BATMAN V SUPERMAN DAWN OF JUSTICE (2016): THE GOOD, THE BAD, AND THE UGLY
3/26/2016 12:19:00 PM
Batman v Superman: Dawn of Justice adalah salah satu film terpenting tahun ini. Bagi Warner Bros. dan DC, BvS adalah cetak biru proyek raksasa mereka sampai tahun 2020 nanti. Bagi para fans, BvS adalah cinematic event yang bisa mereka banggakan kepada para fanboy Marvel yang sudah lebih dahulu menikmati tim superhero mereka. Tetapi sayang, Zack Snyder bersama timnya kembali membagi penonton menjadi dua kubu, antara fans yang sangat puas dan penonton yang kecewa; kesalahan serupa yang juga pernah terjadi di film Man of Steel. Dan jurang ini justru semakin lebar di film BvS, di mana para fans sampai nekad untuk menyebar kebencian luar biasa terhadap reaksi-reaksi negatif BvS di media-media sosial.
Oleh karena itu, daripada menulis ulasan konvensional seperti biasanya, review untuk Batman v Superman kali ini dikategorisasikan berdasarkan bagian-bagian terbaik (the good), bagian yang kurang baik (the bad), dan kelemahan-kelemahan utama dalam film Batman v Superman (the ugly). It’s a win-win solution. Para fans fanatik dapat membaca hal-hal positif yang ingin mereka baca dan kembali melanjutkan hidup dengan tenang, sedangkan para pembaca serta fans yang lebih kritis juga dapat mengetahui kelemahan-kelemahan dari BvS. So, let’s find out!
Warning: Mild spoilers ahead!
THE GOOD:
Dijamin, sebagian besar—atau bahkan semua—penonton yang berebut kursi di bioskop adalah orang-orang yang sangat menanti-nantikan pertarungan akbar antara Batman dan Superman. Walau adegan fenomenal tersebut munculnya agak terlambat, it was worth the wait. Berbekal kamera IMAX dan adegan pertarungan yang dikoreografikan dengan baik, perseteruan habis-habisan antara Batman dan Superman, termasuk ketika mereka bekerja sama melawan Doomsday di penghujung film, adalah bagian terbaik dari film ini.
The conflicts are actually pretty good
Yes, you read it right. Banyak penonton yang mempermasalahkan kalau BvS tidak memiliki plot yang memadai untuk mendukung perkenalan karakter-karakter legendaris DC. Tetapi sebenarnya ada cukup banyak konflik berbobot yang tersebar di sepanjang durasi BvS, mulai dari konflik psikologis Batman dan Superman, hingga yang paling saya sukai secara personal, kontroversi sosok Superman yang dianggap sebagai messiah sekaligus ancaman bagi umat manusia. Jelas bukan topik yang sering kita temui di film-film superhero, ya kan?
Stunning visuals
Siapapun yang mengikuti rekam jejak karirnya pasti setuju bahwa Zack Snyder adalah seorang visual artist yang hebat. Lihat saja pencapaiannya di film 300, Legend of the Guardians, Watchmen, dan Man of Steel. BvS jelas bukan perkecualian. It looks so damn gorgeous and sophisticated.
Siapapun yang mengikuti rekam jejak karirnya pasti setuju bahwa Zack Snyder adalah seorang visual artist yang hebat. Lihat saja pencapaiannya di film 300, Legend of the Guardians, Watchmen, dan Man of Steel. BvS jelas bukan perkecualian. It looks so damn gorgeous and sophisticated.
Hans Zimmer and Junkie XL’s epic score
Salah satu bagian terbaik dari Man of Steel adalah musik gubahan Hans Zimmer. Dan untuk BvS kali ini, beliau berkolaborasi dengan Junkie XL untuk menciptakan musik yang jauh lebih dahsyat lagi. Coba dengarkan musik tema Wonder Woman yang seksi tetapi juga intens dan stylish itu. Atau musik tema Lex Luthor yang benar-benar terdengar sangat keji dan licik. Atau ketika Batman bertarung dengan Superman. Damn, it sounds epic in every sense of the word. Bahkan Marvel pun harus mengaku kalah pada departemen musik DC kali ini.
