Dalam post kali ini, gw ingin memperkenalkan 'feature' terbaru dalam blog gw, namanya "Weekly Snippets". Dalam kamus besar Bahasa Inggris, Snippets berarti cuplikan / bagian dari sesuatu. Jadi ya.. bisa ditebak la, Weekly Snippets dalam blog ini akan berisi review -sangat- pendek dari film - film yang tidak tayang di bioskop (sebagian besar adalah film - film kelas B atau film kelas festival) dan juga film yang tayang di bioskop namun gw tidak rela untuk membayar tiket masuknya sehingga gw terpaksa mengunduhnya secara illegal di internet (police, catch me if you can).
Karena tentunya akan konyol kalau setiap hari gw nulis review pendek kayak iklan baris di blog ini, short review tersebut akan gw tulis seminggu sekali dan berisi kurang lebih 5-10 film. That's why I named it : The Weekly Snippets.
"Wait... drop the 'the'. Just Weekly Snippets. It's cleaner."
Apakah sutradara pemenang Oscar, Brad Bird akhirnya berhasil melancarkan karir-nya lewat debut penyutradaraan film Live Action pertamanya dalam installment terbaru Mission Impossible? Atau justru gagal menghidupkan kembali franchise Mission Impossible seperti harapan Paramount dan Tom Cruise? Let’s find out.
Bingung ingin menyaksikan Happy Feet Two versi 3D atau 2D di bioskop? Ingin tahu apakah 3D effects film ini setara dengan harga tiketnya yang cukup mahal? Read my 3D review
Apakah Happy Feet 2 bisa menyamai kualitas film pertamanya yang memenangkan piala Oscar? Atau dibuat hanya untuk meraup keuntungan? Read my review.
Sebagai salah satu film yang sangat dinanti - nantikan para pecinta film, apakah Drive berhasil menyajikan action thriller yang memukau, orisinil dan memanjakan fans film - film arthouse?
Apakah Trespass berhasil menghadirkan thriller perampokan rumah yang mencekam? Atau malah membuat para penontonnya merasa disandera di bioskop untuk menyaksikan film ini? Let's find out.
Bingung ingin menyaksikan Puss in Boots versi 3D atau 2D di bioskop? Ingin tahu apakah 3D effects film ini setara dengan harga tiketnya yang cukup mahal? Read my 3D review!
Sebagai salah satu film Indonesia yang dinanti - nantikan akhir tahun ini, apakah Arisan! 2 berhasil mempercantik image dunia perfilman Indonesia seperti yang diharapkan para pecinta film tanah air? Let’s find out.
Bingung ingin menyaksikan Arthur Christmas versi 3D atau 2D di bioskop? Ingin tahu apakah 3D effects film ini setara dengan harga tiketnya yang cukup mahal? Read my 3D review!
Apakah Arthur Christmas sukses menghadirkan kisah Santa Claus dengan semangat natal yang tinggi atau malah berakhir menjadi film animasi standard yang mudah dilupakan? Read my review.
Apakah Machine Gun Preacher berhasil menjadi sebuah tontonan yang emosional seperti yang dijanjikan di trailernya, atau malah menjadi film yang berlebihan, klise dan tak terarah? Read my review.
Apakah sutradara pemenang Oscar, Bill Condon akhirnya berhasil meningkatkan derajat kualitas The Twilight Saga di mata kritikus dan penonton awam, atau hanya mengulang kembali kegagalan sineas - sineas terdahulu?
[P.S : sebenarnya saya sudah cukup lama menyaksikan film ini. Namun karena ada halangan, review-nya baru sempat saya tulis sekarang]
Libur telah tiba. Yeeii!!!
Kebetulan gw sudah sejak lama ingin sekali membuat poster sendiri dari film - film favorit atau film yang gw nanti - nantikan. Seperti biasa, karena berbagai kesibukan kuliah dan lain sebagainya, keinginan ini baru terwujudkan hari ini. Berikut 2 poster yang gw buat hari ini dan gw ingin berbagi dengan kalian di blog ini :P
Kebetulan gw sudah sejak lama ingin sekali membuat poster sendiri dari film - film favorit atau film yang gw nanti - nantikan. Seperti biasa, karena berbagai kesibukan kuliah dan lain sebagainya, keinginan ini baru terwujudkan hari ini. Berikut 2 poster yang gw buat hari ini dan gw ingin berbagi dengan kalian di blog ini :P
Apakah Puss in Boots berhasil menjadi film stand alone yang berkesan, atau malah terbayang - bayangi kesuksesan Shrek? Let’s find out.
