STAR TREK INTO DARKNESS : 3D REVIEW

5/12/2013 02:53:00 PM



Menentukan pilihan untuk menyaksikan versi 3D atau 2Dnya memang masih terasa sulit di tengah masyarakat meski pihak grup 21 sudah mempermudahnya dengan menyetarakan harga tiket masuk. Ya kalau dulu punya alibi tentang masalah perbedaan harga, sekarang adalah masalah kualitas : apakah efek 3Dnya sanggup memberikan movie experience yang luar biasa, yang tidak dapat kita peroleh dari versi regulernya (2D) sehingga kita diharuskan untuk menyaksikan film tersebut melalui kacamata hitam yang sangat annoying itu demi mendapatkan experience yang diharapkan sang sineas? Well, post ini saya harapkan dapat semakin mempermudah kalian untuk mengambil keputusan! 
Note : saya tidak membahas isi filmnya dalam post ini, hanya kualitas efek 3Dnya saja.


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cinema : Ciputra World XXI, Studio 3 (May 11, 2013)

Tiap bioskop memiliki teknisi dan kualitas studio yang berbeda-beda sehingga pengalaman menonton saya kemungkinan juga akan berbeda dengan anda apabila anda menyaksikannya di bioskop lain. Saya juga sengaja mencantumkan tanggal saya menyaksikan film tersebut karena terkadang beragam bentuk perbaikan (upgrade software, firmware, pengaturan ulang, kalibrasi, dsb) juga bisa terjadi 1-2 hari setelah film tersebut tayang perdana di bioskop.

3D Technology : Dolby Digital 3D

Dolby Digital 3D adalah teknologi 3D yang digunakan oleh Cinema 21. Sedangkan Blitzmegaplex menggunakan teknologi Real-D 3D di bioskop jaringannya. Keduanya adalah teknologi 3D yang berbeda sehingga otomatis pengalaman menonton kemungkinan besar juga berbeda.

Shot in 3D : NO

J.J Abrams sengaja tidak memfilmkan Star Trek dengan kamera 3D karena menurut beliau, teknologinya untuk saat ini masih sangat membatasi dirinya dan tim visual effects untuk berkreasi. Sebagai gantinya, beberapa scene dalam film ini dishot dengan kamera IMAX.

Brightness : 5/5
Menggunakan kacamata 3D itu ibaratnya memakai kacamata hitam ketika menonton film di bioskop, sehingga gambar di layar akan menjadi lebih gelap. 
Meski merupakan hasil konversi, level brightness dalam film Star Trek Into Darkness sama sekali tidak berupaya melambungkan sub-judulnya itu sendiri. Adegan-adegan pertarungan di luar angkasa yang notabene didominasi oleh warna hitam pun masih terlihat sangat jelas. Into Brightness!

Depth : 5/5
Depth adalah ilusi kedalaman gambar di layar yang membuat para penonton merasa tengah menyaksikan adegan - adegan film tersebut dari balik jendela raksasa atau bahkan merasa ikut terlibat dalam adegan tersebut.
Pertarungan di luar angkasa dan set-set tempat yang eksotis telah dimanfaatkan oleh J.J Abrams dan cinematographer-nya semaksimal mungkin untuk menampilkan kekuatan layer depth sepenuhnya dengan kualitas yang terus dipertahankan sampai film berakhir. Para penonton benar-benar telah dibuat terhisap masuk ke dalam aksi petualangan kru Enterprise sejak detik pertamanya dan saya cukup ragu kalau anda bisa merasakan pengalaman menonton yang sama apabila menyaksikan versi 2Dnya. Jadi bagi yang tinggal di Jakarta, menyaksikan Star Trek di layar IMAX sudah bukan sebuah pertanyaan lagi, tetapi sebuah keharusan. Semakin besar semakin baik!

