LAST VEGAS (2013) REVIEW : SEX AND THE CITY FOR MEN

11/14/2013 09:18:00 PM



2013 / US / Jon Turteltaub / 105 Minutes / 2.39:1 Aspect Ratio / PG-13


Sekelompok sahabat karib yang terdiri dari Paddy (Robert DeNiro), Billy (Michael Douglas), Archie (Morgan Freeman) dan Sam (Kevin Kline) sepakat untuk menyelenggarakan bachelor party di Las Vegas untuk Billy, teman se-geng mereka yang akan menikahi seorang perempuan muda berusia 32 tahun. Sayangnya, mereka kesulitan menghadapi zaman yang sudah sangat berubah dan juga adanya rahasia besar antara Paddy dan Billy yang mengancam persahabatan mereka semua yang sudah terjalin selama lebih dari 58 tahun.
Setelah The Expendables dan RED yang telah sukses mengubah pandangan masyarakat mengenai orang-orang lanjut usia dalam format film action, sebenarnya hanya tinggal menunggu waktu saja bagi Hollywood untuk mulai merambah aktifitas-aktifitas yang tidak lazim dilakukan oleh kaum lansia dan mengangkatnya ke medium film. Pilihannya kali ini jatuh pada barchelor party

Sama seperti The Expendables dan Red, premise barchelor party gone wrong ini sendiri sebenarnya sudah pernah dipakai berkali-kali dan bukan hal yang baru di genre komedi, seperti pada trilogi fenomal The Hangover yang installment ke 3nya baru dirilis bulan Mei kemarin, ataupun di film The Bridesmaids untuk versi perempuannya yang juga sukses besar. Hanya saja, kali ini kawanan wolfpack-nya diperankan oleh aktor-aktor senior pemenang Oscar dengan kadar humor yang dosisnya diturunkan ke level PG-13 demi membuat Last Vegas terlihat lebih “fresh”, twisted, dan jauh dari image The Hangover


Surprisingly, meski terlihat kurang menjanjikan dan sedikit banyak terbayang-bayang oleh kesuksesan The Hangover, Last Vegas ternyata melakukan pendekatan yang berbeda. Bahasan film ini lebih condong pada konflik yang sering dialami oleh para orang-orang lansia--seperti kehilangan pasangan hidup, kehilangan hasrat seks dengan pasangan hidupnya, terlalu dilindungi oleh anak-anaknya yang menganggap mereka sudah tidak mampu melakukan apa-apa, atau orang lansia yang merasa dirinya masih ABG dan berjiwa muda--daripada film tentang kakek-kakek yang berpesta liar di surga dunia. Jadi ya, penggambaran kalau Last Vegas adalah film “The Hangover versi lansia” yang sering kita dengar di media-media, saya rasa kurang tepat karena pada kenyataannya, film ini lebih fokus pada orang-orang lansia yang sedang mencari jati diri dan berusaha untuk menikmati sisa hidupnya yang sudah tidak panjang lagi. 

Dan menurut saya pribadi, eksekusi premise film ini lebih condong ke “Sex and the City versi cowok” daripada film barchelor party urakan biasanya. Sehingga jangan terkejut apabila penonton sering menemui momen-momen melodramatis di sana-sini, perpecahan antar sahabat, seks, definisi cinta yang sebenarnya, ataupun elemen-elemen feel-good di penghujung film. Tetapi sayangnya, sutradara Jon Turteltaub dan penulis naskah terlihat kewalahan dalam menyajikan aspek-aspek tersebut secara sistematis dalam durasi 105 menitnya itu. Mereka cenderung bermain aman dengan menggunakan rumus-rumus familiar yang membuat aliran film ini begitu predictable dan juga presentasi yang terlalu ringan untuk dapat membekas di benak penontonnya. Sehingga, tanpa kehadiran Robert DeNiro, Michael Douglas, Morgan Freeman, Kelvin Kline, plus pemanis kelas Oscar Mary Steenburgen yang sukses memberi penampilan sangat gemilang dan chemistry yang luar biasa satu sama lain, saya tidak yakin Last Vegas dapat menghibur penontonnya ataupun menutupi kekurangannya bahwa film ini sama sekali tidak memiliki pressure point yang berarti dalam plotnya.


Overall, Last Vegas adalah film komedi ringan yang lebih banyak menaruh bebannya di pundak para aktor-aktor seniornya (lihat saja karakter yang mereka perankan yang sangat mencerminkan kehidupan asli mereka) daripada menyuguhkan sebuah sajian komedi yang bisa sampai segila premise-nya itu. Tidak bagus, tetapi juga tidak buruk. Lucu, tetapi tidak sampai mengocok perut. 


Rating :
Follow me : @Elbert_Reyner


You Might Also Like

0 comments

Just do it.