Hi guys, dukung gw di lomba review yang diadain anaknonton.com yah!
Caranya mudah kok dan ga nyampe 1 menit untuk nglakuinnya :
1. Masuk ke link di bawah ini :
http://anaknonton.com/index.php/main/detil_ulasan/401.htm
2. Scroll ke bawah, nanti akan ada tombol like facebook. Silahkan di-klik (pastikan kamu sudah login di Facebook).
Sudah, cuman gitu aja. Mudah sekali kan?! :D
Ayo, tunggu apalagi. Silahkan di-like dan di-comment rame2! (Comment yang positif tentunya!)
Hehehehe
Thanks a lot!
-Elbert-
Caranya mudah kok dan ga nyampe 1 menit untuk nglakuinnya :
1. Masuk ke link di bawah ini :
http://anaknonton.com/index.php/main/detil_ulasan/401.htm
2. Scroll ke bawah, nanti akan ada tombol like facebook. Silahkan di-klik (pastikan kamu sudah login di Facebook).
Sudah, cuman gitu aja. Mudah sekali kan?! :D
Ayo, tunggu apalagi. Silahkan di-like dan di-comment rame2! (Comment yang positif tentunya!)
Hehehehe
Thanks a lot!
-Elbert-
Apakah duet maut Steven Spielberg dan Peter Jackson berhasil menyajikan film adaptasi petualangan Tintin yang memukau, atau malah tampil mengecewakan para penggemar Tintin yang telah menunggunya cukup lama? Let’s Find out.
Apakah Contagion berhasil menjadi film sci-fi yang menegangkan dan memanfaatkan aktor - aktris papan atasnya dengan baik, atau malah membosankan karena terlalu mengkuliahi para penontonnya dengan segala teori - teori ilmiahnya?
Karena ada suatu halangan yang sangat mendesak dan memaksa saya untuk terbaring di tempat tidur saja, saya baru sempat menulis review In Time hari ini (padahal nontonnya sudah minggu lalu). Bahkan 2 film yang sangat saya nanti - nantikan : Tintin dan The Rum Diary pun belum sempat nonton (dan sepertinya 1-2 minggu lagi baru bisa nonton :(( ).
Oke, cukup curcolnya. Langsung saja... yuk.
Apakah Seeking Justice hanyalah film aksi kelas B yang mudah dilupakan atau justru berhasil mengangkat kebintangan Nicholas Cage? Let's Find out.
Apakah Real Steel sukses menjadi film blockbuster yang punya hati seperti yang dijanjikan Shawn Levy atau malah hanya sekedar ajang pamer special effects seperti Transformers? Let's find out.
Berikut beberapa jawaban dari pertanyaan yang mungkin sering muncul di benak kalian mengenai bioskop di tanah air ini, sekaligus juga membantah beberapa mitos yang sering beredar di kalangan penonton. Karena saya tinggal di Surabaya, jadi mungkin ada beberapa perbedaan signifikan dan saya hanya membahas mengenai bioskop milik 21cineplex saja, karena di Surabaya belum ada Blitzmegaplex. Selain itu, apabila ada kesalahan / kekurangan satu apapun, harap dimaklumi. Karena meski di mata teman - teman, saya adalah master film, saya yakin saya masih newbie dan masih banyak sekali yang pengetahuannya di atas saya. XP
Apakah si Rowan Atkinson masih berhasil menyajikan film komedi yang sangat lucu atau malah garing setengah mati? Let's find out.
Apakah Crazy Stupid Love akan sama seperti film romance / comedy ala Hollywood kebanyakan yang cliche dan formulaic, atau malah berhasil memberi nafas segar terhadap genre yang selalu menjadi sasaran caci maki para kritikus ini?
Let's find out.
Paul W.S Anderson adalah salah satu film maker yang sangat terpengaruh dengan kesusksesan Avatar dalam menghadirkan efek 3D yang menakjubkan. Paul pun langsung menggaet salah satu kru yang mengurus efek 3D Avatar dan kemudian merilis Resident Evil : Afterlife tahun lalu. Untuk tahun ini, Paul merilis film terbarunya yang juga dishot dengan kamera 3D : The Three Musketeers. Apakah ia berhasil mempersembahkan efek 3D yang baik? Let's find out.