Salah satu bagian terbaik dari Man of Steel adalah musik gubahan Hans Zimmer. Dan untuk BvS kali ini, beliau berkolaborasi dengan Junkie XL untuk menciptakan musik yang jauh lebih dahsyat lagi. Coba dengarkan musik tema Wonder Woman yang seksi tetapi juga intens dan stylish itu. Atau musik tema Lex Luthor yang benar-benar terdengar sangat keji dan licik. Atau ketika Batman bertarung dengan Superman. Damn, it sounds epic in every sense of the word. Bahkan Marvel pun harus mengaku kalah pada departemen musik DC kali ini.
The cast is outstanding
Meski sempat diragukan sebelumnya, tak bisa dibantah bahwa Ben Affleck, Gal Gadot, Henry Cavill, dan Jesse Eisenberg telah memberi penampilan terbaik mereka di BvS. The best of all, tentu saja, adalah Gal Gadot sebagai Wonder Woman. Dengan total screen time yang tidak sampai 20 menit itu, ia berhasil mencuri perhatian penonton di setiap detiknya.
Meski sempat diragukan sebelumnya, tak bisa dibantah bahwa Ben Affleck, Gal Gadot, Henry Cavill, dan Jesse Eisenberg telah memberi penampilan terbaik mereka di BvS. The best of all, tentu saja, adalah Gal Gadot sebagai Wonder Woman. Dengan total screen time yang tidak sampai 20 menit itu, ia berhasil mencuri perhatian penonton di setiap detiknya.
THE BAD:
Questionable IMAX scenes
Ada empat adegan berdurasi kurang lebih 20 menit dalam BvS yang difilmkan menggunakan kamera IMAX. Tetapi hanya satu adegan yang benar-benar memorable yaitu ketika Batman bertarung melawan Superman. Sisanya? Well… Zack Snyder menggunakannya pada saat opening credits, adegan mimpi Batman, dan 10 menit terakhir film ini. Semua adegan memang menyangkut peristiwa terpenting dalam hidup para superhero-nya, tetapi tidak pernah mencapai level ‘perlu difilmkan dengan kamera IMAX’. Yep, bahkan pertarungan antara ikon Justice League dengan Doomsday tidak difilmkan dengan kamera IMAX. It’s a huge letdown!
The weird dream sequences
Salah satu adegan yang paling membingungkan dari film BvS adalah adegan mimpi Bruce Wayne di pertengahan film. Kita diperlihatkan pada prajurit-prajurit dengan logo Superman di lengannya, logo omega di tengah gurun, kota Metropolis / Gotham (?) yang sudah hancur, dan… ratusan alien (?) yang terbang berkelompok di langit, kemudian… ada Flash (?) yang muncul dari dimensi lain dan membicarakan sesuatu yang tidak bisa dipahami sama sekali dengan Bruce. Lalu kita tahu kalau itu hanyalah mimpi di dalam mimpi… dan kemudian adegan itu tidak pernah dibahas lagi sampai akhir film. Mungkin ini adalah adegan yang seharusnya dihapus dari versi bioskopnya, tetapi tidak jadi karena adegan tersebut difilmkan dengan kamera IMAX.
The action sequences couldn’t live up the hype
Selain adegan klimaks yang sudah dibahas di atas, penonton sangat jarang disuguhi adegan aksi pada dua jam awalnya. Mungkin hanya ada satu adegan car chase yang cukup membuat penonton terjaga, tetapi sisanya? Hanya satu-dua ledakan yang terlalu singkat untuk sebuah film dengan judul segahar Batman v Superman: Dawn of Justice.
Selain adegan klimaks yang sudah dibahas di atas, penonton sangat jarang disuguhi adegan aksi pada dua jam awalnya. Mungkin hanya ada satu adegan car chase yang cukup membuat penonton terjaga, tetapi sisanya? Hanya satu-dua ledakan yang terlalu singkat untuk sebuah film dengan judul segahar Batman v Superman: Dawn of Justice.
