White Vengeance (2011) Review

1/17/2012 12:46:00 AM


Akhir - akhir ini, para pecinta film telah dibuat trauma dengan film - film mandarin yang menyapa bioskop tanah air. Bayangkan, dari semua film Asia yang hadir tahun lalu, mungkin hanya Shaolin yang benar - benar sesuai dengan lidah kita. Belum lagi mendekati akhir tahun, kita disuguhi dua film Jet Li yang saking buruknya tidak bisa ditertawakan lagi. Dan untuk awal tahun 2012 ini, di tengah sepi - sepinya film blockbuster, 21cineplex menawarkan film mandarin berbudget besar, White Vengeance, kepada para peggemar film untuk mengisi waktu luang-nya. Berbeda dengan The Sorcerer and the White Snake, ataupun Flying Swords of Dragon Gate, White Vengeance tidak memiliki visual effects yang norak dan menjanjikan film kolosal "tradisional" yang spektakuler berseting masa peruntuhan Dinasti Qin. Namun, apakah janji sang sineas berhasil ditepati? Atau malah berakhir seperti The Lost Bladesman yang buruk dan membingungkan?

White Vengeance mengangkat kisah peruntuhan Dinasti Qin oleh dua pemimpin pasukan pemberontakan yang telah bersumpah untuk menjadi saudara, Liu Bang (Leon Lai) dan Xiang Yu (Feng Shaofeng). Mereka berdua mengabdi pada Raja Huai dari Chu (Huinan Zhao). Seusai berhasil menjatuhkan Dinasti Qin, Raja Huai kini merasa terancam dengan keberadaan dua sahabat karib ini karena ia ingin menguasai Qin sendiri. Ia kemudian berusaha menyingkirkan dua orang ini dengan mengadu domba mereka. Ia menyatakan bahwa barangsiapa yang berhasil menduduki Guanzhong terlebih dahulu, ia akan menjadi raja Qin yang baru. Liu Bang pun dipercaya Xiang Yu untuk membawa pergi kekasihnya ke tempat persembunyian, Yu Ji (Liu Yi Fei), sementara ia bertarung dengan pasukan terakhir Qin yang melindungi Guanzhong. Namun, di tengah perjalanannya, Liu Bang berubah pikiran dan kemudian berbuat curang dengan menduduki Guanzhong mendahului Xiang Yu. Karena kekuatan terbesar Guanzhong telah dikerahkan untuk berperang dengan pasukan Xiang Yu, Liu Bang berhasil menduduki Guanzhong dengan mudah dan tanpa pertumpahan darah. Merasa dikhianati, Xiang Yu pun geram dan kedua bersaudara ini berubah menjadi musuh.

Apabila anda merasa bahwa saya telah membocorkan kisah White Vengeance habis - habisan dari awal hingga akhir, anda salah besar. Sipnosis di atas hanyalah lapisan luar kisah yang dihadirkan dalam White Vengeance. Sehingga tidak berlebihan apabila saya mengatakan bawah film ini mungkin adalah salah satu film yang berhasil merangkum cuplikan kisah sejarah yang diangkatnya dengan amat baik tanpa harus mengorbankan pace ataupun dengan menggunakan alur cerita yang loncat - loncat. Dalam durasi sepanjang 140 menit, penonton akan dibuat terus terpikat dengan film ini berkat tensi dan kekompleksan ceritanya yang terus meningkat hingga adegan klimaks-nya yang penuh dengan twist. Strategi perang dan adu taktik antar dua penasihat dari dua kubu yang berselisih juga digarap dengan sangat intens, cerdas dan tidak mudah untuk dilupakan begitu saja. Semuanya itu kemudian divisualisasikan dengan tatanan cinematography dan set tempat yang begitu indah dan epik.

Selain itu, adegan aksi dalam film ini juga tampil memuaskan dan realistis, meski patut disayangkan, penggunaan slow motion yang kasar dan mengganggu cukup sering muncul sepanjang adegan peperangan tersebut. 





Akting para bintangnya juga layak diberi acungan dua jempol besar, terutama Anthony Wong dan Zhang Hanyu yang masing - masing memerankan Fan Zeng, penasihat dari kubu Xiang Yu, dan Zhang Liang, penasihat yang membela Liu Bang. Mereka berdua tampil sangat kharismatik dan spektakuler. Mulai dari tatapan mata, gerakan tubuh, dan cara mereka berdialog sungguh mengesankan dan berhasil menggambarkan kegeniusan tokoh - tokoh yang diperankannya dengan sempurna. 

Namun, White Vengeance masih jauh dari kata sempurna. Salah satu aspek yang agak merusak film ini adalah kemunculan karakter Yu Ji yang diperankan oleh si cantik Liu Yi Fei. Kehadirannya di film ini terkesan sangat dipaksakan, mulai dari pengenalan tokoh yang cheesy, hingga perannya di film ini yang hanya sekedar pemanis (mengingat Yu Ji adalah satu - satunya tokoh perempuan di film ini). Kisah cinta-nya dengan Xiang Yu juga tampak begitu janggal, terlalu di-dramatisir, dan tidak bisa dipercaya; meski tidak bisa dibantah bahwa pada akhirnya kisah tersebut malah berperan penting di penghujung cerita. Selain itu, seperti 'penyakit' kebanyakan film sejarah China, alur cerita film ini cukup sulit untuk dicerna berkat begitu banyaknya tokoh, nama - nama asing dan elemen cerita yang cukup banyak. Terlebih bagi yang sama sekali tidak familier dengan kisah sejarah China yang diangkat di film ini (seperti saya), anda harus benar - benar konsentrasi penuh untuk memahami jalinan kisah White Vengeance, atau anda akan tersesat lalu menghujat film ini. 



Overall, White Vengeance adalah sebuah film mandarin yang sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Saya sendiri pun cukup terkejut karena ternyata masih ada film blockbuster keluaran China yang masih menggunakan formula - formula “tradisional” yang membuat film sejarah China begitu epic dan luar biasa. Porsi cerita dan adegan aksi-nya pun juga terasa pas sehingga penonton mainstream pasti bisa menikmati film ini dan tidak akan merasa bosan. 
So, what are you waiting for?

You Might Also Like

2 comments

  1. Review yg menarik!

    Film ini 'memaksa' saya memutar ulang banyak adegan karena pengetahuan saya yg minim soal sejarah China

    Tak menyangka taktik akhir yg digunakan Fan Zheng ternyata seperti itu...

    ReplyDelete
  2. Film seputar sejarah China, Three Kingdoms n Red Cliff .

    ReplyDelete

Just do it.