"All for one and one for all!"
The Three Musketeers mungkin adalah salah satu kisah klasik yang sangat mendunia. Sebagian besar di antara kalian pasti sudah sering mendengar quote yang terkenal tersebut. Sudah puluhan kali kisah ini diadaptasi di layar perak ataupun seni theater, baik yang buatan Hollywood atau di luar hollywood. Kualitasnya pun juga bermacam - macam. Ada yang buruk, ada pula yang bagus. Pertanyaannya sekarang, termasuk kategori manakah film adaptasi terbaru The Three Musketeers ini?
Sudah pengetahuan umum kalau Jason Statham adalah salah satu bintang film action kelas B di generasi kita ini (meneruskan jejak Arnold Schwarzenegger, Sylvester Stallone, Dolph Lundgren, Van Damme, dsb). Sama seperti mereka, actor satu ini tidak pilih - pilih film. Semua tawaran film diterima olehnya mulai dari yang buruk hingga yang cukup bagus. Uniknya, dalam semua film yang dibintanginya, Jason selalu memerankan karakter yang hampir sama, baik dari penampilan luar dan sifatnya; termasuk dalam Killer Elite ini.
Dalam dua tahun terakhir ini, hampir semua film animasi produksi Hollywood dirilis dalam bentuk 3D. Salah satunya adalah Cars 2. Apakah film terbaru Pixar ini memiliki kualitas 3D yang worth dengan harga tiketnya? Let's Find Out.
Film pendek yang diputar sebelum film utama adalah salah satu ciri khas Pixar. Film pendek tersebut juga dibuat dengan serius, bahkan beberapa di antaranya memenangkan piala Oscar. Dan untuk tahun ini, Pixar memberikan sesuatu yang special untuk para fans-nya : sequel
Pixar sepertinya adalah satu - satunya studio film di dunia yang sangat memperhatikan kualitas filmnya dengan hanya merilis satu film dalam kurun waktu satu tahun. Dengan waktu pengerjaannya yang cukup lama dan ditangani oleh kru - kru yang luar biasa, film - film produksi Disney-Pixar selalu fantastis, memukau, orisinil dan sangat memorable di benak tiap penonton ketika mereka keluar bioskop. Dan untuk tahun ini, Disney-Pixar merilis sequel film dengan kualitas film paling "lemah" mereka : Cars. Berbagai pihak pun terkejut dan was - was dengan keputusan mereka untuk menggarap Cars 2. Apakah hal yang kita takutkan ini benar - benar terjadi?
Sebenarnya saya sudah memulai membuat award seperti ini sejak kecil. well, sekedar hobi gitu lah. Dan untuk pertama kalinya, saya mempublish daftar award di blog ini. Cinephile's Choice Award : Summer Edition ini bersifat sangat subjektif dan hanya ditujukan untuk film - film yang rilis di musim panas (periode Mei - Agustus) saja. Sedangkan untuk award ala Academy Award baru akan saya adakan tahun depan. Selain itu, tidak semua film musim panas sudah saya saksikan terutama yang kelas festival karena DVDnya belum ori semua :'(
Jadi kesimpulannya, award ini mungkin akan sering diupdate. So stay tune! =)
Hampir semua film animasi yang dirilis tahun ini ada versi 3Dnya (kecuali Rango, Hop). Hal ini tentu saja disebabkan karena efek 3D dalam film - film animasi terkenal paling 'terasa' dan paling cocok untuk tampil dalam wujud 3D, sehingga jalan pikir seperti inilah yang kemudian dimanfaatkan pihak studio untuk mengeruk keuntungan sebanyak - banyaknya. Pertanyaannya, apakah efek 3D The Smurfs worth your money?
Diadaptasi dari komik terkenal karya Peyo yang berjudul sama, banyak sekali yang mencaci - maki film ini, terutama para kritikus dan fans berat The Smurfs. Alasan utamanya, tentu saja, karena The Smurfs adalah film live action dan bersetting tempat di New York. Saya sendiri juga cukup kecewa ketika mengetahui bahwa The Smurfs bukan pure film animasi. Seperti yang kita ketahui, film mixed antara live action dengan karakter CGI kebanyakan berkualitas buruk dan kelewat bodoh ("Hop", I'm looking at you). Apakah The Smurfs juga termasuk salah satunya?
