perubahan yang natural serta kebimbangan nyata dalam dua karakter sentral film ini; mulai dari rasa takut Rusell atas tanggapan publik apabila mengetahui bahwa dirinya gay, hingga Glen, yang awalnya bangga menjadi seorang homosexual, berbalik merasa tidak mampu menerima kenyataan bahwa kehidupan romansa-nya sudah mencapai tingkat tertinggi di samping komitmennya untuk tidak memiliki hubungan kekasih dengan kaumnya. Haigh dengan begitu mudah membuat para penontonnya terhisap dengan karakter - karakter ini, merasakan kegelisahan mereka, dan kemudian membuat kita menyadari bahwa kehidupan romansa kaum LGBT ini tidak kalah kompleks kehidupan romansa pria - perempuan biasanya. Selipan back story dan masalah dalam kehidupan sehari - hari mereka juga merupakan amunisi ampuh bagi film ini untuk tampil realistis, meyakinkan dan terlebih lagi : bukan sekedar tempelan belaka, melainkan turut mendukung penuh perkembangan karakter yang ada. 
Hal lain yang perlu digaris bawahi adalah pelakon kedua karakter sentral film ini yang merupakan pendatang baru. Tom Cullen berhasil tampil memukau dan berani, di samping tuntutannya untuk berciuman dan berhubungan seks dengan lawan mainnya. Karakter Rusell yang pendiam dijiwai-nya dengan baik, termasuk perubahan karakternya yang sanggup bertransisi secara natural di layar. Demikian halnya dengan Chris New. Ia mampu tampil baik, lengkap dengan gerak - gerik serta gaya berbicara karakter Glen yang sissy itu. Performa-nya sendiri juga tidak berusaha untuk mendominasi layar, melainkan saling melengkapi satu sama lain dengan Tom Cullen; membuat chemistry antara Glen dan Rusell bisa terbangun secara sempurna.


Kita tentu tidak tahu apakah Andrew Haigh menceritakan kisah hidupnya sendiri; namun menyaksikan film Weekend itu seperti melihat visualisasi dari beragam kisah curhat nyata dari para kaum LGBT : jujur, romantis, realistis dan juga menyentuh. Ia berhasil meyakinkan para penonton untuk berpikiran lebih terbuka bahwa kisah cinta antara homoseksual bukanlah sesuatu yang tabu dan menjijikan, melainkan sama indah dan manisnya dengan kisah romansa antara pria dan perempuan.




You Might Also Like

2 comments

  1. Elbert, Ni film ga ada di bioskop sekarang. Tapi dari sinopsisnya kayaknya cukup bagus utk ditonton. Btw, kok kamu udh ga me-review film 3D lagi skrg??? Mau usul gimana kalo Spiderman kamu ulas yg 3D-nya.

    ReplyDelete
  2. Iya. Gak tayang di bioskop. Gw ntn via MKV. Hehe. Benernya gw juga suka ngreview film lain (yang ga tayang di bioskop), tapi karena keterbatasan waktu, jd cuma ngreview film2 bioskop (juga karena pertimbangan jumlah visitor).

    Iya, abraham lincoln dan brave versi 3D tayangnya telat di surabaya sini :( :(

    The Amazing Spiderman gw pasti review kok 3Dnya :)

    ReplyDelete

Just do it.