THE AVENGERS (2012) REVIEW
5/09/2012 09:56:00 PM
Proyek film The Avengers sebenarnya sudah ingin direalisasikan Marvel semenjak tahun 2005. Film Iron Man yang rilis tahun 2008 lalu bisa dibilang adalah usaha tahap awal Marvel untuk menggerakan roda produksi film The Avengers yang mereka harapkan bisa direalisasikan ke layar lebar setelah terlebih dahulu merilis aksi solo para superhero yang tergabung dalam grup The Avengers tersebut. Tidak hanya itu, Iron Man adalah film pertama yang mereka produksi sendiri supaya hasil akhirnya sesuai dengan harapan para pecinta komik dan petinggi Marvel. Mudah ditebak, Iron Man sukses luar biasa, baik dari segi finansial maupun kualitasnya. Belum lagi sambutan meriah dari pengenalan SHIELD dalam film ini, membuat rasa percaya diri Marvel meningkat. Tahun - tahun berikutnya, Marvel senantiasa merilis aksi solo para superhero The Avengers mulai dari Iron Man 2, The Incredible Hulk, Thor dan Captain America dengan menerapkan proses produksi dan creative control yang ketat. Fortunately, usaha mereka ini meraih sukses besar, di mana semua filmnya meraup pendapatan memuaskan dan dipuji - puji kritikus. Tanpa pikir panjang, Marvel pun segera menunjuk Joss Whedon untuk menulis sekaligus menyutradarai proyek impian mereka ini. Apakah Joss Whedon berhasil memenuhi ekspetasi dan hype para penonton di seluruh dunia yang sudah sangat tinggi ini?
Melanjutkan langsung seluruh benang merah yang tersebar rapi di Iron Man 1-2, The Incredible Hulk, Thor dan Captain America, sensasi menyaksikan film The Avengers ini kurang lebih sama seperti ketika menonton Harry Potter and the Deathly Hallows part 2. Ya, Joss Whedon, selaku penulis dan sutradara, tidak berbasa - basi lagi di sini dengan beragam pengenalan karakter, namun langsung ke inti permasalahan dan pertarungan habis - habisannya. The Avengers dibuka dengan adegan Loki (Tom Hiddleston) yang mendarat di markas SHIELD setelah cosmic cube (Tesseract) yang tengah diteliti Prof. Selvig (Stellan Skarsgard) bereaksi dan tanpa sengaja membuka portal ke dimensi lain. Markas SHIELD pun hancur dan satu - satunya harapan bumi adalah para superhero yang berhasil dikumpulkan Nick Fury : Iron Man (Robert Downey, Jr.), Hulk (Mark Rufallo), Captain America (Chris Evans), Thor (Chris Hemsworth). Bersama dengan agen kepercayaan SHIELD, Black Widow (Scarlett Johanson) dan Hawkeye (Jeremy Renner), mereka semua harus mencegah usaha Loki untuk menjadi raja atas bumi ini.
Tidak perlu diragukan lagi bahwa Joss Whedon adalah salah seorang sineas paling berbakat yang dimiliki Hollywood. Apabila beberapa di antara kalian sudah menyaksikan dan menyukai serial TV Firefly, anda akan berpikiran sama seperti saya; bahwa Joss Whedon adalah sosok sineas yang paling tepat untuk merealisasikan proyek raksasa Marvel ini. Kepiawaiannya dalam menulis naskah membuat film The Avengers ini sangat menyenangkan untuk diikuti dengan humor segar dan dialog - dialog smart ala Joss Whedon. Bahkan bagi yang menyangsikan banyaknya karakter dalam film ini akan menurunkan kualitas The Avengers, anda tidak perlu khawatir. Whedon berhasil memberi peran yang pas untuk setiap karakter utamanya dengan karakterisasi, konflik, motif, serta interaksi antar karakter yang seimbang dan kuat satu sama lain. Alur ceritanya juga mengalir dengan sangat baik dan sukses merajut benang - benang merah dari film aksi solo Iron Man 1-2, The Incredible Hulk, Thor dan Captain America ini menjadi sebuah permadani universe yang spektakuler. Alhasil, The Avengers menurut saya telah berhasil menjadi tontonan film blockbuster yang sangat fun, seimbang di segala sisi, dan sesuai dengan hype tinggi masyarakat.