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa post ini membahas film - film yang akan dirilis bulan October di Indonesia, bukan di wilayah US. Hal ini saya sengaja, karena saya yakin pembaca blog ini adalah penduduk Indonesia dan saya rasa kita lebih peduli terhadap film - film Hollywood yang akan dirilis di Indonesia, daripada film yang dirilis di US. Daftar film di bawah ini tidak saya letakkan berurutan berdasarkan tanggal perilisannya karena pihak importir belum berani memasang tanggal pastinya.
Berkat perannya sebagai werewolf dalam Twilight saga, Taylor Lautner kini digandrungi jutaan remaja perempuan (dan sebagian pria) di seluruh dunia. Meski memiliki performa akting yang pas - pasan, ia dibanjiri banyak sekali tawaran untuk bermain film para produser. Alasan utamanya, tentu saja untuk memanfaatkan popularitas Taylor Lautner. Lawan mainnya, Robert Pattinson telah melakukannya lebih dahulu. Dan seperti yang kita ketahui, di luar Water for Elephants, film - film yang dibintanginya tidak mampu mencetak angka pendapatan yang memuaskan ataupun memperoleh pujian dari kritikus. Apakah hal tersebut juga terjadi terhadap film ini?
Luc Besson mungkin adalah sineas dari Perancis yang paling dikenal di Hollywood, berkat karya - karya fenomenal-nya seperti La Femme Nikita, The Professional, The Fifth Element, The Transporter, Taken, dsb. Meski beberapa karya-nya tidak disukai kritikus, film - film Luc Besson selalu dinantikan penggemar film aksi karena sebagian besar filmnya mengandung adegan aksi yang sangat menghibur. Di bawah bendera studio film miliknya, Europa Corp., Luc Besson terus berkarya (walau tidak selalu duduk di kursi sutradara) dan menghasilkan beragam film Perancis bercita rasa Hollywood. Dan Colombiana adalah salah satu film terbarunya.
3D sepertinya kian marak. Hampir semua film blockbuster tahun ini dirilis dalam wujud 3D, bahkan hingga film - film yang tidak layak muncul dalam wujud 3D seperti Fright Night hingga Harold and Kumar 3D Christmas. Alasan utama tentunya adalah untuk mengeruk keuntungan sebesar - besarnya, menilik harga tiket 3D yang jauh lebih mahal. Sayang, kebanyakan efek 3Dnya dibuat asal - asalan sehingga membuat beberapa penonton jenuh dengan film - film dalam wujud 3D. Namun, apakah efek 3D dalam sequel terbaru Pirates of the Caribbean termasuk mengecewakan?
Siapa yang tidak mengenal Jet Li? Well, aktor satu ini tentunya sudah sangat dikenal hingga dua generasi, terutama di wilayah Asia. Hampir setiap filmnya selalu dinanti - nantikan banyak khalayak mulai dari yang bukan pecinta film sampai pecinta film, termasuk saya sendiri yang sangat menyukai film - film Jet Li. Walau film - filmnya tidak semuanya bagus, tetapi setiap adegan pertarungan yang melibatkan Jet Li selalu berhasil menghibur saya dan menutup - nutupi kekurangan film yang dibintanginya tersebut. Namun apakah hal ini juga berlaku untuk film terbarunya ini?
Final Destination 5 adalah film kedua yang dirilis dalam format 3D setelah The Final Destination (seri 4). Dengan persiapan yang lebih matang dan ada embel - embel 'shot in 3D', apakah film ini berhasil menghadirkan efek 3D yang memuaskan, atau malah mengecewakan seperti kebanyakan film 3D yang telah dirilis?
Franchise horror Final Destination akhirnya telah mencapai seri ke 5nya. Seperti seri ke 4nya, Final Destination 5 akan tampil dalam wujud 3D. Tetapi apakah film ini hanyalah pengulangan dari seri - seri sebelumnya atau berhasil memberi nafas segar seperti yang dijanjikan di trailernya?
Let's find out.
