BEAUTIFUL--PATHETIC, ANNOYING--CREATURES (2013) REVIEW

4/19/2013 08:08:00 PM



BEAUTIFUL CREATURES
2013 / 124 Minutes / Richard LaGravenese / US / 2.39:1 / PG-13


Demam Harry Potter-Twilight yang melanda kaum eksekutif Hollywood ternyata masih belum menunjukkan tanda-tanda penyurutan meski kedua franchise tersebut sudah menuturkan ceritanya sampai tuntas. Untuk tahun ini saja, di luar film-film adaptasi dongeng klasik yang juga lagi ngetren, cukup banyak film-film-fantasi-yang-berharap-menjadi-franchise akan dirilis di bioskop; termasuk Beautiful Creatures--yang akan kita bahas kali ini, sampai sequel Percy Jackson dan The Hunger Games yang sudah angkat nama terlebih dahulu. Apakah Beautiful Creatures berhasil meluncurkan franchise baru seperti harapan para petinggi Warner Bros.?


Sayangnya, tidak. Beautiful Creatures termasuk salah satu usaha Hollywood yang terbilang gagal untuk meluncurkan franchise baru. Alasannya pun masih sama seperti puluhan judul film lain yang sudah memulainya terlebih dahulu : ia terlalu berupaya untuk menjiplak formula Harry Potter dan Twilight dengan harapan penonton akan menyukainya dan berbondong-bondong ke bioskop. Para petinggi Hollywood sepertinya tidak pernah belajar bahwa treatment seperti ini tidak akan pernah berhasil. Kalaupun berhasil mencetak dollar atau balik modal pun, para penonton yang selektif juga tidak berniat untuk kembali lagi ke bioskop menyaksikan kisah kelanjutannya (dan kita lihat saja nanti lewat pendapatan sekuel Percy Jackson nanti). 



When Twilight meets Harry Potter meets Romeo & Juliet

Kisah yang dituturkan Beautiful Creatures termasuk familiar. Ethan Wate (Alden Ehrenreich) adalah seorang pemuda yang hidup di kota kecil bernama Gatlin [Twilight’s Forks Town, anybody?]. Baginya, Gatlin adalah kota yang sangat membosankan sampai seorang cewek misterius bernama Lena (Alice Englert) datang sebagai murid baru di sekolahnya. Ethan langsung jatuh hati padanya karena Lena ternyata merupakan wanita yang selalu muncul di dalam mimpinya. 

Bisa ditebak, Lena menyimpan banyak rahasia besar yang mengerikan hingga lambat laun membuat Ethan menyadari bahwa rasa ketertarikannya kepada Lena ternyata lebih dari sekedar rasa cinta antar dua remaja, tetapi juga membuatnya harus bertanggung jawab atas keselamatan dunia. 

Kalau dilihat lewat kacamata objektif, Beautiful Creatures memang menyajikan aliran cerita yang sangat intriguing dan memiliki potensi besar untuk menjadi franchise baru berkat bibit-bibit plot yang telah ditanamkan dalam seri pertamanya ini dengan beragam possibilites yang sangat luas.  Film ini berhasil menyuguhkan beragam konflik, twist, dan konsep mitologi yang rich di sepanjang durasi dua jamnya; dan itu semua sudah dapat dikatakan lebih dari cukup untuk mengumandangkan misteri-misteri yang akan membuat para penonton terus penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya.


Kecantikkan yang diperburuk secara paksa

Sayangnya, ekseskusi di layar dapat dikatakan sangat buruk dan sama sekali tidak berhasil memanfaatkan premise ceritanya yang baik itu. Richard LaGravenese, selaku sutradara dan penulis naskah, terlalu berupaya untuk mengarahkan film ini ke arah Twilight--ntah karena kemauannya sendiri atau paksaan dari atasan. Dan kita semua tentu tahu bahwa treatment seperti ini akan sangat menjatuhkan, apalagi kalau source materialnya, yang tidak lain adalah installment pertama dari quadrilogy tulisan Kami Garcia dan Margaret Stohl, memiliki cara tersendiri untuk menyampaikan kisah cinta terlarang tersebut. 

Masalah utama Beautiful Creatures terletak pada sosok Ethan Wate karena by far, dia adalah karakter utama paling payah dan annoying yang pernah saya saksikan di bioskop tahun ini. Di sepanjang film, ia sama sekali tidak dapat menunjukkan emosi apapun meski dalam naskah dan kondisi cerita waktu itu menuntutnya untuk berekspresi. Belum lagi logatnya yang dibuat-buat membuat karakter Ethan ini begitu lengkap untuk terlihat seperti cowok sangat menjengkelkan yang telah diprogram untuk selalu senyum, tampak bodoh tanpa ekspresi dan ceria setiap saat. Dia hanya terlihat hebat ketika dia diam saja dan menutup mulutnya (yang sayangnya tidak pernah dia lakukan di sepanjang film).


