MY FIRST IMPRESSION ON IMAX TUNJUNGAN 5 XXI SURABAYA

9/12/2015 08:22:00 PM



Setelah penantian selama empat tahun sejak my very first IMAX experience in 2011, gw masih nggak menyangka Cinema 21 memutuskan untuk membuka IMAX pertama di Surabaya pada hari ulang tahun gw kemarin, 11 September 2015. I mean, dari seluruh probabilitas tanggal opening yang ada, yaitu pada bulan-bulan summer movies atau pada waktu Spectre / Star Wars tayang nanti, Cinema 21 justru memilih bulan September, salah satu bulan yang paling lesu film-film besar selain bulan Januari. Dan tentu saja, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, gw selalu merayakan ultah gw dengan ritual nonton bioskop. Ya biasa saja sih memang, karena gw juga nonton bioskop 3-4 kali setiap minggu. Cuman terasa spesial aja ada tanggal ultah gw di tiket nonton gw. Dan khusus untuk tahun ini, it’s the biggest birthday movie ever! *membahagiakan cinephile itu memang gampang*

Total, gw baru dua kali mengalami The IMAX Experience. Pertama, waktu Kung Fu Panda 2 tahun 2011 kemarin di Shaw Lido Singapore. Dan yang kedua, The Dark Knight Rises di Gandaria City tahun 2012 waktu diundang Movie Monthly di acara anniversary-nya mereka.

Gw juga ngidam berkali-kali mau mampir IMAX waktu lagi di Jakarta, tapi selalu gagal. Antara nggak dapet tiket (The Hobbit: The Desolation of Smaug), nggak dapet restu dari ortu padahal sudah berdiri di depan theater-nya (waktu Noah tayang di Singapore dan dilarang masuk Indonesia), atau gara-gara nggak ada temennya (waktu Guardians of the Galaxy tayang midnight). Ya, kalau baca curhatan gw di atas, gw memang keliatan nggak jodoh ya nonton IMAX.

Bahkan kemarin pun gw nyaris nggak jodoh nonton IMAX gara-gara ada UTS, lho guys. Untunglah ada my fellow movieblogger Arul Fittron yang sudah stand by di TP5 sejak jam 11 pagi dan mau dititipin tiket (thank you, Arul!). I decided to watch The Transporter Refueled in IMAX and Maze Runner: The Scorch Trials in Premiere. 

Tunjungan 5 XXI Surabaya: My First Impression




IMAX TP5 letaknya di lantai 10. Ya, you read it right. Sepuluh. Jalan dari parkiran TP4 ke TP5 lantai 10 makan waktu kurang lebih 10 menit (serius nggak dipas-pasin sepuluh menit), padahal itu sudah jalan cepet. Jauhnya minta ampun.

Dan setelah muter-muter naik eskalator, akhirnya gw tiba di Tunjungan 5 XXI, and my first impression was… kecil amat bioskopnya? Luas lobinya aja nggak sampai separuhnya Ciputra World. Longue Premiere-nya pun nggak eksklusif karena gabung langsung dengan lobi utamanya, sama kayak di Lenmarc.





Masuk ke dalam, gw langsung keliling lobi (setelah foto tiket, tentu saja, lol), mempelajari seluk-beluknya, ngintip ke loket, ngelirik XXI cafe, muter ke belakang, duduk di longue, liat garden cafe yang dipaksain untuk ada, dan nyapa beberapa mbak bioskop dan mas premiere yang gw kenal (pindah dari Ciputra World buat training anak-anak baru di TP5, katanya). Total ada 3 studio reguler, 1 studio IMAX, dan 2 studio premiere di Tunjungan 5 XXI. Sayangnya, 3 studio regulernya itu terkesan dipaksain untuk ada. Studio 1-nya aja besarnya setara dengan Studio 7-nya Ciputra World (cuman 2 kolom. Padahal standard-nya studio 1 itu 3 kolom). Bisa kebayang kan kecilnya kayak apa studio 2 dan 3-nya?



