OBLIVION (2013) : A SCI-FI WORTH WATCHING FOR
4/13/2013 04:34:00 PM
OBLIVION
2013 / 126 Minutes / Joseph Kosinski / US / 2.39:1 / PG-13
Film-film Science Fiction memang sering menyapa para penonton di bioskop hampir setiap bulan. Beberapa di antara kalian mungkin akan segera memutar otak, mengingat-ingat film sci-fi apa saja yang sudah kalian saksikan tahun ini. Ya, dan itu cukup sulit bukan? Jembatan pembeda antara genre sci-fi dengan genre-genre lain kian lama kian terasa blur. Hollywood sudah terlalu bekerja keras untuk mencampur-aduk beragam aspek hingga film dengan genre-genre yang spesifik pada satu jenis saja sudah tidak dapat berdiri sendiri lagi, bahkan nyaris punah.
Dampaknya memang cenderung positif, kalau dipikir-pikir, karena dengan genre blending seperti itu, film akan menjadi lebih menarik, lebih inovatif, dan dapat terus berkembang ke arah yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Contoh yang paling mudah itu seperti film Alien garapan Sir Ridley Scott rilisan tahun 1979 yang telah begitu sukses menggabungkan genre Sci-fi dengan genre horror.
Di sisi lain, genre blending juga berdampak negatif ketika formula dasarnya sudah mulai terbangun kokoh, di mana para sineas mulai suka untuk bermain aman dan senantiasa mengambil rute yang itu-itu saja untuk disuntikkan ke dalam filmnya, seakan-akan ada teori eksak yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun.
Padahal teori satu-tambah-satu-ya-sama-dengan-dua ini sama sekali dan memang seharusnya tidak pernah berlaku dalam industri kreatif, terutama di bidang perfilman, karena ujung-ujungnya ya seperti sekarang ini yang sering diomelkan oleh masyarakat pecinta film dan para kritikus : film kok ceritanya gitu-gitu saja sih, jelek ah, ga seru! Predictable!
Padahal teori satu-tambah-satu-ya-sama-dengan-dua ini sama sekali dan memang seharusnya tidak pernah berlaku dalam industri kreatif, terutama di bidang perfilman, karena ujung-ujungnya ya seperti sekarang ini yang sering diomelkan oleh masyarakat pecinta film dan para kritikus : film kok ceritanya gitu-gitu saja sih, jelek ah, ga seru! Predictable!
Tetapi jangan salah, saya tidak pernah mendaftarkan diri untuk masuk ke dalam geng mereka, sedikitpun tidak pernah kepikiran. Karena saya masih percaya kalau sebuah film yang ditulis dan dibuat dengan sangat baik, hasilnya akan baik pula meski formula yang mereka pakai adalah hasil pinjam-meminjam dari film populer yang sudah rilis terlebih dahulu. Kreatifitasnya akan terlihat dari cara mereka menggunakan dan mencampurkan adukkan formula tersebut. Dan sebenarnya hal itulah yang menjadi kunci dari keefektifitasan film ini.
An effective sci-fi, indeed.
Bersetting di tahun 2077, bumi sudah hancur dan tidak dapat ditinggali oleh manusia lagi akibat peperangan dengan sekelompok alien yang menyerang bumi 60 tahun yang lalu. Jack Harper (Tom Cruise) adalah salah satu manusia yang tersisa dan ditugaskan di bumi untuk menjaga para robot (drone) yang tengah bekerja mencari sumber daya yang sekiranya dapat menunjang kehidupan manusia di planet lain.
Akan tetapi, rasa rindu Jack terhadap kehidupan di bumi justru memicu mimpi mengenai dirinya bersama seorang wanita misterius setiap malam sampai suatu ketika, Jack akhirnya bertemu dengan wanita itu (Olga Kurylenko). Dan segalanya mulai berubah saat wanita itu membuka mulutnya dan mengutarakan sebuah rahasia besar di balik invasi 60 tahun yang lalu.
Jauh sebelum perilisan film ini, pihak petinggi Universal pernah mengucapkan sesuatu yang membuat semua orang terkejut. Mereka bilang bahwa naskah Oblivion adalah salah satu naskah film terbaik yang pernah mereka terima. Awalnya semua tentu skeptis dan menganggap bahwa ini hanyalah “rekayasa” belaka demi mengangkat awareness para pecinta film terhadap Oblivion, apalagi ini juga bukan kebohongan marketing pertama yang dilontarkan oleh Hollywood.
Tetapi setelah menyaksikan final cut Oblivion di bioskop, I quite agree on the “good” part. Naskah yang digarap ramai-ramai oleh Joseph Kosinski, William Monahan dan Michael Arndt ini dapat dikatakan bagus; bagus dalam hal merekonstruksi dan menggabung-gabungkan elemen cerita dari berbagai film-film sci-fi populer hingga menjadi sebuah suguhan film aksi petualangan yang fresh dan menyenangkan untuk diikuti.
Misteri demi misteri dalam film ini senantiasa bertambah pekat dari menit ke menit--daripada bergerak di tempat seperti kebanyakan film-film blockbuster--sampai pada penyampaian twist demi twist di beragam titik plot tanpa ketergesaan yang ternyata begitu berhasil membangkitkan rasa excitement yang sudah jarang kita rasakan lagi ketika menyaksikan film blockbuster di bioskop; ya, at least untuk film-film rilisan tahun 2013 ini.