The movie is way too serious and dark for its own good
Hampir tidak ada humor di dalam film BvS, kecuali kalian bisa menangkap referensi The Wizard of Oz dan tiket pesawat kelas ekonomi untuk seorang jurnalis pemenang Pulitzer. Bahkan trilogi Batman karya Christopher Nolan yang gelap itu pun masih mempunyai beberapa humor ampuh dan adegan-adegan ringan untuk memberi ruang bernafas pada penontonnya. Tetapi BvS tidak pernah memberikan itu. BvS terlalu serius menyelami konflik demi konflik yang berbelit-belit di sepanjang durasi 2,5 jamnya tanpa mempunyai momen kapan ia harus menurunkan tensi dan having fun, atau kapan ia harus menggedor-gedor jantung penonton. Tak disangka, menyaksikan film tentang pahlawan bertopeng yang kaya raya, wanita ajaib berbusana minim, serta alien yang bisa terbang dan menembakkan laser dari matanya bisa sedepresi dan semenjenuhkan ini.
Justice League introduction and easter eggs failed to bring excitements
Di sinilah para fans DC akan mulai membalik meja dan menghujat A Cinephile’s Diary seumur hidupnya. Tapi coba pikirkan baik-baik. Film adalah medium yang bersifat universal dan berbeda dari buku komik. Kalau sebagian besar penonton awam tidak bisa memahami isi film, berarti film tersebut gagal. Marvel membutuhkan lima film untuk membangun momentum dan menyebar petunjuk sebelum akhirnya mempertemukan pahlawan-pahlawan super-nya dalam satu film. Dan DC hanya menggunakan satu film untuk membuka jalan sambil memperkenalkan ENAM orang personel Justice League yang bahkan tidak disebut namanya (ya, beruntung kalau penontonnya masih ada yang bisa mengenal logo Aquaman, Cyborg, Flash, dan Wonder Woman) dan mengharapkan hasil serupa dari penonton? Hello?
Di sinilah para fans DC akan mulai membalik meja dan menghujat A Cinephile’s Diary seumur hidupnya. Tapi coba pikirkan baik-baik. Film adalah medium yang bersifat universal dan berbeda dari buku komik. Kalau sebagian besar penonton awam tidak bisa memahami isi film, berarti film tersebut gagal. Marvel membutuhkan lima film untuk membangun momentum dan menyebar petunjuk sebelum akhirnya mempertemukan pahlawan-pahlawan super-nya dalam satu film. Dan DC hanya menggunakan satu film untuk membuka jalan sambil memperkenalkan ENAM orang personel Justice League yang bahkan tidak disebut namanya (ya, beruntung kalau penontonnya masih ada yang bisa mengenal logo Aquaman, Cyborg, Flash, dan Wonder Woman) dan mengharapkan hasil serupa dari penonton? Hello?
THE UGLY:
The script is overwhelming
BvS adalah proyek ambisius Warner Bros. dan DC yang mereka harapkan dapat menjadi launch pad untuk film Justice League dan film aksi solo para personelnya. Tetapi ketika ambisi tersebut terlalu besar sampai harus memasukkan seluruh plot beserta subplot-subplot dari tiga story arc yang berbeda ke dalam satu film, ambisi itu justru menjadi bumerang. Itulah BvS. Film ini mempunyai materi plot yang terlalu besar dan berlapis-lapis untuk diceritakan dalam satu film saja. Bahkan jika kita petakan satu per satu, plot dalam film BvS cukup untuk memenuhi tiga film stand-alone: Batman di masa tuanya, Man of Steel 2, dan kisah Wonder Woman di masa sekarang (ala Captain America, secara film pertama Wonder Woman akan mengambil set perang dunia pertama). Kita tidak pernah menentang ide film superhero untuk mempunyai cerita rumit dan berlapis, tetapi ketika cerita berlapis tersebut bercabang pada tiga jalur yang berbeda sebelum akhirnya dipersatukan, itu baru masalah. Masih bingung? Coba bayangkan film Iron Man 2, paruh akhir Captain America, dan Thor disunting jadi satu dalam film The Avengers, itulah Batman v Superman.
And it also feels like 2,5 hours of after-credits scenes for Justice League
Yep. It’s indeed exciting for die hard fans, but will leave all casual viewers clueless.
Yep. It’s indeed exciting for die hard fans, but will leave all casual viewers clueless.
