Arthur Christmas (2011) Review

12/08/2011 01:26:00 PM



Apakah Arthur Christmas sukses menghadirkan kisah Santa Claus dengan semangat natal yang tinggi atau malah berakhir menjadi film animasi standard yang mudah dilupakan? Read my review.



Studio Aardman sangat terkenal dengan serial film stop motion Wallace and Gromit-nya (bahkan salah satunya, berhasil menyabet piala Oscar). Chicken Run juga salah satu karya-nya yang mendapat pujian dari kritikus, meski perolehan box office-nya tidak sesuai ekspetasi. Studio yang identik dengan design karakternya bermata bulat dan bermulut lebar tersebut mengawali kiprah film animasi digital-nya lewat film “Flushed Away” yang berkolaborasi bersama DreamWorks animation. Sayangnya, meski kritikus menyukainya, Flushed Away tidak berhasil menyedot keuntungan yang menggembirakan. Dari budget $150 million, film ini hanya berhasil memperoleh $64 million di US saja; meski total pemasukan international-nya mampu menjaga muka film ini dengan total pendapatan $178 million. 5 tahun kemudian, Aardman kembali ke layar lebar lewat Arthur Christmas, film bertema natal yang sempat absen di bioskop tahun lalu. Dengan partner baru, Columbia Pictures dan Sony Animation, apakah Aardman kembali sukses menghadirkan film animasi kelas Oscar lagi?

Fortunately, yes. Arthur Christmas tidak hanya berhasil memberikan angin segar terhadap kisah Santa Claus yang cenderung begitu - begitu saja, namun juga sukses hadir sebagai film animasi yang seru, lucu dan juga mengharukan berkat ketulusan dan semangat natal yang menyelimuti film ini. Bahkan menurut saya, Arthur Christmas adalah “Toy Story 3”nya tahun ini. Plot yang disadur sebenarnya cukup simple : Alkisah, Arthur (James McAvoy) adalah putra bungsu dari Santa Claus(Jim Broadbent) yang ceroboh namun berhati mulia dan sayang anak - anak. Sayangnya, kecerobohannya tersebut membuat dirinya jauh dari kedudukan penting untuk membantu Santa Claus secara langsung. Sedangkan Steve (Hugh Laurie) adalah putra sulung sekaligus kebanggaan Santa karena berkat Steve, ia bisa memberikan berjuta - juta hadiah dalam 1 malam. Namun, pada suatu natal, terjadi kesalahan teknis yang mengakibatkan seorang anak tidak menerima hadiah dari Santa. Ketika yang lain bisa memaklumi kesalahan ini, Arthur malah bersikukuh ingin mengantar hadiah tersebut sebelum hari natal tiba. Keputusan ini didukung oleh Grand Santa (Bill Nighy), ayah Santa Claus. Bersama, mereka pun berpetualang mengarungi samudra demi mengantar hadiah pada anak yang terlewatkan tersebut. 

Dengan plot yang sebenarnya mengada - ada, Arthur secara mengejutkan sukses menjadi film animasi yang enak dinikmati. Konsep dan cara Santa Claus mengirim hadiah natal di masa kini juga dibuat sangat kreatif dengan mencampur aduk teknologi dan magic. Beberapa “revisi” dari mitos Santa Claus juga diceritakan secara gamblang, cerdas dan orisinil. Dan bagi yang mengharapkan petualangan imajinatif dan mendebarkan, Arthur juga tidak akan mengecewakan anda. Kehadiran karakter Elf di film ini juga mengingatkan para penonton pada karakter Minions dari Despicable Me. Meski tidak selucu minions, Elf masih berhasil memancing tawa penonton berkat kelucuan tingkah laku mereka. Selain Elf, karakter - karakter utama yang dihadirkan juga digarap baik dengan sifat, konfik dan perkembangan karakter yang variatif dan tidak menjemukan. Dengan pondasi kuat yang telah dibangun sejak awal pembukaan film, ending Arthur Christmas terasa sungguh mengharukan, emosional dan tentunya tak terlupakan.

Sayangnya, Arthur Christmas jauh dari kesempurnaan. Ketidak hadiran tokoh antagonis di film ini adalah salah satu kelemahan yang mungkin tidak bisa diterima sebagian besar penonton awam, yang ujung - ujungnya akan membuat mereka bosan. Semenjak film animasi bioskop pertama di dunia, Snow White and the Seven Dwarfs garapan Walt Disney, tokoh antagonis adalah salah satu syarat mutlak yang harus diselipkan di setiap film animasi. Selain itu, humor dalam Arthur Christmas lebih ke arah gaya film - film Pixar yang tentunya tidak akan membuat perut penonton sakit kala menyaksikan animasi garapan DreamWorks semacam Shrek, Kungfu Panda, dsb. 



Overall, Arthur Christmas adalah film animasi yang bagus dengan sajian kisah yang cerdas, heartwarming, menghibur dan memikat semua batasan umur. Ketulusan dan semangat natal yang dihadirkan juga luar biasa; sehingga tidak dipungkiri lagi, Arthur Christmas adalah kandidat kuat untuk memenangkan piala Oscar kategori Best Animated Feature, sekaligus film animasi yang tidak boleh anda lewatkan bulan December ini. 



You Might Also Like

0 comments

Just do it.