Proyek reboot Conan the Barbarian sebenarnya sudah akan dibuat sejak tahun 2006 lalu, namun banyak sekali halangan yang terjadi mulai ganti - ganti sutradara, sampai perpindahan hak cipta dari Warner Bros ke Paradox Entertainment yang kemudian didistribusi-kan oleh Lionsgate. Marcus Nispel pun ditunjuk sebagai sutradara, dan rasa antusias saya langsung anjlok. Bagaimana tidak, Marcus Nispel adalah sutradara di balik film - film yang kualitasnya di bawah rata - rata : Pathfinder, Friday the 13th remake, Texas Chainsaw Massacre remake, dsb. Belum lagi susunan penulis naskahnya adalah penulis naskah film - film buruk : Dylan Dog dan A Sound of Thunder. Dengan budget sebesar $90 million dan kru - kru yang tidak meyakinkan tersebut, apakah film reboot Conan the Barbarian ini berhasil memenuhi harapan para penonton?
Tidak ada yang pernah menyangka kalau The Hangover akan menjadi film komedi R-rated terlaris sepanjang masa dengan total perolehan US$277,3 million untuk peredarannya di US saja. Hal ini tentu saja disebabkan oleh kisahnya yang orisinil dengan tingkat kelucuan yang tinggi. Dengan total pendapatan US$467 million di seluruh dunia dari budget yang hanya $35 million, Warner Bros langsung memberi lampu hijau untuk penggarapan sequel-nya tanpa berpikir lebih lanjut. Semua pemeran utama dan sutradaranya pun berhasil dipertahankan, sedangkan penulis naskahnya diganti. Budget yang diberikan pun membengkak lebih dari 2 kali lipat menjadi $80 million.
Pertanyaannya, apakah The Hangover part 2 bisa memenuhi ekspetasi tinggi dari para penggemarnya?
Karena teknologi 3D sekarang semakin banyak digunakan di Hollywood untuk menambah pemasukkannya di box office, maka saya tertarik sekali untuk membuat 3D review. Beberapa hal yang perlu diketahui. Pertama, saya menonton film - film 3D hanya di XXI yang notabene menggunakan teknologi Dolby 3D (di Surabaya tidak ada Blitz), sehingga hasilnya mungkin agak berbeda dengan yang di blitzmegaplex yang memakai Real D 3D. Kedua, Meski Real D 3D lebih populer digunakan di bioskop seluruh dunia, sebenarnya kedua teknologi 3D ini memiliki plus - minus sendiri dan sepengetahuan saya (dari teman - teman yang sekolah di luar negeri), efek 3Dnya tidak begitu berbeda. Hanya masalah psikologis saja. Ketiga, masyarakat sering salah mengartikan efek 3D. Mereka beranggapan bahwa efek 3D berarti efek gambar keluar dari layar (pop-out). Sebenarnya pengertian ini benar, tetapi hollywood lebih mengutamakan efek kedalaman (depth) yang membuat para penonton serasa menyaksikan adegan - adegan film dari jendela rumahnya atau bahkan merasa berada di dalam adegan itu sendiri. Sedangkan untuk efek pop-out agak dihindari karena susah untuk membuat adegan pop-out agar tidak terlihat dipaksakan.
Tahun 2011 adalah tahun kejayaan bagi film - film prequel-reboot dan juga bagi salah satu studio besar Hollywood, 20th Century Fox. Bagaimana tidak, kedua film summer unggulannya, X-Men First Class dan Rise of the Planet of the Apes, berhasil menuai pujian dari kritikus, sukses di tangga box office dan sekaligus berhasil memberi nafas baru terhadap franchise besarnya ini.
Pada awalnya, film ini dipandang sebelah mata oleh para pecinta film karena film ini sempat berpindah - pindah jadwal tayang, penunjukkan sutradara yang tidak berpengalaman, poster yang buruk, dan tentunya, 20th Century Fox memaksakan untuk memakai brand "Planet of the Apes" untuk menarik penonton, alhasil judul film ini menjadi tidak lazim : Rise of the Planet of the Apes. Hanya saja, ntah kenapa Apes malah menjadi film summer ke tiga yang paling saya tunggu - tunggu kehadirannya tahun ini setelah Harry Potter 7b dan X-Men First Class. Dan setelah selesai menyaksikannya kemarin malam, saya menjadi agak yakin kalau saya memiliki indera ke enam (hoek).
