THE FINEST HOURS (2016): MOVIE + IMAX 3D REVIEW

2/02/2016 04:49:00 PM



Mengingat harga tiket IMAX yang sedikit lebih mahal dan butuh banyak perjuangan untuk mendapatkan seat terbaik, apakah The Finest Hours benar-benar layak ditonton dalam format IMAX, atau cukup disaksikan di bioskop reguler saja? Let’s find out.


The Movie: 2.5/5

The Finest Hours memang menjanjikan banyak adegan aksi intens di tengah laut yang layak untuk ditonton di layar IMAX, dan ya, ia bisa dibilang cukup berhasil merealisasikannya di 30 menit terakhirnya. Tapi sayang, keseluruhan film ini rupanya tak lebih dari film-film Disney kelas dua: klise, penuh karakter dangkal, dan human drama yang lebih banyak mengganggu daripada menyentuh.


About IMAX 3D Experience

Konsep dasar teknologi 3D yang diusung IMAX ini kurang lebih sama dengan Real D 3D, di mana layar dan projector-nya yang bekerja secara aktif, sedangkan kacamata 3D bekerja secara pasif. Alhasil, gambar yang dihasilkan lebih terang dan meminimalisir (bahkan hampir tidak ada) kemunculan ghosting atau gambar ganda ketika kepala anda bergerak. Kacamata IMAX 3D juga tidak membutuhkan battery seperti teknologi Dolby 3D milik cinema 21 sehingga lebih nyaman dan ringan ketika dipakai. 

Keunggulan lain dari IMAX 3D adalah luas dan struktur layarnya yang didesain sedemikian rupa untuk mencakup seluruh area pandang mata penonton. Otomatis, efek 3D yang dihasilkan pasti akan jauh lebih dahsyat dibanding layar reguler.

Aspect Ratio: 2.39:1 (with black bar)

Aspect Ratio layar IMAX adalah 1.90:1 (sedikit lebih lebar dari standard TV 16:9) dan tidak dapat diubah lagi seperti yang banyak kalian jumpai di studio-studio reguler cinema 21. Sehingga ketika memutar film dengan aspect ratio 2.39:1 (lebih lebar), ada black bar di atas dan di bawah layar yang menimbulkan efek layar terlihat kecil. Aspect ratio The Finest Hours adalah 2.39:1.

Sound: 3/5
Salah satu aspek yang paling menarik dari IMAX adalah sound system-nya yang membutuhkan mixing khusus untuk dapat menciptakan efek suara 3D yang menyebar rata di ruangan studio. Setelah menyaksikan beberapa film di IMAX, saya mengambil kesimpulan bahwa kualitas sound setiap film tidak sama. 
——
Tidak ada yang spesial ataupun memorable dari tata suara The Finest Hours. Bass, dialog, efek suara adegan aksi, semua terdengar dan tercampur dengan baik dan seimbang tanpa ada aspek yang terdengar mengungguli. Detil-detil suara kecil nyaris tidak ada.


Brightness: 4.5/5

Level brightness bisa dibilang sebagai aspek paling krusial dalam kenikmatan anda menonton film 3D, karena kacamata yang anda kenakan membuat gambar di layar terlihat lebih gelap.
——
Satu-satunya keunggulan dari versi IMAX 3D The Finest Hours adalah level brightness-nya yang sangat baik. Dengan set waktu yang sebagian besar di malam hari, tidak ada masalah sama sekali ketika menyaksikan film ini dari balik kacamata 3D. 

Depth: 1.5/5

Efek depth adalah kedalaman gambar di layar yang membuat penonton seolah-olah sedang menyaksikan peristiwa yang benar-benar terjadi dari balik jendela di depannya (layar). Singkatnya, efek depth membantu background film terlihat lebih nyata dan membuat penonton merasa terlibat di dalam adegannya. Layar IMAX sangat membantu efek kedalaman gambar untuk bekerja lebih maksimal.

——

Hampir semua adegan dalam The Finest Hours tampil flat. Mulai dari adegan di dalam kapal, adegan waktu badai, semua tidak memiliki layer yang mampu memberi kesan hidup pada gambar. Bahkan ketika penonton melepas kacamatanya pun, adegan di layar masih terlihat jelas--yang berarti, film ini memang tidak mempunyai kualitas depth yang baik.

Pop Out: -
Efek pop-out adalah efek gambar yang keluar dari layar dan ‘menusuk’ mata penontonnya. Bagi penonton awam, efek pop-out ini sering dianggap sebagai definisi dari efek 3D.
——
Tidak ada efek pop out sama sekali di The Finest Hours. Bahkan rintik-rintik hujan pun tidak ada yang menembus keluar dari layar.



The IMAX Experience: 2/5


IMAX experience ‘The Finest Hours’ rupanya juga sedatar filmnya sendiri. Adegan-adegan aksi dalam film ini sama sekali tidak memanfaatkan layar besar IMAX. Banyak shot-shot di film ini yang cenderung difilmkan dalam jarak dekat dengan karakternya tanpa bisa memberikan kesan epic, besar, dan megah pada hampir seluruh adegannya. Ditambah lagi dengan porsi drama yang cukup banyak, editing payah, dan efek 3D yang ala kadarnya, menyaksikan The Finest Hours dalam format IMAX hanya buang-buang uang dan waktu saja.


Ticket sponsored by: IDFilmCritics.com






You Might Also Like

2 comments

  1. sorry bro.
    bagian "depth" dan "pop out" mestinya perlu di edit lagi. coba cek.
    makasih buat reviewnya, sangat membantu.

    ReplyDelete
  2. Eh iya. Thanks bro ralatnya. Segera diperbaiki.

    ReplyDelete

Just do it.