Puss in Boots (2011) Review

12/02/2011 10:09:00 PM




Apakah Puss in Boots berhasil menjadi film stand alone yang berkesan, atau malah terbayang - bayangi kesuksesan Shrek? Let’s find out.



Puss in Boots mungkin adalah salah satu karakter pendukung yang paling menarik perhatian dari keseluruhan saga Shrek. Bagaimana tidak, kucing satu ini memiliki mulut manis yang super puitis, cute mode, dan keahlian berpedang yang fantastis. Belum lagi kehadiran Anthonio Banderas yang sukses memberikan 9 nyawa tambahan pada Puss lewat voice acting-nya yang luar biasa; membuat pihak Dreamworks dengan penuh percaya diri merilis film dengan karakter utama Puss in Boots. Banyak yang mengatakan keputusan Dreamworks ini hanyalah untuk memperpanjang franchise Shrek yang seharusnya sudah berakhir; hal yang sama yang telah dilakukan 20th Century Fox dengan merilis spin off X-Men Origins : Wolverine dan prequel X-Men First Class. Walau demikian, pihak Dreamworks membantah argumen tersebut dan mengatakan bahwa Puss in Boots adalah film stand alone.



Masih menggunakan formula yang sama dengan Shrek, yakni mencampur adukkan beragam karakter dari kisah dongeng terkenal; Puss in Boots berkisah mengenai sepak terjang Puss (Anthonio Banderas) jauh sebelum ia bertemu dengan Shrek. Kala itu Puss berusaha untuk membersihkan namanya dari segala tuduhan tindakan kriminal perampokan bank yang disebabkan sahabat karibnya sendiri, Humpty Dumpty (Zach Galifianakis); dengan mencuri Magic Beans dari tangan kriminal Jack dan Jill, di mana magic beans tersebut akan menuntunnya ke sebuah istana di mana seekor angsa bisa menghasilkan telur emas. Suatu hari, Puss bertemu dengan Kitty Softpaws (Salma Hayek), seorang pencuri handal yang berhasil menggagalkan rencana Puss mencuri magic beans. Ternyata Kitty adalah suruhan dari Humpty Dumpty. Setelah berdiskusi panjang lebar, Humpty akhirnya memutuskan untuk membantu Puss membersihkan namanya dengan mengganti uang hasil curian mereka dengan telur emas.


Dengan ekspetasi yang biasa - biasa saja, Puss in Boots, overall, adalah film animasi yang sangat menghibur. Plot yang dihadirkan memang tidak orisinil, namun masih asyik untuk diikuti berkat alurnya yang solid, humor - humor khas film animasi Dreamworks yang sinting serta adegan aksi yang imajinatif dan mendebarkan. Kisah hidup Puss juga dibeber lebar - lebar mulai dari dia masih bayi hingga bagaimana ia bisa mendapat julukan “Puss in Boots”, semua dijelaskan melalui adegan flash back masa kecil Puss yang cukup menarik, terutama bagi penonton yang menggemari kucing satu ini. Sumbangan suara dari jajaran cast Voice Actors - actressnya juga mampu membuat film ini lebih hidup; terutama Anthonio Andreas yang berhasil menonjolkan karisma dan karakter flamboyan Puss maupun Zach Galifianakis yang memberi nafas kebodohan dan kelicikan luar biasa dalam karakter Humpty Dumpty.


Komposer Henry Jackman yang baru - baru ini bertanggung jawab atas theme dahsyat dalam X-Men First Class juga memberi sumbangsih besar terhadap film ini. Tata musiknya  mampu menghadirkan nuansa Spanish yang kental, enak didengar dan sangat memorable. Sedangkan kualitas dari sisi grafis dan animasi, Puss in Boots tidak jauh - jauh dari Kungfu Panda 2 atau Shrek 4 tahun lalu.


Sayangnya, meski petualangannya cukup seru dan sangat menghibur, Puss in Boots agak terasa seperti film animasi tipikal biasanya yang kurang bisa menghadirkan sesuatu yang baru. Sebagian besar formula yang dipakai juga sudah digunakan di film - film Shrek sebelumnya, sehingga walau bisa dibilang masih cukup efektif, seharusnya Dreamworks memikirkan ide - ide fresh yang membuat film ini menjadi lebih susah ditebak. Sedangkan tokoh antagonisnya, Jack dan Jill, juga sangat membosankan dan tidak berkesan sama sekali. Bahkan cenderung annoying menurut saya. Adegan di istana awan yang dibesar - besarkan di paruh awal film juga tidak sesuai harapan karena kurang ‘wah’ dan tidak misterius.


Meski demikian, bagi yang ingin mencari hiburan di akhir minggu bersama keluarga, Puss in Boots adalah pilihan yang tepat karena anak - anak hingga orang dewasa akan sangat menikmati film ini. Dan sebagai fans berat quadrilogy Shrek, saya agak bisa bernafas lega karena menurut saya Puss in Boots cukup layak untuk dijadikan fondasi film stand alone Puss; walau sebenarnya bisa dibuat lebih baik lagi. Dilihat dari pendapatan dolarnya di seluruh dunia, sepertinya Puss akan kembali mengeong di bioskop beberapa tahun lagi.

You Might Also Like

0 comments

Just do it.