The Sorcerer and the White Snake (2011) Review

10/03/2011 12:26:00 PM

Siapa yang tidak mengenal Jet Li? Well, aktor satu ini tentunya sudah sangat dikenal hingga dua generasi, terutama di wilayah Asia. Hampir setiap filmnya selalu dinanti - nantikan banyak khalayak mulai dari yang bukan pecinta film sampai pecinta film, termasuk saya sendiri yang sangat menyukai film - film Jet Li. Walau film - filmnya tidak semuanya bagus, tetapi setiap adegan pertarungan yang melibatkan Jet Li selalu berhasil menghibur saya dan menutup - nutupi kekurangan film yang dibintanginya tersebut. Namun apakah hal ini juga berlaku untuk film terbarunya ini?

Surprisingly, film ini adalah film terburuk yang pernah saya saksikan di bioskop. Semua aspek yang tertanam di film ini sangat buruk, bahkan adegan action-nya yang penuh dengan visual effects lebay malah semakin memperburuk suasana. 


Diadaptasi dari serial TV terkenal tahun 80an yang di Indonesia dikenal dengan judul Siluman Ular Putih, kisah yang disadur film ini mirip dengan A Chinese Ghost Story yang baru saja dirilis beberapa bulan silam. Alkisah, ada seorang biksu sakti bernama Fahai (Jet Li) yang berjuang untuk menangkap siluman - siluman di negeri China dan mengurungnya di sebuah 'penjara' para siluman yang disegel dengan sebuah gingseng konyol yang bisa berbicara. Semenjak opening sequences selama 5 - 10 menit, para penonton saya jamin langsung ilfeel besar -besaran terhadap film ini. Setelah prolog selesai, para penonton disuguhi adegan pemandangan CGI ala James Cameron's Avatar versi KW 10 beserta dengan nama kru - kru bodoh yang terlibat di film ini. Setelah selesai, kita diperlihatkan dua ekor siluman ular warna hijau dan warna putih yang sedang melihat cowok - cowok mendaki gunung. Lalu ular warna hijau iseng menakut - nakuti para cowok tersebut. Tiba - tiba salah satu cowok yang bernama Xu Xian jatuh ke air. Siluman ular putih  (akan saya singkat white) pun berubah jadi manusia lalu ikut jatuh ke air. Mereka kemudian berciuman di dalam air dan White memberikan esensi dalam dirinya ke tubuh pria tersebut supaya bisa hidup. Ajaibnya, Xu Xian bangun dan bisa melihat wajah White dengan jelas tanpa kacamata renang. Ia lalu jatuh cinta.


Hari demi hari, kedua insan bodoh ini tak bisa melupakan satu sama lain. Hingga akhirnya pada waktu festival, White memutuskan untuk bertemu dengan Xu Xian dengan bantuan siluman ular hijau (Green) yang tidak lain adalah kakaknya. Kebetulan, di festival tersebut ada Fahai dan muridnya yang idiot sedang berburu siluman. Lucunya, Fahai terkenal sakti dalam memberantas siluman, tetapi tampaknya ia tidak bisa merasakan kehadiran siluman sedekat itu. Dengan beragam adegan dan dialog super bodoh, Xu Xian dan White bertemu. Lalu besoknya, mereka memutuskan untuk lamaran. Besok lusanya, mereka sudah menikah. Tetapi, Fahai tidak tinggal diam dan berjuang memberantas White dan Green, tidak peduli mereka siluman baik atau tidak. 


