DREDD (2012) REVIEW : THE RAID, HOLLYWOOD-ESQUE
10/15/2012 11:57:00 PM
Bukan rahasia lagi kalau tujuan utama segala upaya remake yang dilakukan Hollywood adalah demi meningkatkan kembali kepopuleran franchise mereka yang pernah berjaya bertahun - tahun lalu dan juga mengumpulkan (banyak) uang dari para fans - fans setia ataupun para pecinta film generasi baru yang belum bernafas pada saat franchise tersebut booming di dunia.
Sayangnya, sebagian besar film - film remake ini tidak sanggup mendapat sambutan hangat tetapi malah caci - maki yang kemudian berujung pembunuhan terhadap franchise tersebut; well, sebut saja film remake Friday the 13th, Nightmare on Elm Street, Texas Chainsaw Massacre, Conan the Barbarian, Straw Dogs, Halloween, dan lain sebagainya.
Mengapa gagal? Karena film - film di atas memang tidak perlu diperbaiki! Hollywood seharusnya mendaur ulang film - film yang gagal di masa lampau namun memiliki potensi untuk menjadi film yang bagus. Sayang, mereka tidak memiliki nyali untuk mengambil keputusan ini karena dihantui oleh masalah finansial (box office!) dan juga rasa takut kalau - kalau para pecinta film berusaha menghindari film remake tersebut karena film terdahulunya memiliki kualitas yang menyedihkan.
Meski demikian, masih ada segelintir studio film yang mau mendengar teriakan para pecinta film, salah satunya adalah Lionsgate yang mau mendaur ulang film Judge Dredd yang pada masa lampau gagal total baik secara finansial dan kualitas (meski film tersebut dibintangi oleh Sylvester Stallone yang kala itu masih menjabat sebagai superstar). Apakah versi terbaru Dredd sanggup tampil lebih baik dari film terdahulunya dan setia pada komiknya?
Meski demikian, masih ada segelintir studio film yang mau mendengar teriakan para pecinta film, salah satunya adalah Lionsgate yang mau mendaur ulang film Judge Dredd yang pada masa lampau gagal total baik secara finansial dan kualitas (meski film tersebut dibintangi oleh Sylvester Stallone yang kala itu masih menjabat sebagai superstar). Apakah versi terbaru Dredd sanggup tampil lebih baik dari film terdahulunya dan setia pada komiknya?
JUDGE. JURY. EXECUTIONER.
Dredd bisa dibilang merupakan salah satu kejutan di dunia film tahun 2012 ini, bersama dengan film 21 Jump Street yang dirilis Maret lalu. Rentetan trailer, foto - foto set, semuanya tidak sanggup memberikan sejumput rasa optimis kalau film ini bisa tampil lebih dari sekedar film action cheesy seperti Resident Evil (yang kualitasnya makin gak karuan tiap serinya), Lockout, dan film - film sejenis lainnya. Tetapi, berkat treatment dan bumbu racikan yang sangat tepat, Dredd secara mengejutkan berhasil meloloskan dirinya dari prediksi maut tersebut.
Bersetting di masa depan; polisi, hakim, dan pengeksekusi kini digabung menjadi satu pekerjaan yang diberi nama JUDGE. Hal ini terpaksa dilakukan pemerintah karena tingkat kriminalitas di Mega City One--wilayah Amerika Serikat yang masih dapat dihuni manusia--pada saat itu sudah sangat tinggi. Dredd (Karl Urban) adalah salah seorang Judge yang paling ditakuti dan dihormati oleh penduduk Mega City One.
Suatu hari, terjadi peristiwa kriminalitas yang dipicu oleh organisasi kriminal terbesar di Mega City One, Ma-Ma Clan. Ternyata organisasi tersebut juga memproduksi narkoba bernama SLO-MO yang sangat berbahaya dan tengah marak beredar di masyarakat. Dredd pun ditugaskan ke markas Ma-Ma Clan secara sembunyi - sembunyi untuk menyelidikinya bersama dengan Anderson (Olivia Thirlby), seorang calon Judge yang berada dalam masa evaluasi. Bisa ditebak, semuanya berjalan tidak mulus.
