2001 : A Space Odyssey (1968) review
9/07/2011 12:40:00 AM
Stanley Kubrick bukanlah nama yang asing di telinga para pecinta film. Beliau adalah salah satu sutradara film terbaik dan legendaris di dunia berkat karya - karyanya yang selalu menuai pujian dari kritikus ataupun para penggemar film. Film-nya yang paling fenomenal tidak lain adalah 2001 : A Space Odyssey yang telah dirilis pada tahun 1968, 43 tahun silam. Selain sangat terkenal di dunia perfilman, 2001 juga termasuk dalam daftar film terbaik sepanjang masa. Bahkan di beberapa situs dan media, film ini duduk di peringkat nomor 1. Setelah menonton film ini, saya mengerti alasan kenapa film ini bisa sedemikian fenomenal.
Film dibuka dengan adegan blank screen selama 3 menit diiringi dengan musik megah "Also Sprach Zarathustra" yang begitu terkenal. Awalnya saya kira filmnya macet ga jalan, tapi ternyata memang seperti itu. Kemudian, selama beberapa menit, para penonton disuguhi adegan kegiatan sehari - hari para monyet di jaman purbakala yang tidak lain adalah bagian dari chapter 1 : The Dawn of Man. Saya yakin, pikiran utama yang terbesit di benak para penonton adalah menekan tombol Fast Forward. Untungnya saya tidak melakukan hal ini, karena adegan tersebut ternyata sangat penting karena berkaitan dengan story berikutnya. Dalam chapter tersebut, monyet - monyet menemukan sebuah balok raksasa yang tertanam di tanah. Balok tersebut kemudian dikenal dengan nama Monolith. Dan ntah kebetulan atau tidak, chapter The Dawn of Man ini berakhir di menit 20:01, sesuai dengan judul filmnya.
Chapter berikutnya bersetting di berjuta - juta tahun kemudian, tepatnya tahun 2001, di mana manusia sudah menjelajahi angkasa luar dan bahkan mendirikan base bernama Clavius di bulan. Suatu hari, Dr. Heywood R. Floyd (William Sylvester) diutus ke Clavius dari bumi untuk menyelidiki sebuah kasus aneh yang terjadi di tempat itu.
Ketika credit title mulai bergulir dan music megah kembali mengalun, saya hanya terdiam. Rasa lelah, bingung, pusing, bercampur hebat dengan perasaan takjub dan terkagum - kagum saya terhadap film ini. Saya bahkan juga tak henti - hentinya membisikkan kata "Wow" ataupun "Guendeng" sambil tersenyum - senyum sendiri. Berikut akan saya jelaskan alasannya.
Lelah. Sebenarnya rasa lelah sudah mulai saya rasakan seusai chapter 2. Bagaimana tidak, setelah diserang oleh scene-paling-aneh-yang-pernah-saya-lihat selama 20 menit, di mana layar hanya menampilkan kegiatan monyet - monyet, para penonton langsung disuguhi film dengan alur yang sangat amat lambat. Pendapat ini tidak berlebihan. Stanley Kubrick seakan - akan membuang waktu penonton dengan menampilkan pesawat luar angkasa berjalan selama 10 menit. Yeah, sekali lagi, selama 10 menit Stanley hanya menampilkan adegan pesawat berjalan di angkasa luar. Dan hal ini terus diulang - ulang dengan menampilkan scene orang berjalan, berolahraga, mesin bergerak, dan lain - lain selama mungkin. Belum lagi adegan tersebut tidak disertai dengan dialog ataupun musik, membuatnya semakin terlihat seperti gambar bergerak di Daily Prophet. Sungguh amat melelahkan sekaligus menjenuhkan.