Peperangan antara DC dengan Marvel memang masih terus berlanjut, namun untuk tahun 2011 ini, tampaknya pihak DC memang harus menelan pil pahit. Green Lantern-nya gagal total baik secara kualitas maupun di tangga box office. Sementara Marvel unggul dengan tiga film superhero-nya yang tidak hanya sukses di box office seluruh dunia, namun dari segi mutu, film - film mereka termasuk bagus. Mulai dari X-Men First Class yang mengejutkan, lalu Thor dan Captain America yang memperoleh tanggapan cukup positif dari kalangan kritikus. Namun kebanyakan komplain dari mereka adalah bahwa kedua film tersebut terkesan seperti benang merah menuju ke proyek Marvel yang sebenarnya : The Avengers. Hal ini tidak bisa dipungkiri. Embel - embel subtitle "The First Avenger" di belakang judul film ini juga semakin memperkuat anggapan bahwa Captain America hanyalah sebagai benang merah The Avengers. Namun apakah benar demikian?
Stanley Kubrick bukanlah nama yang asing di telinga para pecinta film. Beliau adalah salah satu sutradara film terbaik dan legendaris di dunia berkat karya - karyanya yang selalu menuai pujian dari kritikus ataupun para penggemar film. Film-nya yang paling fenomenal tidak lain adalah 2001 : A Space Odyssey yang telah dirilis pada tahun 1968, 43 tahun silam. Selain sangat terkenal di dunia perfilman, 2001 juga termasuk dalam daftar film terbaik sepanjang masa. Bahkan di beberapa situs dan media, film ini duduk di peringkat nomor 1. Setelah menonton film ini, saya mengerti alasan kenapa film ini bisa sedemikian fenomenal.
Terrence Malik adalah salah satu sutradara film paling hebat abad ini. Apabila Christopher Nolan dan David Fincher ahli dalam meracik plot yang orisinil, gelap dan kompleks, Terrence Malik mampu membuat sebuah film dengan visualisasi yang sangat indah, abstrak dan memberi pengertian yang berbeda dalam diri tiap penonton. Namun ada dua kesamaan di antara mereka bertiga, yaitu : mampu memberikan pengalaman menonton tak terlupakan di bioskop dan film karya mereka bukan konsumsi semua orang. Hal ini juga berlaku untuk karya terbaru Terrence Malik yang berjudul The Tree of Life.
Terhitung sudah ada 6 film summer blockbuster yang dipastikan akan hadir di bioskop Indonesia. Yeah, karena Indonesia terkena dampak "Global Warming", summer kita mundur di bulan Agustus - September.
Berikut trailer dari film blockbuster yang akan dirilis bulan ini (beberapa di antara-nya sudah ada review-nya) :
"Never give up" atau jangan pernah menyerah merupakan salah satu nilai moral yang sudah banyak disematkan di film - film baik produksi Hollywood ataupun produksi negeri lain. Bahkan karya terbaru Hanung Bramantyo, Tendangan dari Langit, juga memakai moto tersebut.
Diadaptasi dari kisah nyata, Conviction juga kurang lebih mengandung nilai moral yang sama. Pertanyaannya, apakah film ini berhasil mengeksplor nilai ini dengan baik?
Hanung Bramantyo adalah salah satu sutradara film papan atas di Indonesia. Meski waktu lalu namanya sempat tercemar akibat pernyataannya yang katanya tidak pernah dikatakannya kalau Indonesia tidak butuh film Hollywood, film - film Hanung ternyata masih dinanti - nantikan banyak orang. Setelah merilis film - film bertema religius seperti Ayat - Ayat Cinta ataupun Tanda Tanya, Hanung kini mencoba menggarap film olahraga berjudul Tendangan dari Langit. Sama seperti film - filmnya yang terdahulu, Tendangan dari Langit kembali menyinggung masalah sosial di Indonesia yang kini berfokus pada dunia persepakbolaan di Indonesia. Setelah beberapa hari dirilis, film ini menuai pujian dan mendapatkan review positif dari banyak orang sehingga membuat saya tertarik untuk menonton Tendangan dari Langit. Tetapi apakah film ini memang benar - benar bagus atau malah overrated?
Akhir - akhir ini saya jarang sekali meng-update blog ini karena sibuk kuliah. Tetapi mungkin mulai hari ini saya akan lebih sering menulis post di Cinephile's Diary ini karena liburan segera tiba mulai besok! Woohhoooo!!! Oke, untuk posting hari ini, saya akan membahas film superhero yang paling saya tunggu - tunggu tahun depan nomor 2 (Nomor 1-nya tentu saja : The Dark Knight Rises!!!) yang tidak lain adalah :