Adegan aksi yang disajikan juga termasuk amazing. Dari durasinya yang kurang lebih 140 menit, The Avengers terdiri dari tiga sesi adegan aksi dahsyat. Dan untungnya, ketiga - tiganya hadir tidak mengecewakan dan juga tidak monoton seperti halnya Transformers. Bagian yang paling saya sukai adalah bagian adegan pertarungan habis - habisan di New York. Possibly, the best action sequences ever put on a superhero film. Whedon tidak hanya meledakkan segala hal yang muncul di layar secara random seperti halnya yang dilakukan Michael Bay (meski tidak menyangkal bahwa adegan klimaks The Avengers ini bisa dibilang memiliki kemiripan formula dengan adegan klimaks film Transformers 3). Berbeda dengan M.Bay, Whedon bisa merancang sebuah adegan aksi yang thrilling, cerdas, keren, sangat fun, dan luar biasa epic di sepanjang 30 menit terakhir ini, yang pastinya akan membuat para fanboy orgasme berkali - kali di kursi bioskop. Dukungan cinematography-nya yang sangat stylish juga semakin membantu untuk menonjolkan bahwa The Avengers bukan sekedar film superhero, namun juga sebuah cinematic event yang epic, luar biasa dan merupakan puncak pertarungan habis - habisan dari segala pertarungan yang telah dilakukan para hero kita dalam film aksi solo mereka.
Sayangnya, di luar segala kelebihan - kelebihan di atas, The Avengers masih memiliki beberapa kekurangan yang menurut saya agak mengganggu. [mild spoiler ahead] Tokoh antagonis utama dalam film ini, Loki, tampil kurang greget dan tidak se-bad ass Joker dalam The Dark Knight yang berhasil membuat Batman ketar - ketir. I mean, film ini adalah gabungan sekelompok superhero dengan kekuatan luar biasa, di mana mereka tentunya membutuhkan sesosok musuh spektakuler yang membutuhkan kekuatan lebih dari satu superhero untuk mengalahkannya. Para Chitauri memang termasuk berhasil menuntaskan kewajibannya sebagai musuh yang kuat, tetapi para penonton dan fanboy tentu mengharapkan sesuatu yang lebih dari sosok mastermind-nya, Loki.
Hal lain yang mengganggu adalah absennya subplot mengenai hubungan para superhero dengan supporting character dari film - film aksi solo mereka. Yang paling terlihat adalah hubungan Tony Stark dan Black Widow. Dalam film The Avengers ini, mereka terlihat seperti baru saling mengenal satu sama lain, padahal, bagi yang sudah menyaksikan Iron Man 2, anda tentu tahu hubungan di antara mereka berdua. Lalu Captain America yang seharusnya diperlihatkan tengah beradaptasi di kehidupan modern ini, mencari kekasihnya yang sudah tua, ataupun mengenali Tony Stark sebagai anak dari Howard Stark. Untungnya, Joss Whedon mengkonfirmasi bahwa adegan - adegan tersebut akan ada di deleted scenes dalam blu-ray-nya nanti.
Overall, The Avengers menurut saya adalah film superhero yang paling spektakuler dan paling fun yang pernah dibuat. Joss Whedon mampu membuktikan bahwa film superhero tidak harus gelap dan serba realistis untuk mengambil hati para kritikus dan pecinta film. Ia membuat The Avengers tampil begitu fun, keren, spektakuler, dan sesuai dengan spirit komiknya; tanpa harus mengesampingkan alur ceritanya dan perkembangan karakter. Film ini mungkin akan kalah apabila anda membandingkannya dengan The Dark Knight ataupun Watchmen yang gelap dan depresif itu. But, no need to worry, karena The Avengers sama sekali tidak berusaha untuk menyaingi kedua film tersebut. The Avengers adalah film superhero yang bagus dengan style-nya sendiri.
P.S : ada baiknya apabila anda sudah menyaksikan (dan masih ingat) kelima film aksi solo para superhero ini, mulai dari (urut) Iron Man, Iron Man 2, The Incredible Hulk, Thor dan Captain America, beserta dengan secret endingnya. Dengan demikian, anda akan mengerti back story dan hubungan para karakter utama film ini, serta beragam penjelasan mengenai beberapa poin plot dalam The Avengers yang tidak dijelaskan lagi untuk menghindari pengulangan.
11 comments
PEMILIHAN LOKI SEBAGAI ANTAGONIS SANGAT MENGHANCURKAN SEGALA KUALITAS FILM INI.... THOR SAJA SUDAH MAMPU MELULUH LANTAKKAN LOKI, KENAPA HARUS ADA 5 SUPERHERO LAIN? NASKAH YANG TOLOLLLLLLLLLLL !!!!! (MOVIE MANIA YANG CERDAS PASTI BILANG FILM JELEK DAN HANYA MENGEJAR PENDAPATAN BOX OFFICE SEMATA)
ReplyDeletemasih kalah jauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuhhh dibandingkan The Dark Knight......