And speaking of blockbuster, Oblivion juga masih sempat untuk menyuguhkan adegan aksi yang mendebarkan (walau tidak terlalu spektakuler) dan tentu penampilan efek visual yang memukau guna memantapkan identitasnya sebagai film blockbuster. Tidak perlu terkejut sebenarnya di segmen ini karena Oblivion adalah film mahal rilisan Hollywood dan kita semua tentu sudah memiliki gambaran bagaimana suguhan VFX-nya. Bahkan komputer-komputer canggih yang tampil di Oblivion pun juga memakai OS yang sama.
Anyway, bagi di antara kalian yang sempat jatuh cinta dengan score dalam film Tron Legacy, Joseph Kosinski lagi-lagi menyewa musisi yang tepat untuk menangani score film Oblivion-nya. Saya biasanya jarang membahas musik dalam sebuah film, tetapi score gubahan M83, Joseph Trapanese, dan Anthony Gonzalez ini patut untuk diapreasiasi lebih karena alunannya yang tidak biasa dengan feel futuristik yang benar-benar meresap ke atmosfir premise-nya dan memberi pengalaman audio-visual yang mantap.
A Cruise-esque blockbuster.
Sayangnya, tidak semua berjalan semulus yang didambakkan. Kekurangan utama yang dimiliki Oblivion terletak di paruh awalnya yang kurang menyenangkan untuk diikuti sebagai dampak dari alurnya yang sangat lambat dengan beberapa scene di sana-sini yang seharusnya bisa ditinggalkan di meja editing. Alhasil, hal ini telah menjadi problem tersendiri bagi para penonton yang tidak biasa dengan pace lambat; baca : bosan.
Kekurangan kedua mungkin terletak pada karakter Jack Harper yang screen time-nya menurut saya kelewat banyak hingga tidak memberi ruang kepada karakter-karakter penting lainnya untuk berkembang. Dan karena Oblivion ini dapat dikatakan sebagai character-driven story, keegoisan Tom Cruise untuk memuaskan dahaga narsisme dan menebar pesona mega bintangnya itu (bukan yang pertama kalinya, mind you) turut berdampak pada kemunculan-kemunculan plot hole yang seharusnya bisa ditambal dengan begitu mudah apabila Cruise atau para produser rela kalau screentime-nya diambil karakter lain untuk menceritakan cerita mereka.
Overall, Oblivion adalah sebuah film sci-fi yang cukup mengejutkan dari segi kualitas naratif--di luar segala kekurangan-kekurangannya itu, karena ia bisa tampil melampaui ekspetasi para penonton yang sempat skeptis kalau film ini hanyalah sekedar film action dengan set post-apocalypse. Dan bagi Joseph Kasinski sendiri, beliau berhasil membuktikan bahwa dirinya adalah sineas yang mau belajar dari kesalahan (Tron Legacy) dan jelas telah menjadi salah satu bakat yang layak untuk dinantikan karya-karya blockbuster berikutnya. Oblivion is a science fiction worth watching for!
Follow my Twitter : @Elbert_Reyner
Follow my Twitter : @Elbert_Reyner
8 comments
wah rating yang tinggi. menurut gue, dibalik plot twist dan narasinya yang apik, ide ceritanya Kosinski ini mirip2 sama Moon dan Eternal Sunshine of the Spotless Mind.
ReplyDeletetapi tetep jadi tontonan yang eyegasm dan eargasm sih. scorenya mirip sama Tron: Legacy, ya karena music directornya sama. dan digarap sama grup musik elektronik asal Perancis.
Lo gw belum ntn moon dan eternal sunshine lo :(
ReplyDeleteAnyway, seperti yg gw tulis td, menemukan film yg orisinil sudah susah. Tergantung pinter2an si penulis dan sutradaranya untuk memakai formula yg sudah ada :)
O ya? Ga gitu ngikutin musik. Hahahah
baca dr review di imdb katanya film ini akan lebih bagus dan wah kl disaksikan di BIG SCREEN...BIGGER MORE AWESOME...sayang di Medan blom ada IMAX...'sigh
ReplyDeletemas brow,,, tolong donk request, reviewnya film finding srimulat donk...
ReplyDelete@M1lk : Nggak ah. Biasa aja kok. Cuman beberapa scene memang dishot untuk memaksimalkan layar IMAX. Tapi gw ga tau yang versi IMAX aspect ratio-nya masih 2.39:1 atau nggak. Kalo pake 1.85:1 sih bakal keren abis.
ReplyDelete@Anonymous : siap gan!
ReplyDeleteI love this movie. Nggak peduli kata orang ini campur sari seluruh cerita sci fi yang udah ada, Oblivion sangat indah dan memuaskan ^^;;
ReplyDeleteGak terlalu spectakuler jg sebenarnya film ini, tapi di bandingkan tron legacy ya masih bagus, berbicara ttg penampilan actor and actress nya, amat disayangkan oscar winner spt morgan freeman dan melissa leo membuang bakatnya hanya berperan amat sangat sedikit, untuk andrea riseborough,ini merupakan peningkatan karier bagi actress inggris ini (thanks buat madonna yang telah mengorbitkannya dalam WE)
ReplyDeleteJust do it.