SWEET EYE CANDIES
Dengan kualitas alur cerita seperti itu, jelas terlihat kalau film ini sejak awal memang menumpukan harga dirinya pada adegan aksi. Dan untungnya, sang sutradara, Pete Travis, bisa dibilang cukup berhasil membuat para penonton terpesona dengan rentetan adegan aksi yang diarahkannya itu.
Mulai menit awal film, Pete sudah membuat para geek tersenyum lebar dengan adegan car chase seru dengan iringan musik yang asik pula (yang selalu muncul pada timing yang tepat). Kemudian, tanpa basa basi, Pete langsung mengajak kita untuk berkenalan dengan cara kerja Dredd, konsep Judge, dan juga kebrutalan klan Ma-Ma.
Berbicara mengenai brutal, Dredd adalah film yang “realistis” dalam konten bacok - bacokan, efek kalau terkena tembakan, dan lain sebagainya; walau--obviously--tidak sampai memuaskan jiwa psikopat kita - kita yang penggemar film sadis.
Jadi intinya, mata permen eye candy adalah kata kunci yang mampu menggambarkan keseluruhan film ini. Mulai dari adegan aksi hingga set tempatnya yang geek banget indah itu dihidangkan dengan tata cinematography yang stylish dan berkelas; sehingga jelas akan sangat memanjakan mata para penonton. (amat disayangkan karena versi 3D film ini tidak diimport ke Indonesia..)
Tidak hanya itu, Pete Travis menyadari bahwa Dredd membutuhkan aksesoris agar penampilannya makin terlihat manis. Beliau pun memilih menggunakan efek slow motion sebagai hiasan untuk film ini. Hasilnya bisa dibilang fantastis karena ia membuatnya tidak terlihat berlebihan, tetapi justru sebaliknya : efek slow motion ini digunakan pada timing yang sangat tepat dengan efek yang terbilang revolusioner, sangat keren dan cantik.
Segala hal di atas disajikan dengan takaran yang pas, sehingga tidak terasa monoton dan tensi ketegangan pun berhasil terjaga untuk tetap stabil selama durasi 90 menitnya itu.
KEEP CALM AND SHOOT
Sayangnya, Alex Garland, selaku penulis naskah film Dredd, masih berusaha memberi banyak ruang untuk unsur cerita dan perkembangan karakter. Kalau bagus dan menarik sih tidak apa - apa. Pengembangan cerita yang ditulis Garland ini justru membuat para penonton malas untuk mengunyahnya karena terasa hambar dan kalah telak dengan sajian adegan aksinya.
Parahnya lagi, alur cerita Dredd bisa dibilang sangat identik dan tidak lebih baik dibandingkan dengan The Raid Redemption yang masih sangat fresh di ingatan para pecinta film. Padahal kalau mau dikembangkan lebih dalam, Dredd dapat menceritakan konsep dunia masa depannya secara lebih gamblang lagi, atau paling tidak mencari akal untuk menggali kedua karakter utamanya tanpa harus membuat para penonton ilfeel terhadap mereka.
Jadi ya.. mau tidak mau, Dredd harus “mengalah” dan membiarkan minat penonton terkikis ketika sesi perkembangan cerita dan karakternya dimulai. Well, inilah salah satu film “langka” yang membuat para penontonnya begitu menggebu - gebu agar adegan aksinya cepat untuk dimulai lagi.
Overall, seperti yang sudah tertulis di atas, Dredd sebuah film remake yang benar - benar berhasil menghapus segala reputasi buruk dari film sebelumnya dan sanggup berdiri sendiri sebagai sebuah film yang bagus dan disegani masyarakat pecinta film generasi sekarang ini. Di luar alur ceritanya yang mengganggu pace film, adegan aksi yang spektakuler dengan efek slow motion yang sangat menarik itu sudah cukup untuk membuat Dredd sebagai film yang sangat sayang untuk dilewatkan, terutama bagi kalian yang sedang mencari hiburan sehat dengan kadar alkohol 98%.
0 comments