ReplyDeleteNah, pasti liat ratingnya aja kan. Haha. Udah gw sebutin semua tuh. Masih kalah dgn the dark knight dan Loki-nya terlalu lemah. :P
ReplyDeleteDahsyat bro review-nya!!! (gw baca semuanya lho..) hehe...
ReplyDelete@MAX HENDRA: Kelima tokoh lain-nya itu ya buat ngadepin pasukan Chitauri-nya lah.. Haha... Oh ya, kl menurut gw naskah-nya nggak tolol, karena yang penting terjadi keseimbangan saat adegan aksi, jadi buat apa penjahat-nya kuat banget tapi saat pertarungan puncak mereka ngalahin-nya dengan mudah? Daripada ngliat Supes ngadepin Lex "PUNY" Luthor, mendingan ini kemana-mana... Haha...
@Mr Joss: The Dark Knight? Keren sich. Tapi itu bukan film aksi kan? haha, jadi nggak bisa dibandingin sama Avengers.. hehe... :)
TDK = Thriller, Drama
Avengers = Action, Sci-Fi
yup, walau sama2 superhero, tapi beda arah antara TDK dan Avengers, seperti yang sudah saya tulis di bagian kesimpulan. The Avengers bagus dengan gaya-nya sendiri. :D
ReplyDeletemungkin jika dirumuskan avengers itu transformers ditambahkan dengan watchmen (dengan takaran yang sangat, sangat kecil)
ReplyDeleteavengers merupakan film superhero yang dapat menyeimbangkan adegan-adegean spektakuler yang dapat menimbulkan eyegasm, dialog dan aksi yang lucu, dengan cerita yang mempunyai konflik yang cukup dalam (pertentangan superhero di avengers sedikit mengingatkan saya dengan konflik rosharcs, dr. manhattan, dan veidt, tetapi, tentu saja tidak sedalam di watchmen)
Yah mungkin kesimpulan kalau avengers merupakan film superhero yang seimbang, tidak sesimpel ledakan michael bay, ataupun serumit arti smiley berdarah di watchmen, film ini menjadi salah satu film superhero terfavorit, meskipun secara personal saya masih lebih menyukai manusia laba-laba yang kedua daripada the avengers
nice review gan. saya setuju. hehe. Menurut saya, lebih mirip Firefly sih diliat dari gaya - gaya-nya, karena Watchmen (which is my most favorite superhero film) itu pendalaman karakternya lebih ke psikologis dan mendalam. The Avengers memakai style yang berbeda, di mana Joss Whedon lebih ke arah perkembangan karakter yang mudah dicerna, fun dan memorable. haha. Salah satu alasan juga kenapa saya ngefans berat ama Joss Whedon. Dia berhasil menyuguhkan film yang sangat menyenangkan. Biarpun durasi-nya 2,5 jam, tapi terasa sangat cepat berlalu. :P
ReplyDeleteDan saya juga termasuk netral sih mengenai film - film adaptasi DC dan Marvel yang bagus. Kebetulan dua - duanya saya suka, karena masing - masing punya style sendiri dan melakukan pendekatan yang berbeda. Film DC yang bagus : TDK, Batman Begins dan Watchmen lebih ke arah realistis, psikologis dan cerita yang kompleks. klo Marvel lebih mengutamakan unsur fun-nya. Mereka menganggap klo film superhero seharusnya begini : fun, sesuai dengan komiknya. Tapi, juga masih memperhatikan story dan karakter. Spiderman trilogy saya juga cukup suka, tapi klo ditonton di jaman sekarang agak terlalu komikal ya (Sam Raimi sih... haha). Mari kita tunggu bagaimana performa The Dark Knight Rises dan The Amazing Spiderman!
ReplyDeleteSaya suka Avenger. Tokoh heronya gak semua ‘suci’. Mereka punya masalah, konflik dan kepentingan sendiri-sendiri. Hebatnya, Avenger mampu membawakan konflik itu tanpa membuat karakternya terlalu emo. Bonus point: No damsel in distress!
ReplyDeleteSatu2nya hal yg ngebuat saya turn off dari The Dark Night adalah : damsel-in-distress itu. Mempermainkan perasaan dua pria sekaligus. Flirting ama Bruce sementara pacaran ama Harvey.
Yes. Avengers is fun. Dibuat ceria, dan gak depresif seperti the dark knight.
ReplyDeleteTapi overall, dua2nya bagus dan saya suka. TDK lebih realistis soalnya. Dan mungkin hanya fokus di 1 hero.
tergantung selera aja la :P
saking hebatnya hulk,ini film lebih cocok disebut sebagai "The Incredible HULK feat. The Avengers"
ReplyDeleteJust do it.