The villain’s motive
Akibat terlalu sibuk merancang fondasi untuk Justice League dari awal sampai akhir, para penulis naskah tidak sempat untuk mengembangkan musuh utama di BvS: Lex Luthor. Meski Jesse Eisenberg berhasil menampilkan sisi baru yang menarik dari Lex, penulis naskah tidak pernah mengembangkan karakternya lebih jauh lagi. Seperti mengapa ia membenci Superman, apa tujuannya membunuh Batman dan Superman, dan lain sebagainya, tidak pernah diceritakan dengan jelas. Bahkan dengan durasi sepanjang 152 menit itu, kita masih tidak tahu apa sebenarnya grand plan Lex Luthor ke depannya. Apakah ia ingin menjual senjata anti-kryptonian… atau menguasai dunia? Semua yang ia lakukan di BvS hanyalah bicara ngelantur ala-ala evil opening speech yang, sadly, tidak ada hubungannya dengan plot. Atau mungkin ini memang disengaja? Bahwa Lex Luthor yang dikenal sebagai salah satu villain paling cerdas di dunia komik itu memang digambarkan sebagai seorang psikopat gila ala Joker / Riddler di BvS?
Akibat terlalu sibuk merancang fondasi untuk Justice League dari awal sampai akhir, para penulis naskah tidak sempat untuk mengembangkan musuh utama di BvS: Lex Luthor. Meski Jesse Eisenberg berhasil menampilkan sisi baru yang menarik dari Lex, penulis naskah tidak pernah mengembangkan karakternya lebih jauh lagi. Seperti mengapa ia membenci Superman, apa tujuannya membunuh Batman dan Superman, dan lain sebagainya, tidak pernah diceritakan dengan jelas. Bahkan dengan durasi sepanjang 152 menit itu, kita masih tidak tahu apa sebenarnya grand plan Lex Luthor ke depannya. Apakah ia ingin menjual senjata anti-kryptonian… atau menguasai dunia? Semua yang ia lakukan di BvS hanyalah bicara ngelantur ala-ala evil opening speech yang, sadly, tidak ada hubungannya dengan plot. Atau mungkin ini memang disengaja? Bahwa Lex Luthor yang dikenal sebagai salah satu villain paling cerdas di dunia komik itu memang digambarkan sebagai seorang psikopat gila ala Joker / Riddler di BvS?
The pace is not flowing really well
Memang tidak mudah menjahit tiga story arc berbeda menjadi satu film. Mungkin belum ada film superhero yang bisa melakukan hal itu dengan hasil yang mulus. Hampir seluruh adegan di dalam BvS tidak pernah berhasil menemui pijakannya; selalu loncat sana, loncat sini, tanpa bisa menjadi satu kesatuan cerita yang utuh dan benar-benar terasa bersambungan sampai pada 30 menit terakhirnya.
Memang tidak mudah menjahit tiga story arc berbeda menjadi satu film. Mungkin belum ada film superhero yang bisa melakukan hal itu dengan hasil yang mulus. Hampir seluruh adegan di dalam BvS tidak pernah berhasil menemui pijakannya; selalu loncat sana, loncat sini, tanpa bisa menjadi satu kesatuan cerita yang utuh dan benar-benar terasa bersambungan sampai pada 30 menit terakhirnya.
The characters are underdeveloped and failed to bring emotional connection with the audiences
Dengan begitu banyaknya karakter utama dalam BvS, jelas durasi 152 menit pun tidak akan cukup untuk mengembangkan karakter-karakter tersebut secara maksimal. Dan ketika penonton akhirnya tiba di penutup film dan menyaksikan adegan yang sangat ikonik itu tanpa merasakan apa-apa, mereka akhirnya menyadari, bahwa mereka sama sekali tidak terikat secara emosional dengan karakter-karakter film ini. That is not a good news.
Dengan begitu banyaknya karakter utama dalam BvS, jelas durasi 152 menit pun tidak akan cukup untuk mengembangkan karakter-karakter tersebut secara maksimal. Dan ketika penonton akhirnya tiba di penutup film dan menyaksikan adegan yang sangat ikonik itu tanpa merasakan apa-apa, mereka akhirnya menyadari, bahwa mereka sama sekali tidak terikat secara emosional dengan karakter-karakter film ini. That is not a good news.
Jadi, itulah the good, the bad, and the ugly dari film BvS menurut A Cinephile’s Diary. Bagi yang ingin menambahkan atau sekedar berdiskusi dengan kepala dingin, kita tunggu di kolom komentar di bawah ini!
