The Smurfs (2011) Review

10/09/2011 03:56:00 PM

Diadaptasi dari komik terkenal karya Peyo yang berjudul sama, banyak sekali yang mencaci - maki film ini, terutama para kritikus dan fans berat The Smurfs. Alasan utamanya, tentu saja, karena The Smurfs adalah film live action dan bersetting tempat di New York. Saya sendiri juga cukup kecewa ketika mengetahui bahwa The Smurfs bukan pure film animasi. Seperti yang kita ketahui, film mixed antara live action dengan karakter CGI kebanyakan berkualitas buruk dan kelewat bodoh ("Hop", I'm looking at you). Apakah The Smurfs juga termasuk salah satunya?


Well, ntah karena terbius dengan keunyuan para Smurfs atau karena ekspetasi yang terlalu rendah, saya dengan berat hati mengakui bahwa saya sangat menikmati kala menonton film ini. Yeah, bisa dibilang The Smurfs masuk dalam daftar Guilty Pleasure saya tahun ini setelah Yogi Bear dan Sucker Punch. Ok, menjawab pertanyaan di atas, The Smurfs memang masih terjebak di formula film CGI-live action kebanyakan, yakni dibuat hanya untuk anak - anak usia belia dengan humor - humor chlidish luar biasa. Untungnya, tingkat kebodohan film ini tidak sampai setingkat dengan Night at the Museum 2, Gulliver's Travels, ataupun Hop; melainkan setingkat dengan Yogi Bear ataupun Alvin and the Chipmunks, yang kebodohannya masih bisa ditoleransi dan *erhem* works for me.


Bagi yang belum familiar, The Smurfs berkisah tentang petualangan para Smurfs yang secara tak sengaja terjebak di New York ketika dikejar oleh Gargamel (Hank Azaria), seorang penyihir yang ingin mengambil kekuatan Smurfs untuk menguasai dunia. Dengan beragam kebetulan yang terjadi, para makhluk biru setinggi tiga buah apel (steve jobs..... hhuuaaa) ini bertemu dengan sepasang suami istri, Patrick Winslow (Neil Patrick Harris) dan Grace Winslow (Jayma Mays). Namun, para smurfs tidak bisa bernafas lega, karena ternyata Gargamel juga ikut terdampar di New York.


Menilik sipnosis di atas, tentu tidak ada yang istimewa dengan plot The Smurfs ini. Tetapi berkat design karakter yang super unyu dan CGI yang baik dari Sony Pictures Animation, The Smurfs menjadi film yang menurut saya, enjoyable. Memang unsur kebodohan--yang membuat para penonton remaja dan dewasa memutar bola matanya--masih ada di film ini, terutama si villain utama, Gargamel, yang tingkah lakunya sangat komikal dan kelewat annoying. Untung saja screen time-nya tidak banyak. Selain itu, perkembangan karakter dan dialog para manusianya juga bodoh, cliche dan terkesan menggampangkan; sangat khas film animasi-live action kebanyakan. Sekali lagi, untungnya, para karakter manusia ini diperankan secara cemerlang oleh Neil Patrick Harris ataupun Jayma Mays, yang paling tidak berhasil membuat adegan mereka tidak annoying.


Sedangkan untuk unsur fun-nya, the Smurfs hampir pasti membuat anak - anak dan sebagian remaja / dewasa bahagia dan terhibur. Beragam tingkah laku unik para Smurfs dan petualangan mereka di New York cukup lucu dan asyik untuk diikuti. Tokoh - tokoh Smurfs (dan nyanyian mereka) juga memorable menurut saya, terutama tokoh Clumsy, Brainy, Papa Smurfs dan Smurfette (hei! ini kan hampir semua karakter. lol). Tentu semua ini juga berkat para voice actor-nya yang sukses menghidupkan karakter - karakter tersebut dengan baik; mulai dari Anthon Yelchin yang mengisi suara Clumsy, Alan Cumming sebagai Gutsy, hingga Katy Perry yang menyumbangkan suaranya untuk karakter Smurfette. 


Untuk para fans The Smurfs, mereka akan dimanjakan dengan pemampilan Smurf Village yang sangat colorful dan indah di awal film. Pengetahuan dasar mengenai Smurfs juga dijelaskan cukup gamblang dan sepertinya masih setia dengan buku komiknya. 


Overall, The Smurfs sangat direkomendasikan untuk ditonton oleh anak - anak dan saya cukup berani menjamin mereka akan memiliki waktu yang menyenangkan di bioskop. Sedangkan untuk para remaja yang tumbuh bersama film - film seperti ini (Stuart Little, Space Jam, Babe, Who Framed Roger Rabbit?, Scooby-Doo the movie, Air Bud, film - film anjing berbicara, dsb), mungkin kalian juga akan turut menikmati The Smurfs sebagai tontonan ringan, dan bahkan bisa jadi film ini masuk ke dalam daftar guilty pleasure (perasaan bersalah karena telah menikmati film buruk) anda tahun ini.



VERDICT : Film ini masuk dalam daftar Guilty Pleasure saya. Jadi, review ini sangat subjektif dan anda belum tentu sependapat dengan saya. Tetapi apabila kalian menyukai Alvin and the Chipmunks ataupun Yogi Bear, sepertinya anda akan menikmati The Smurfs.

Also read : The Smurfs - 3D Review

You Might Also Like

2 comments

  1. setuju !! terlepas dari saya tidak suka setting di new york nya , so far saya masih bisa menikmati film ini... masih berharap smurf kembali dibikin film tapi setting nya full di desa smurf yang pastinya masih terekam dengan baik di otak kita yang pernah menikmati komiknya...

    ReplyDelete
  2. Iyap. Gw lebih prefer full animation dan setia dengan komiknya (walau gw blm pernah baca komiknya :P)

    ReplyDelete

Just do it.