Kelihatan banget kalau Tunjungan 5 XXI ini dibangun untuk IMAX aja, mengingat mall terbesar di Indonesia ini sudah punya DUA bioskop 21. Studio reguler dan premiere kesannya jadi pelengkap aja. Studio IMAX letaknya di tengah-tengah, nggak tetanggaan dengan studio reguler dan Premiere supaya suaranya nggak bocor kayak di Gandaria City itu. 



Pintu masuk IMAX ada dua, di pojok kiri dan pojok kanan, dipisah berdasarkan nomer tempat duduk.  Di antara mereka, ada WC laki-laki dan perempuan. Awkward banget memang posisinya, tapi ya mau gimana lagi. Di daun pintunya ada tulisan IMAX. Gw masuk di pintu yang pojok kanan karena seat gw D17.

Begitu masuk ke dalam, gw nggak kaget. Kagetnya sudah tiga tahun yang lalu, waktu pertama kali masuk IMAX Gandaria City. Lol. Gw bernostalgia. Desain interiornya sama persis dengan studio-studio reguler dan studio IMAX-nya XXI.

Sebelum menuju ke kursi, gw sempet mengamati layarnya sambil ngobok-ngobok memori gw dulu. Walau sama-sama IMAX Digital, layar IMAX Tunjungan 5 lebih besar dari Shaw Lido, dan sedikit lebih besar dari Gandaria. Tapi sori banget guys, gw nggak sempet foto. Yang ngantri di belakang banyak.



Setelah duduk di kursi dan liat ke layar, impresi gw cuman satu. Sampai sekarang juga masih satu: curam banget. Penataan kursinya ini banyak mengingatkan gw ke studio 4-nya Pakuwon City XXI (East Coast), studio kecil yang dipaksakan untuk menampung kursi banyak. Bayangkan kemarin gw duduk di seat D (empat dari atas) aja masih agak mendongak, apalagi yang di depan sendiri. Beda dengan waktu di Gandaria City 3 tahun yang lalu. Gw duduk di seat J (EMPAT baris dari depan) masih enak nontonnya. Jadi, kalau nonton di IMAX TP 5, usahakan duduk yang agak atasan ya. Kalau bisa yang di atas deretan kursi VIP (seat H).

Film perdana yang diputar di IMAX TP 5 ini The Transporter Refueled. Sejak awal sudah sangsi kalau film ini pantes masuk IMAX. Tapi herannya, kok ya bisa ngambil slotnya The Scorch Trials yang jelas-jelas lebih layak di IMAX (gw sudah nonton filmnya. Thrill-nya bakal lebih maksimal kalau di IMAX). Dan benar prediksi gw, The Transporter Refueled ini sama sekali nggak menggunakan kelebihan IMAX.

Tapi, sebelum kita jalan lebih jauh dan membuat kalian yang udah nggak ngerti gw ngomong apa di atas tambah nggak ngerti, mari kita kenal sedikit dulu tentang IMAX Digital ini. Singkat aja kok.

About IMAX Digital

IMAX itu singkatan dari Image Maximum (cie yang baru tahu). Dulu, IMAX masih pake seluloid film 70 mm. Bandingkan dengan seluloid film standard yang 35 mm (bioskop reguler), besarnya dua kali lipat. Tapi karena film-film komersil jadi susah banget masuk IMAX dan akibat keterbatasan durasi yang bisa ditampung seluloid 70 mm, IMAX akhirnya merilis produk terbarunya: IMAX Digital pada tahun 2008.

IMAX Digital ini beda dengan IMAX 70 mm. Yang paling keliatan ya ukuran layarnya. IMAX 70 mm ukurannya bisa sampai 23x30 meter, sedangkan IMAX Digital ini ukurannya sekitar 8.5x18 meter (untung IMAX Digital di Indonesia lebih besar dari standard itu). Kenapa kok jauh lebih kecil? Ya supaya bisa masuk bioskop komersil dan investasi serta biaya maintenance-nya nggak terlalu gede. Ya bayangin aja kalau IMAX Digital ukurannya masih segede IMAX 70 mm, mungkin sampai sekarang IMAX cuman ada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) aja.