Video Chat |
HAL 9000 |
Takjub. Dirilis pada tahun 1968 silam, 2001 : A Space Odyssey adalah film sci-fi terbaik dan paling akurat yang pernah saya tonton. Bagaimana tidak, 43 tahun yang lalu Stanley Kubrick bahkan telah memprediksi manusia akan berhasil mendarat di bulan, adanya iPad (no kidding), super computer, video chat, teknologi hibernasi, layar LCD yang terbenam di kursi pesawat (in-flight movie), dan lain sebagainya. Alat - alat dan interior dalam pesawat luar angkasa-nya juga dibuat detail dan logis dengan menerapkan ilmu science. Hal ini mengakibatkan segala teknologi futuristik di film ini tidak terlihat bodoh dan tampak canggih bahkan jika dilihat di masa sekarang, meski karena keterbatasan teknologi kala itu masih membatasi beberapa bagian. Visual effects yang disematkan di film ini juga masih terlihat bagus, hal yang sangat jarang ditemui di film - film klasik. Tata cara pengambilan gambarnya dan cara pesawat beroperasi pun juga masih menimbulkan decak kagum. Kegiatan manusia di dalam pesawat luar angkasa, mulai dari makanan mereka hingga zero-gravity toilet semuanya juga digambarkan dengan detail dan menarik untuk diikuti. Salah satu teknologi yang paling memorable sekaligus mengerikan adalah HAL 9000. Super computer ini digambarkan memiliki perasaan dan kecerdasan selevel dengan manusia. Bahkan computer ini dipercaya untuk menjalankan misi rahasia dan juga mampu membunuh manusia. Suaranya yang datar juga mengingatkan saya akan suara Dr. Manhattan di film Watchmen, sedangkan design-nya mengingatkan saya akan super computer di film Wall-E.
Bingung, pusing sekaligus terkagum - kagum. adalah perasaan yang "wajib" dan sudah pasti dirasakan penonton seusai melihat film ini. Bahkan kritikus - kritikus TOP pun mengakui hal ini. Sebenarnya perasaan ini juga sempat saya rasakan ketika menonton The Tree of Life, yang kebetulan saya tonton sehari sebelum menonton 2001 : A Space Odyssey ini. Plot film ini memang disuguhkan dengan alur yang sangat lambat dan terlihat sederhana pada awalnya, namun ketika pertengahan film, 2001 : A Space Odyssey berubah menjadi film yang sangat kelam, disturbing dan mencekam, terutama 30 menit terakhir film ini telah mengubah segalanya. Minimnya musik dan dialog justru menambah suasana kengerian. Dengan ending paling membingungan yang pernah saya lihat dan menimbulkan debat abadi, kisah yang dituturkan 2001 : A Space Odyssey ini ternyata jauh lebih complex, simbolik dan abigu dari yang penonton duga di paruh 2 jam awal. Ending ini juga sangat susah dimengerti, saya berusaha memahami sambil menggabung - gabungkannya mulai dari scene monyet - monyet namun hal ini malah membuat kepala pusing (walau akhirnya berhasil menemukan titik terang dan dugaan sementara). Apabila generasi muda sekarang mungkin menyebut ending Inception adalah ending film paling membingungkan, saya berani bertaruh, setelah melihat ending film ini, Inception tidak ada apa - apanya. Saya yakin akan banyak sekali hal - hal yang ditemui penonton kala menonton ulang film ini. Hanya saja, alur yang lambat mungkin merupakan alasan utama yang membuat orang malas untuk menontonnya lagi.
Overall, 2001 : A Space Odyssey merupakan film sci-fi terbaik dan paling memorable yang pernah saya tonton. Meski didukung oleh akting para aktornya yang kurang begitu baik, kisah yang dituturkan film ini begitu kompleks dan mengandung banyak makna, yang hebatnya, disuguhkan melalui gambar bergerak saja dan sangat minim dialog. Tidak diragukan lagi, Stanley Kubrick adalah salah satu sutradara film paling jenius yang pernah ada.
Trivia : bagi yang tidak tahu, film ini memiliki sekuel, berjudul 2010 : the Year We Make Contact. Namun tidak disutradarai oleh Stanley Kubrick.
VERDICT :
Why should I watch this movie?
+ Film ini selalu masuk 10 besar dalam daftar film yang wajib ditonton sebelum anda meninggal. Jadi tunggu apalagi?
+ Film ini akan selalu menjadi topik seru dalam ajang perdebatan berkat kisahnya yang kompleks dan ambigu.
Why Should I skip this movie?
- Alurnya yang terlalu lambat sungguh meresahkan penonton bahkan bagi pecinta film sekalipun.
- Penonton awam mungkin akan sangat membenci ending-nya.
0 comments
Just do it.