3D REVIEW : THE AMAZING SPIDER-MAN
7/04/2012 05:03:00 PM
The Amazing Spider-Man adalah salah satu film yang diklaim banyak cinephiles sebagai film yang sangat wajib untuk disaksikan dalam format 3D, tentu semua itu berkat gembar - gembor dahsyat dari pihak Sony atas teknologi 3D terbaru yang digunakan dalam film ini. Apakah efek 3D dalam film ini sesuai dengan apa yang mereka katakan? Atau hanya sekedar strategi marketing saja?
Cinema : Galaxy XXI, Studio 1 (July 3, 2012)
3D Technology : Dolby Digital 3D.
------------------------------------------------------------------------------
Shot in 3D : yes
Film The Amazing Spider-Man (TAS) di-shot menggunakan teknologi kamera 3D jenis terbaru : Red Epic 3D Camera dengan lensa 3ality Digital's TS-5.
Brightness : 4/5
Menggunakan kacamata 3D itu ibaratnya memakai kacamata hitam ketika menonton film di bioskop, sehingga gambar di layar akan menjadi lebih gelap.
Masalah brightness akhir - akhir ini memang tidak begitu menjadi kendala dalam film - film blockbuster Hollywood berkat perkembangan teknologi 3D yang pesat. Dan saya tidak tahu apakah ini salah Marc Webb atau teknisi proyektor-nya, namun level brightness dalam TAS tidak begitu baik. Adegan - adegannya (termasuk di malam hari) memang masih terlihat jelas, tetapi dengan tingkat brightness yang kurang maksimal dan membutuhkan sedikit waktu beradaptasi.
Depth : 3.5/5
Depth adalah ilusi kedalaman gambar di layar yang membuat para penonton merasa tengah menyaksikan adegan - adegan film tersebut dari balik jendela raksasa atau bahkan merasa ikut terlibat dalam adegan tersebut.
Menurut saya, efek depth dalam film TAS adalah bagian yang paling tricky untuk di-review. Sebagian besar adegan dalam film ini terasa sangat datar (bahkan ketika anda melepas kacamata, anda bisa melihat dengan jelas adegan - adegannya). Efek depth dalam TAS baru mulai menunjukkan taringnya ketika sang spidey memulai aksinya meloncati gedung - gedung dan melawan The Lizard. ‘Teknik’ ini banyak mengingatkan saya pada film Tron Legacy, di mana Disney men-shot adegan di dunia nyata dengan kamera 2D dan dunia komputer Tron dengan kamera 3D. Sayangnya, kebalikan dengan Tron Legacy; 75% film TAS adalah drama yang datar (pun intended) dan 25% adegan aksi / CGI heavy saja yang baru memanfaatkan efek depth sebaik mungkin. So, proceed with caution.
Pop Out : 2.5/5
Pop Out adalah ilusi gambar yang keluar dari layar. Dan biasanya efek pop - out-lah yang dinanti - nantikan para penonton awam karena unsur hiburannya ataupun karena persepsi mereka terhadap efek 3D adalah gambar keluar layar. Namun, perlu dicatat bahwa pembuatan efek pop out dalam sebuah film bisa dibilang gampang - gampang susah. Dibuat berlebihan, akan menimbulkan gimmick dan membuat film tersebut tampak murahan. Oleh karena itu, dibutuhkan kreatifitas dan perencanaan yang matang agar efek pop out yang dihasilkan tidak terkesan dipaksakan.
Sama dengan efek depth-nya, efek pop - out dalam TAS kebanyakan muncul pada saat adegan aksi-nya dimulai. Jumlahnya memang bisa dihitung jari, tetapi masih sanggup menghibur penonton.
Health : 5/5
Tidak semua orang tahan ketika menyaksikan film 3D. Ada yang mengalami rasa pusing dan mual seusai menonton film 3D. Sebagai pecinta film dan 3D enthusiast, saya sangat bersyukur tidak dianugrahi "bakat" tersebut.
Level brightness yang rendah sempat membuat mata saya tidak nyaman di menit - menit awal film.
Worth It? Neutral
The Amazing Spider-Man adalah salah satu film yang diklaim banyak cinephiles sebagai film yang sangat wajib untuk disaksikan dalam format 3D berkat gembar - gembor atas teknologi 3D canggih yang digunakan dalam film ini. Unfortunately, Marc Webb dan tim-nya tidak berhasil memanfaatkan teknologi kamera 3D terbaru tersebut dengan baik. Sungguh sebuah ironis memang, bahwa film - film dengan efek 3D hasil konversi tahun ini jauh lebih baik daripada yang difilmkan dengan kamera 3D. Tetapi, mengingat harga tiket 2D dan 3D di bioskop Indonesia ini (hampir) sama, tidak ada salahnya apabila anda memilih versi 3Dnya.
7 comments
salam kenal !!!
ReplyDeletebetul apa kata mas, saat saya menonton efek 3D nya tidak begitu kentara, lebih bagus efek 3Dnya MADAGASCAR !!!
efek 3D Spiderman lebih fokus pada 1st-person shooter style..
Pop out nya cukup oke menurut saya. Yang jelek adalah brightness-nya yang kurang. Film menjadi gelap sekali, sampai terkadang saya membuka 3D glasses untuk melihat film dari kondisi terang.
ReplyDeleteKlo gw sich puas sama konten pop-out nya. jauuuh lebih banyak n keren daripada Avengers.
ReplyDeleteMalah Avengers lebih bagus di kedalaman-nya n kecerahan klo gw bilang. Haha...
Makanya kamera 3D gak ngepek, tergantung hasrat si director-nya n adegan2 difilm itu sendiri klo bagi gw.. ;D
@anonymous : Film live action ga bisa dibandingin dengan 3Dnya film animasi. hehe. Animasi lebih mudah pembuatan efek 3Dnya. btw, Salam kenal juga :D
ReplyDelete@sanderslie : Pop-outnya memang oke (seperti yang tertulis di review), tapi jumlahnya sedikit menurut saya. Jadi 2.5/5 cukup lah. haha. Setuju untuk yang brightness, tapi nggak sampai gelap sekali, apalagi kalau adegan malam hari masih terlihat jelas. :)
@MRP : kamera 3D pengaruh banyak kalau sutradara-nya ngerti bagaimana menggunakannya, seperti film Hugo, Prometheus. Marc Webb kan sutradara baru. Dia memang berbakat, tapi sangat minim pengalaman. Jadi kasihan juga kalo nyalah2in dia. Hehehe.
Pop out-nya perasaan ga banyak kok .____. tapi memang cukup terasa, terutama yang waktu spidey berayun - ayun dan di-shot dari atas (menjelang akhir film).
Walaupun Pop Out-nya sedikit tapi emang cukup terpuaskan juga.. :D
ReplyDeletesalam kenal :D,,, masalahnya menurut saya dari teknology 3Dnya juga, sy jg nntn di Dolby 3D, memang level brightnessnya gelap, bahkan siang saja ky sore hari, tetapi ketika sy liat trailernya di RealD 3D blitz, ok qo, level brightness sangat cerah +, jd tergantung teknologi 3D yg di pakai di bioskop, kta ketahui bersama bahwa kekurangan dr dolby 3D itu gelap dan mudah ghosting
ReplyDeleteMantep banget ini infonya. Terima kasih gan
ReplyDeleteJust do it.