Aspect ratio yang digunakan IMAX Digital ini 1.9:1, sedikit lebih wide dari standard TV sekarang yang 1.78:1 (sedikit banget, cuman selisih 0.12 skala perbandingan), untuk memenuhi standard film zaman sekarang yang rata-rata difilmkan dalam aspect ratio 1.85:1 (bisa full screen) dan 2.39:1 (ada black bar di atas bawah). Sedangkan IMAX 70 mm masih 1.44:1, sama seperti TV kotak zaman dulu.

Terus, apa setiap film bisa tayang di IMAX? Jawabannya: nggak bisa. Film-film yang mau tayang di IMAX itu harus rebutan slot. Kontrak slot IMAX itu 1 film / 2 minggu. Jadi, misalnya sekarang gilirannya The Transporter Refueled, ya film lain nggak bisa tayang di IMAX sampai waktu tayang Transporter habis. 

Sebelum tayang di IMAX, film juga harus melalui proses DMR (Digital Media Remastering) supaya gambarnya keliatan jernih dan nggak pecah-pecah waktu diputar di layar IMAX.


The Transporter Refueled: The IMAX Experience



The Movie

The Transporter Refueled feels more like an unofficial sequel to the Transporter franchise: it's dumb, flat, and it has straight-to-video-movie feels all over it. It's better not to be seen for your own good.

Rating: 1/5

Visuals

IMAX TP 5 ini sepertinya sudah menggunakan proyektor 4K. Gambarnya keliatan jernih dan tajam banget, padahal filmnya hasil convert-an DMR. Sedangkan dulu waktu nonton TDKR, adegan yang nggak di-shot dengan kamera IMAX terlihat pecah-pecah dan nggak tajam (bukan film grain ya). Tapi mohon koreksinya dari teman-teman yang lebih berpengalaman sama IMAX.

Sayangnya, seperti yang gw bilang tadi, The Transporter Refueled ini nggak layak diputar di IMAX, apalagi jadi film perdana IMAX TP5. Keliatan dari shot-shotnya yang nggak megah, terlalu banyak quick cut, dan adegan action yang nggak ada bedanya dengan film-film straight-to-video. Iyalah, wong budget cuman $22 juta. Belum lagi aspect ratio-nya 2.39:1, jadi ada black bar di atas dan di bawah. 

Rating: 3.5/5

Audio

Nah, ini yang jadi permasalahan utama. Audio IMAX TP 5 kurang nendang. Gw masih ingat betul waktu nonton TDKR dulu suaranya kenceng banget sampek kayak gempa bumi (coba baca review IMAX Gandaria City gw dulu). Tapi sepertinya ini pengaruh dari filmnya juga, atau gara-gara kesalahan teknis pada waktu grand opening TP 5 sehari sebelumnya. Kalau Everest yang tayang 16 September mendatang suaranya juga nggak maksimal, berarti audio IMAX TP 5 masih perlu kalibrasi dan settingan.

Rating: 2/5

The Premiere Tunjungan 5 XXI

The Scorch Trials kemarin diputar di studio 2. Sama kayak di CW, studio Premiere-nya dibikin berseberangan supaya suaranya nggak bocor. Menariknya, Premiere TP5 ini agak berbeda dengan Premiere-Premiere yang sudah ada di Surabaya. 

Waktu pintu studio 2 dibuka, kita nggak langsung masuk ke dalam studio loh. Ada kayak semacam space kecil. Di situ ada mbak Premiere yang stand by buat nganter kita ke kursi. Studio dan space itu cuman dipisahkan oleh tirai hitam, nggak ada pintu lagi.

Penataan kursinya juga beda banget.  Bagian tengah cuman ada empat kursi. Lalu di kiri dan di kanan masing-masing dua. Nah, empat kursi di tengah itu dipisahkan kayak kursi pasangan gitu. Jadi, ada gap di antara dua pasang kursi. Karena kebetulan kemarin memang lagi pingin nonton sendirian, jadinya ya awkward setengah mati. Duduk sendirian di kursi couple.

Kursi Premiere hampir sama seperti biasanya. Cuman sekarang tombol naik-turunnya ada di sisi dalam arm rest kursi. Kalau kursinya diturunkan, arm rest-nya ikut bergerak menyesuaikan. Plus, bunyi gesekan kulit kursi yang super sangat annoying bikin keri itu nggak ada lagi! Halus banget pokoknya. Semoga nggak awal-awal aja. 

