THE COUNSELOR (2013) REVIEW : WASTED POTENTIALS

12/05/2013 03:57:00 PM



2013 / 20th Century Fox / US / Ridley Scott / 117 Minutes / 2.39:1 / R

Apa yang ada di benakmu ketika mendengar nama Ridley Scott dan penulis pemenang Pulitzer Prize, Cormac McCarthy? Dan keterlibatan aktor-aktris kondang seperti Michael Fassbender, Cameron Diaz, Penelope Cruz, Javier Bardem, dan Brad Pitt yang berkumpul menjadi satu dalam film besutannya? Ya, meski kalian bukan fans berat salah satu, atau semua dari orang-orang yang terlibat, film yang didirikan oleh tim maut seperti ini jelas sanggup menaikkan ekspetasi para pecinta film dan bahkan masyarakat awam sekalipun, bahwa The Counselor bukanlah sesuatu yang dapat dipandang sebelah mata.


The Counselor berkisah tentang pengacara sukses bernama “Counselor” (Michael Fassbender) yang ingin menggemukkan pundi-pundi uangnya lewat hubungan kerja sama dengan seorang bandar narkoba kelas kakap, Reiner (Javier Bardem). Sayangnya, akibat kesalahan teknis yang membuat pengiriman narkoba bernilai $20 juta gagal total, Counselor kini harus berhadapan dengan orang-orang berbahaya dari dunia hitam yang tidak segan untuk membunuh semua orang yang memiliki hubungan dengan proses jual-beli narkoba tersebut. 

The Counselor adalah contoh film yang paling baik untuk menggambarkan kalau keterlibatan nama-nama besar bukanlah jaminan bahwa film tersebut akan menjadi bagus dan berjaya di box office (atau bahkan di ajang Oscar). Di luar banyak permasalahan yang memberi sumbangsih cukup besar terhadap kegagalan The Counselor, naskah goresan Cormac McCarthy dapat dikatakan sebagai penyebab utama yang membuat film ini menjadi sulit untuk berjaya seperti yang telah kita ekspetasikan. Untuk sebuah thriller yang lebih banyak mengandalkan dialog untuk membangun tensi seperti The Counselor ini, Cormac McCarthy justru lebih banyak bermain dengan dialog-dialog dan scene ngalur-ngidul yang cenderung tidak mempunyai kolerasi yang meyakinkan terhadap alur cerita dan permasalahan yang tengah dihadapi karakter-karakternya. Penonton pun mulai kelimpungan mencerna apa yang tengah mereka saksikan di layar sejak 30 menit pertamanya dengan beragam pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah dijawab dengan baik oleh naskah Cormac McCarthy, seperti; kenapa karakter A melakukan itu, siapa mengkhianati siapa, siapa bekerja untuk siapa, siapa orang itu, dan lain sebagainya. Bahkan kesimpulan pada akhir filmnya pun cenderung menggantung dan lebih membuat penontonnya bertanya-tanya daripada memberi penjelasan yang baik. Jadi, apa yang sebenarnya ingin diceritakan oleh film ini?

Untung saja, naskah Cormac McCarthy mempunyai sutradara Ridley Scott yang cukup baik dalam memvisualiasikan tulisannya ke layar lebar. Setiap scene demi scene yang diarahkannya, baik yang penuh dialog atau adegan tembak-menembak yang singkat, masih sanggup memberi keasyikan dan tensi tersendiri, bahkan pada adegan yang tidak berbobot sekalipun. Aktor-aktris kondang yang terlibat juga mampu melakoni karakter rekaan Cormac McCarthy tersebut dengan segala performa akting dan kharisma yang mereka punya, terutama Brad Pitt dan Cameron Diaz yang sepertinya tidak pernah memberi aktor lain kesempatan untuk menarik perhatian penonton pada screen time mereka yang tidak begitu banyak itu.


Overall, tanpa bantuan dari directing Ridley Scott yang solid (seperti biasanya) dan pesona aktor-aktris papan atas yang membuat penontonnya masih betah duduk selama 2 jam, saya yakin The Counselor tidak akan memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan dan akan berdebu terlebih dahulu di rak-rak film mengecewakan sebelum ia sempat beredar di pasar bioskop internasional. A totally wasted potentials.


Rating : 
Follow my twitter for more movie reviews : @Elbert_Reyner


You Might Also Like

1 comments

  1. Setuju banget. Film ini "memaksa" penonton buat mengembangkan cerita sendiri di dalam pikirannya. Dengan Fassbender, Pitt, Cruz, Diaz, harusnya bisa jadi lebih dari "begitu".

    ReplyDelete

Just do it.