Pop Out : 3/5
Pop Out adalah ilusi gambar yang keluar dari layar. Dan biasanya efek pop - out-lah yang dinanti - nantikan para penonton awam karena unsur hiburannya ataupun karena persepsi mereka terhadap efek 3D adalah gambar keluar layar. Namun, perlu dicatat bahwa pembuatan efek pop out dalam sebuah film bisa dibilang gampang - gampang susah. Dibuat berlebihan, akan menimbulkan gimmick dan membuat film tersebut tampak murahan. Oleh karena itu, dibutuhkan kreatifitas dan perencanaan yang matang agar efek pop out yang dihasilkan tidak terkesan dipaksakan.
It's quite a mixed bag. Jumlah adegan pop-outnya memang bisa dihitung jari, tetapi setiap kali mereka muncul, ntah dalam bentuk serpihan, senjata, percikan api, debu atau sekedar efek dari lingkungan set tempatnya, efek pop-outnya terasa benar-benar dibutuhkan dan tidak pernah sekalipun dipaksakan untuk muncul. Kualitasnya memang tidak sampai "senorak" film-film animasi DreamWorks ataupun Final Destination yang akan membuat anda terkejut, tetapi efek pop-out yang disuguhkan Star Trek Into Darkness tetap patut diperhitungkan karena ia tampil lebih elegan, dewasa dan soft. 

Health : 5/5
Tidak semua orang tahan ketika menyaksikan film 3D. Ada yang mengalami rasa pusing dan mual seusai menonton film 3D. Sebagai pecinta film dan 3D enthusiast, saya sangat bersyukur tidak dianugrahi "bakat" tersebut. 
I'm fine. Thanks for asking.

Worth It? YES

Di bawah pimpinan Capt. J.J Abrams, efek 3D Star Trek Into Darkness berhasil meng-enhance pengalaman menonton kita sejak awal film meski beliau tidak memfilmkannya dengan kamera 3D. Ini adalah sebuah film petualangan luar angkasa yang akan membawa anda ikut merasakan, well, petualangan di luar angkasa. Recommended!








You Might Also Like

3 comments

  1. jadi sedikit ragu mau nonton versi 3d atau 2d aja yaw...

    Saya nunggu review film epic 3d..
    hehehe

    ReplyDelete
  2. Belakangan baru nyadar...mungkin banyak yang nganggap kalau nonton film 3D tapi pas waktu nonton ternyata tidak ada pop out nya, kayanya menganggap 3D nya ga berasa, padahal kalau nonton film 3D unsur kedalaman gambar juga penting, karena unsur 'depth' ini yang justru membuat kita juga merasa ada di tengah-tengah adegan..apalagi kalau kita mengambil seat yang tepat dibioskop..
    Waktu nonton AVATAR ga ada banyak pop out tapi unsur kedalamannya itu lho...
    Terus pernah nonton film "the darkest hour" nah film ini entah kenapa unsur depth nya ga berasa.
    Nonton film OZ nah sensasi 3d itu berasa.
    Untuk film ini STID, melihat depth nya 5/5, pop out 3/5, gambar jernih, sudah cukup untuk menyaksikan di blitz, lagian di blitz yang regular sama 3D cuma selisih 5rb, kalau di Ciwalk malah sama saja harganya

    ReplyDelete
  3. Belakangan baru nyadar...mungkin banyak yang nganggap kalau nonton film 3D tapi pas waktu nonton ternyata tidak ada pop out nya, kayanya menganggap 3D nya ga berasa, padahal kalau nonton film 3D unsur kedalaman gambar juga penting, karena unsur 'depth' ini yang justru membuat kita juga merasa ada di tengah-tengah adegan..apalagi kalau kita mengambil seat yang tepat dibioskop..
    Waktu nonton AVATAR ga ada banyak pop out tapi unsur kedalamannya itu lho...
    Terus pernah nonton film "the darkest hour" nah film ini entah kenapa unsur depth nya ga berasa.
    Nonton film OZ nah sensasi 3d itu berasa.
    Untuk film ini STID, melihat depth nya 5/5, pop out 3/5, gambar jernih, sudah cukup untuk menyaksikan di blitz, lagian di blitz yang regular sama 3D cuma selisih 5rb, kalau di Ciwalk malah sama saja harganya

    ReplyDelete

Just do it.