Layarnya sih kecil, mungkin faktor setelah nonton IMAX (aslinya mau Premiere dulu baru IMAX untuk menghindari hal ini. Tapi jadwal film nggak mendukung). Layar Premiere terbesar di Surabaya masih dipegang oleh Grand City XXI.

Terus, satu lagi yang beda. Kali ini gw senengnya minta ampun. Lampu EXIT yang sangat mengganggu itu sekarang dibuat warna merah dengan font yang sangat tipis dan cahaya yang redup banget. Semoga studio reguler lainnya juga seperti itu. 

Rating: 3.5/5

The Movie



Though Maze Runner: The Scorch Trials has all the thrills that made the original so good, it's a totally different sequel that will either you love or hate. Sometimes, it feels like a watered-down The Walking Dead pilot with teens. Sometimes, it tries so hard to make sure the audience hates all the characters on screen. Yeah, I don't like it.

Rating: 2.5/5

Overall

Well, karena IMAX TP 5 ini masih terbilang baru gres dan film perdananya juga nggak layak, review IMAX TP 5 yang gw tulis ini masih bersifat sementara. Jangan dimasukin hati dulu.[]





You Might Also Like

9 comments

  1. Bener banget agan cinephile. Klo bagi gw sih yg paling kliatan amatirnya di transporter tuh wkt flashback pengenalan 3 mafia antagonisnya. Agak kecewa sih di situ serasa nih film nganggur banget ngeflashback gituan dikira penonton segitu bodohnya ga ngerti kalo 3 mafia tuh dr 15thn yg lalu. Lol

    ReplyDelete
  2. Nice impression n review.. Jadi ada gambaran buat kedepan nonton di imax. Moga2 everest besok bisa beneran real imax experince. Thanks

    ReplyDelete
  3. Sedikit koreksi di bagian Visual.

    Untuk proyektor IMAX, tetap menggunakan 2K dan bukan 4K. Emang sih sekarang IMAX punya proyektok berteknologi Laser 4K. Tapi gak setiap bioskop IMAX bakal pasang proyektor IMAX yg terbaru. Soalnya harganya masih dibilang mahal dan masih jarang bioskop IMAX yang memakai proyektor terbarunya.

    ReplyDelete
  4. IMAX ini dream experience bgt buat gw yang sedari dekade duaribubelasan muncul sampai sekarang nggak juga muncul

    Sedari gw di Jogja sampai gw di Bali nggak ada muncul sekalipun.

    Surabaya's one lucky town.

    ReplyDelete
  5. sekedar share yg saya tau.. kalo agan2 pgn ngerasain imax experience yg hakiki, coba ntnnya film yg emg ada footage imaxnya.. mksdnya dishoot pake kamera dan film imax.. star wars vii gan wajib ditonton di imax

    ReplyDelete
  6. Sebenarnya, yang sekarang kita nikmati sebagai IMAX sudah kehilangan substansi. IMAX tidak diciptakan untuk melihat scene dialog yang selalu ada di Feature Presentation (produk film biasa), tetapi untuk film dokumenter yang terutama menampilkan pemandangan yang luar biasa lebar sudut pandangnya. Bagi mereka yang tidak pernah melihat karya IMAX awal seperti Indonesia Indah, Space, dst, yang dulu sering diputar di TMII, sebenarnya belum menikmati keindahan IMAX yang sebenarnya. IMAX adalah pengalaman 'tenggelam' dalam visualisasi yang ada. Melihat tokoh berdialog diambil dengan medium shot / tele shot, bukanlah peruntukan IMAX. Sayang judul film lama IMAX itu sudah tidak ada, bahkan DVD nya juga tidak ada. Padahal ada scene ngebut di jalan sudirman jakarta dengan kamera IMAX dipasang di bemper mobil.

    ReplyDelete
  7. Btw kira kira berapa ya biaya bangun bioskop imax ini. Sampe sampe belum banyak kota yg ada imax nya.

    ReplyDelete
  8. Btw kira kira berapa ya biaya bangun bioskop imax ini. Sampe sampe belum banyak kota yg ada imax nya.

    ReplyDelete

Just do it.