11 comments
Setuju banget, saya yg termasuk suka sekali dengan TDK tapi BvS ini terlalu menjemukan buat saya dan membuat saya sakit kepala :D Semoga CA:Civil War nanti bisa jauh lebih baik.
ReplyDeleteHaha.. Saya juga bikin reviewnya pake plus minus.. Dan kurang lebih emang sama ama yang diutarain di blog ini. *masih bingung ama scene mimpi*
ReplyDeleteYou got it right, mostly. I'll disagree with you on the cast (I thought Eisenberg was terrible, and Cavii was nearly as bad. Great post.
ReplyDeletewaktu nonton memang bingung waktu di adegan dream sequence batman, tapi stelah baca artikel di link bawah ini semuanya jd jelas...so give it a quick read :)
ReplyDeletehttp://www.fatmovieguy.com/everything-in-batman-v-superman-dawn-of-justice-explained/
waktu nonton bingung lalu bosen dan akhirnya ketiduran 30 menitan dan bangun pas B v S mau berantem
ReplyDeleteHahaha susah kalo bisanya komen doang!!! Kalo bisa 3 film jadi 1 kenapa nggak? Itu juga menirut la'u aje yang gak ngerti!!! Mimpi batman itu gara gara flash lagi ngelakuin perjalanan waktu! Jadi si batman bisa ngeliat masa depan!!! Dan di masa depan itu darkseid dateng ke bumi!! Dan yang terbang itu bukan aloen gak jelas!! Namanya parademon anak buah darkseid!!! Yaa kalo marvel mungkin gak kreatif butuh 2 3 film!! Dan kebanyakan adegan di BvS diambil dari komik!! Orang yang komen buruk buruk aja itu orang bayaran marvel!, dan lagi marvel ngikutin ide dc bikin IM sama CA betantem! Sebenernya film ini mau rilis tahun lalu cuma batal!!! Dan untuk mengerti film ini butuh keseriusan nonton yang tinggi! Yaaa kalo nonton nya gak serius dan gak pernah tau dc universe percuma aja!
ReplyDeleteHahaha susah kalo bisanya komen doang!!! Kalo bisa 3 film jadi 1 kenapa nggak? Itu juga menirut la'u aje yang gak ngerti!!! Mimpi batman itu gara gara flash lagi ngelakuin perjalanan waktu! Jadi si batman bisa ngeliat masa depan!!! Dan di masa depan itu darkseid dateng ke bumi!! Dan yang terbang itu bukan aloen gak jelas!! Namanya parademon anak buah darkseid!!! Yaa kalo marvel mungkin gak kreatif butuh 2 3 film!! Dan kebanyakan adegan di BvS diambil dari komik!! Orang yang komen buruk buruk aja itu orang bayaran marvel!, dan lagi marvel ngikutin ide dc bikin IM sama CA betantem! Sebenernya film ini mau rilis tahun lalu cuma batal!!! Dan untuk mengerti film ini butuh keseriusan nonton yang tinggi! Yaaa kalo nonton nya gak serius dan gak pernah tau dc universe percuma aja!
ReplyDeleteDari kacamata orang awam, menurut saya review ini cukup adil dan menyeluruh. Dan untungnya sebelum menonton film ini, saya sempat 'riset' kecil-kecilan mengenai DC Universe (saya bukan die hard fans komik loh). Setidaknya cukup ngertilah sepanjang menonton, terutama saat pengenalan para calon karakter Justice League. Tapi saya nggak bisa menampik ada perasaan bosan, apalagi sumber konfliknya yang terkesan sepele. But overall, saya cukup menikmati menonton film ini. Nggak sabar menanti film-film DC berikutnya. Makasih atas reviewnya. :)
ReplyDeleteShock liat wonder woman bisa sekuat itu hahaha
ReplyDeleteDownload Film Robinson Crusoe
canlı sex hattı
ReplyDeletesalt likit
heets
arkadaşlık sitesi
QEİH
yurtdışı kargo
ReplyDeleteresimli magnet
instagram takipçi satın al
yurtdışı kargo
sms onay
dijital kartvizit
dijital kartvizit
https://nobetci-eczane.org/
KT04U
Just do it.