Parahnya, fokus Beautiful Creatures lebih berat pada kisah cinta terlarang super-cheesy antara Ethan dan Lena yang tentu tidak jauh-jauh dari usahanya untuk menjiplak pasangan Edward-Bella. And speaking of Twilight, film ini juga mengambil sudut pandang orang pertama, jadi para penonton akan selalu bersama dengan The Annoying Ethan, di scene manapun itu. 

Dan tentu tidaklah lengkap apabila sisi-sisi “ikonik” Twilight tidak ikut untuk ambil bagian dalam film ini. Hal ini jelas terlihat pada pembangunan chemistry antara Ethan dan Lena yang sangat sangat sangat sangat luar biasa buruk dengan akting yang juga luar biasa annoying. Saking buruknya, para penonton akan merasa bahwa mereka sedang menyaksikan take-take gagal yang tanpa sengaja terselip waktu editing. Bahkan kedua orang ini telah membuat pasangan Edward-Bella terlihat seperti Jesse dan Celine di Before Sunrise. 


Ritme Narasi yang Kacau Balau

Tidak hanya karakter utamanya saja, jajaran karakter pendukung juga dibuat sangat dangkal tanpa ada perkembangan yang berkesan. Cukup disayangkan sebenarnya karena aktor-aktris yang terlibat kebanyakan adalah pemain kaliber Oscar, sebut saja Emma Thompson, Viola Davis, Jeremy Irons, sampai Emmy Rossum yang tidak pernah berhenti menjatuhkan karirnya. Di film ini mereka terlihat seperti sedang berakting asal-asalan, norak, komikal dan berperilaku seperti karakter-karakter yang sering kita temui dalam film-film animasi. Nah lucunya, Beautiful Creatures adalah film yang ditujukkan untuk para young adult dengan konteks cerita yang cukup dark. Jadi akting mereka semua dapat dikatakan tidak pada tempatnya. Melenceng. Jauh.

Kemunculan karakter dangkal dan keputusan fokus cerita yang jelas-jelas sangat salah arah itu secara langsung telah membuat rangkaian plotnya harus mengalah banyak. Alhasil, Richard LaGravenese terpaksa untuk mendesak-desakkan segala plot penting yang harus diceritakan dalam film ini dengan screen time yang relatif singkat. Film ini terus menerus bergerak dari satu titik ke titik plot yang lain melalui adegan penting yang selalu muncul secara tiba-tiba dan kemudian langsung dilanjutkan dengan kisah drama romansa monoton yang sama sekali tidak memiliki korelasi penting dengan plotnya. Dan ritme narasi yang kacau balau itu amat sangat disayangkan karena Beautiful Creatures sebenarnya mempunyai potensi untuk menjadi sebuah film misterius yang dark dan mengerikan ala drama fantasy-gothic garapan Guillermo Del Toro. 


Overall, Beautiful Creatures adalah sebuah film fantasi yang terpaksa untuk tampil murahan dan menjadi korban dari ambisi para petinggi studio untuk membuatnya sebagai The Next Twilight. Budgetnya yang cukup besar sendiri ($60 juta) juga gagal untuk menyulap film ini menjadi sebuah suguhan blockbuster high profile, sebab pada kenyataannya, Beautiful Creatures cenderung terasa seperti sebuah film fantasy direct-to-video yang nyasar di bioskop; thanks to pengalaman Richard LaGravenese yang nyaris nol untuk urusan film fantasi. Dan oh, apakah saya sudah menyebutkan kalau beliau adalah seorang sineas yang pernah mengantongi nominasi Oscar?

Follow my twitter : @Elbert_Reyner



You Might Also Like

8 comments

  1. keren bro reviewnya.
    ni blog jadi panduan saya ntn bioskop bro.
    ditunggu iron man ya bro..yg 3D juga.
    kl bisa agak cepet :p
    thanks

    ReplyDelete
  2. gw berniat nonton film ini cuma gara2x 1 faktor aja....Emmy Rossum...ngefans bgt ama ni ce...kesengsem liat doi di Days After Tommorow ama Poseidon, puncaknya ada di Shameless( u know what I mean ;p

    ReplyDelete
  3. yes ditunggu secepatnya review ironman 3 nya, baik review filmnya maupun review 3D nya. Kalau bisa perbandingannya dengan ironman2. Soalnya kalau nonton bareng anak-anak kalau ternyata filmnya seperti ironman2 kan bikin bete kebanyakan ngobrolnya action kurang. Kalau seperti thor, captain america, avenger asyiklah banyak actionnya

    ReplyDelete
  4. @anonymous : makasih banget gan. Siap. Review Iron Man 3 pasti gw prioritaskan :)

    ReplyDelete
  5. @m1lk : sayangnya, si emmy rossum ga banyak muncul di film ini. Dan benar kata agan, dia satu-satunya bagian terbaik dari beautiful creatures. hahaha. Semacam Dakota Fanning di New Moon. Scene stealer abis

    ReplyDelete
  6. @bisnispotensial : Siap gan. Ditunggu yah ;)

    ReplyDelete
  7. Judulnya sadis bro, tapi setuju sih :))

    ReplyDelete
  8. Nonton onlinenya disini kk
    http://cinema69indo.blogspot.com/2014/06/beautiful-creatures-2013.html

    ReplyDelete

Just do it.