The Sorcerer and the White Snake sepertinya bisa dijadikan pelajaran berharga bagi para sineas di luar America (Hollywood) bahwa sebaiknya jangan mencoba - coba membuat film blockbuster bertabur CGI sambil mencampurkannya dengan budaya mereka. Hasilnya, film ini sangat tidak layak tonton, bahkan bisa dibilang mirip dengan serial TV silat lokal di Indosiar. Yeah, separah itu. Sepertinya, Siu Tung Ching, sutradara film ini, terlalu berambisi untuk membuat film blockbuster bertabur CGI ala Hollywood. Dan hal ini sangat terlihat di film ini karena banyak sekali elemen - elemen dari film blockbuster Hollywood tersebar di sepanjang film, mulai dari : khayangan yang mirip dengan Pandora (James Cameron's Avatar), tikus, kelinci dan binatang yang bisa berbicara (Alice in Wonderland), hingga adegan klimaks yang sangat mirip dengan poster 2012 yang melibatkan seorang biksu berdiri melihat datangnya air bah dari balik gunung. Bisa ditebak, visual effects di film ini sangat menjijikkan, terutama ketika para tikus - tikus berenang di dalam air. Bahkan adegan action-nya pun dipenuhi dengan Special Effects lebay ala film silat di Indosiar, sehingga bagi yang mengharapkan adegan martial arts memukau ala Jet Li, anda akan kecewa berat.


Keburukan tidak berhenti sampai di sini. Naskah yang ditulis Zhang Tan, Tsan Kan-Cheong dan Szeto Cheuk-Hon juga gagal untuk menciptakan kisah yang menggigit. Kisah cinta terlarang antara Xu Xian dengan White yang awalnya digembar - gemborkan akan menjadi Romeo and Juliet versi China, malah terkesan konyol, bodoh dan tidak masuk akal. Akting para bintangnya yang buruk, termasuk Jet Li sendiri, juga makin memperkeruh kualitas film ini.


Overall, saya tak bisa berhenti berpikir mengapa Jet Li mau mengambil salah satu peran utama di film ini. Bukan saja perannya yang tidak penting, tetapi film ini juga bisa menjatuhkan karirnya sendiri.
Sebenarnya saya tidak terlalu khawatir dengan efek yang buruk apabila film ini dibalut dengan cerita ataupun adegan aksi yang bagus. Contoh kongkritnya adalah Detective Dee yang dirilis tahun lalu. Menurut saya film ini bagus dan berhasil menutup - nutupi visual effects-nya yang buruk dengan cerita serta adegan aksi yang memikat. Sayangnya, hal ini tidak berlaku di The Sorcerer and the White Snake.
Bagi yang merasa review saya ini terlalu pendek.. well, jujur. Saya tak ingin membahas mengenai film ini  lebih jauh lagi karena hanya akan membuat mood saya anjlok (saya perlu mengingat - ingat lagi betapa buruknya film ini). Sepertinya kalimat berikut sudah cukup mewakili inti dari apa yang ingin saya sampaikan dan semoga bisa dimengerti : The Sorcerer and the White Snake adalah film terburuk yang pernah saya tonton di bioskop.
VERDICT :
Why Should I Watch This Movie?
+ Kalau anda adalah penggemar berat film silat lokal di Indosiar,  film ini sangat direkomendasikan.

Why Should I Skip This Movie?
- Film ini adalah film terburuk yang pernah saya tonton di bioskop. Bahkan menyaksikannya di DVD pun hanya akan membuang - buang waktu anda sendiri.
- Saat menyaksikan film ini, saya merasa bahwa Dragonball Evolution, The Last Airbender, Hop dan bahkan Gulliver's Travels bagaikan sebuah masterpiece. 

You Might Also Like

2 comments

  1. wkwkwkw... parah. tapi bener juga sih. cuman mungkin aku yang kurang jujur pas ngeliat film ini.

    efek2nya keliatan banget,... hahaha persis kayak film sinetron indosiar. :hamer:

    ReplyDelete
  2. Apa masalah anda, tapi berdasarkan jalan cerita ini adalah salah satu film terbaik menurut saya.. Anda boleh tidak suka tapi tolong jangan terlalu menunjukan sikap buruk anda dengan menghina tiap inchi film ini,

    ReplyDelete

Just do it.