THE FAULT IN OUR STARS (2014): A VERY ‘OKAY’ ADAPTATION

6/27/2014 09:09:00 PM



2014 / 20th Century Fox / US / Josh Boone / 125 Minutes / 1.85:1 / PG-13 

Hazel Grace (Shailene Woodley) adalah seorang penderita kanker thyroid stadium empat yang merasa hidupnya tidak berarti lagi, sampai akhirnya, dia bertemu dengan Augustus Waters (Ansel Elgort), seorang pria yang berhasil memberikan cinta dan makna hidup sebenarnya untuk Hazel.


Film dan buku adalah dua medium yang berbeda. Sebuah buku tidak pernah dan tidak mungkin berperan sebagai sebuah naskah film. Demikian juga dengan film. Film juga bukanlah sebuah medium yang bisa memvisualisasikan kata demi kata dari buku tersebut ke layar lebar. Jadi, seperti yang sudah banyak dikatakan oleh para profesional, membandingkan film dengan buku itu seperti membandingkan apel dengan jeruk. 

Tetapi apa yang telah dilakukan oleh sutradara Josh Boone dalam usahanya mengadaptasi buku TFIOS ke medium film adalah sesuatu yang sangat patut untuk diapresiasi. Terhitung, hanya sedikit film-film produksi Hollywood—dan rumah produksi manapun di dunia—yang berhasil memvisualisasikan aliran plot dari buku ke medium film secara maksimal, tanpa harus mengkhianati ataupun mengurangi esensi dan pesan dari bukunya. Sebagai seseorang yang sudah membaca buku TFIOS karya John Green dan menyukainya, saya harus mengakui kalau TFIOS adalah salah satu film adaptasi novel paling setia yang pernah dibuat oleh Hollywood dalam beberapa tahun terakhir. 


Tetapi itu bukan berarti TFIOS tidak memiliki kekurangan. Seperti yang saya katakan sebelumnya, buku bukanlah sebuah naskah film. Scott Neustadter dan Michael H. Weber tampaknya cenderung terlalu banyak memasukkan materi buku ke dalam naskah yang mereka tulis; termasuk dialog-dialog cheesy yang rupanya hanya ampuh di lembaran kertas, dan juga beberapa adegan (yang memang terasa kurang baik di novel) yang seharusnya bisa diimprovisasikan untuk tampil lebih baik di medium filmnya. Hal ini paling terasa pada menit-menit awal film TFIOS yang cenderung tergesa-gesa untuk segera mempertemukan Gus dengan Hazel dan cepat-cepat membuat mereka jatuh cinta; dan juga pada tiga puluh menit terakhir film ini yang kembali tergesa-gesa untuk segera menyelesaikan cerita. Untung saja, TFIOS berhasil menemukan pace-nya yang pas di pertengahan film, momen ketika segala hal penting terjadi.

Kekuatan utama dari TFIOS, bisa ditebak, adalah kharisma, pesona, dan kekuatan akting Shailene Woodley sebagai Hazel Grace. Penonton akan dibuat ikut tertawa ketika dia tertawa, ikut jengkel ketika dia murka, ikut menangis ketika dia menangis, dari awal sampai akhir film. Dan itu adalah sebuah pencapaian yang luar biasa dalam karirnya. Demikian pula dengan lawan mainnya, Ansel Elgort. Banyak fans yang sempat menyangsikan kalau Ansel Elgort memiliki kemampuan untuk memerankan Augustus Waters, mengingat di dua film pertamanya, Carrie dan Divergent, dia hanya memegang peran pendukung. Tetapi untungnya, di bawah arahan Josh Boone, dia sukses menunjukkan kemahiran beraktingnya lewat peran utama pertamanya di film ini dan juga membangun chemistry yang luar biasa charming-nya dengan Shailene Woodley. Laura Dern (anda mengenalnya di film Jurassic Park) juga tampil menonjol sebagai ibu Hazel. Meski perannya tidak begitu banyak, putri aktor senior Bruce Dern ini sukses memberikan salah satu penampilan terbaiknya. 



Overall, tidaklah mengherankan kalau TFIOS mendapatkan banyak Oscar buzz dari kritikus dan media-media untuk kategori Best Actress, Best Supporting Actress, dan Best Picture (silahkan google sendiri kalau tidak percaya). Film ini, sama seperti bukunya, berhasil mempermainkan formula klise kisah cinta remaja-dengan-kanker menjadi sebuah tontonan menarik penuh dialog-dialog genius yang quotable, akting luar biasa, twist yang menghancurkan hati, dan juga pandangan-pandangan hidup para karakternya yang akan terus menempel di benak penontonnya. Dan, ya, anda tidak akan keluar bioskop dengan mata kering.[]


Rating: 4.5 out of 5 stars





You Might Also Like

1 comments

Just do it.