MONSTERS UNIVERSITY (2013) : MORE DISNEY, LESS PIXAR

6/28/2013 02:10:00 PM



2013 / 110 Minutes (with “The Blue Umbrella” short) / Dan Scanlon / US / 1.85:1 / G


Dari kalangan usia berapapun, lelaki atau perempuan atau bencong, pecinta film atau bukan, sekeras apapun hati anda, sungguh sebuah hal yang mustahil kalau anda tidak pernah jatuh hati pada, at least, satu film animasi yang diproduksi oleh Pixar. Mereka, sudah tidak perlu diragukan lagi, adalah rumah produksi film animasi terbaik di dunia. Disney pun mengakui hal itu. Setiap film yang mereka produksi hampir selalu berhasil mencapai titik prestasi tertinggi yang diidam-idamkan oleh seluruh insan perfilman di dunia : rekor pendapatan box office Amerika yang selalu di atas $200 juta, sorak-sorai pujian dari kritikus profesional, sampai kemenangan di ajang penghargaan tertinggi dunia perfilman, Oscar.




Rahasia kesuksesan mereka tidak terlalu berbelit-belit sebenarnya. Cukup mengesampingkan nilai komersil, mencampurkan ide-ide orisinil ke dalam naskah yang ditulis rapi, bumbu-bumbu kreatifitas yang efektif, kualitas animasi yang gemilang, dan tentunya, hati; anda sebenarnya sudah sanggup membuat film sehebat Pixar. 

Akan tetapi, seperti kata pepatah ‘hidup seperti roda berputar’,  Pixar sempat mengalami keterpurukan pada saat mereka mulai memfokuskan diri di sisi komersil. Cars 2 adalah contoh mutlak. By any means, Cars 2 memang bukan sebuah film animasi yang buruk. Tetapi karena ia diproduksi di bawah bayang-bayang standard yang sedemikian tinggi, Cars 2 dapat dikatakan sebagai yang terburuk dalam siklus kehidupan karir Pixar. Bahkan Cars 2 juga harus bertanggung jawab atas keruntuhan rekor yang sudah didirikan oleh Pixar selama hampir satu dekade itu : rating fresh dari Rottentomatoes, menembus angka $200 juta di penghasilan Box Office Amerika, sampai kemenangan di ajang Oscar. Cars 2 tidak mempunyai itu semua.

Kemudian pada tahun 2012, Pixar mencoba untuk bangkit kembali dengan merilis Brave yang konon merupakan film princess pertama yang mereka buat. Sayangnya, film ini kembali gagal untuk mendapatkan respon menggembirakan dari kritikus karena kegagalannya untuk memberi suguhan premise yang menarik dan fresh. Tapi toh, juri Oscar masih sangat mencintai Pixar dan mengeluarkan Brave sebagai pemenang ‘Best Animated Feature’ pada ajang Academy Awards tahun ini.  

Setahun berlalu dan cetak biru sistem produksi Pixar yang baru mulai terlihat, di mana mereka sepertinya akan merilis film dari ide orisinil mereka setiap dua tahun sekali. Sehingga dengan kata lain, pada tahun 2013 ini mereka kembali mengunjungi universe salah satu film populer mereka sebelumnya, dan pilihannya jatuh pada Monsters Inc. 



Dongeng Disney yang Diceritakan Ulang oleh Pixar.

Berbeda dengan revisit yang sudah-sudah, Monsters University adalah sebuah prequel (pertama yang dibuat oleh Pixar) yang berkisah mengenai awal mula persahabatan antara Mike Wazowksi (Billy Crystal) dan James P. Sullivan a.k.a Sulley (John Goodman). Mike adalah sesosok monster yang memiliki passion yang kuat untuk menjadi Scarer, monster yang menakut-nakuti anak-anak, tetapi tidak memiliki bakat yang harus dimiliki Scarer : wajah menakutkan. Sedangkan Sulley adalah seekor monster yang hanya mengandalkan bakat dan nama besar ayahnya untuk menjadi seekor Scarer dan meremehkan semua pelajaran yang diterimanya di Monsters University.

Namun kedua monster yang sangat tidak cocok satu sama lain dan selalu bertengkar ini justru terpaksa untuk saling bekerja sama di Scare Games, ajang kompetisi antar monster, ketika Mike dan Sulley secara tidak sengaja mengalami kecelakaan pada saat ujian akhir semester yang mengancam status mereka sebagai mahasiswa MU.

Berbicara prekuel, tentu segala hal yang kita ekspetasikan dari MU adalah segala hal yang masih belum dijelaskan di Monsters Inc., atau at least, segala bentuk myth yang sangat berpotensi untuk digali lebih dalam. Tetapi sayangnya, Pixar cenderung bermain aman dan hanya memilih satu dari sekian banyak daftar poin cerita yang memiliki potensi, yakni awal mula persahabatan dan kepopuleran duo Mike-Sulley untuk dijadikan sebagai fokus utama dalam penceritaan MU ini. 



Di film ini, anda tidak akan menemukan pembahasan yang memuaskan mengenai hal-hal seperti awal mula pintu ajaib, awal mula penemuan industri Monsters inc, sejarah para monster, lokasi dunia para monster, dsb. Dan untuk standard film sekelas Pixar yang serba detail dan kreatif, kenyataan ini cukup pahit bagi para fans, terlebih MU memiliki potensi yang sangat besar untuk menggali hal-hal yang dapat memperluas universe dunia para monster ini karena filmnya sendiri yang bersifat prekuel dan menelusuri kehidupan universitas (history lesson, anybody?). Bahkan Pixar sendiri sempat sedikit menyinggung hal-hal yang sudah saya tuliskan di atas, tetapi justru memilih untuk membiarkan bibit cerita itu tidak bertumbuh sampai film berakhir dan lebih memfokuskan film ini di petualangan Mike-Sulley mencari pengakuan dan jati diri.

Alhasil, MU lagi-lagi menambah daftar panjang film-film college life yang premise-nya hanya seputar from zero to hero, dari sosok karakter yang sering dibully dan diremehkan menjadi karakter yang sangat populer di kalangan teman-temannya. Jadi apakah film ini berakhir buruk dan membosankan? Ah, tidak juga.



Pixar "Meniru" Formula Harry Potter and the Goblet of Fire?

Formula yang diusung memang cliche dan usang; tetapi untungnya, Pixar masih berhasil mengembangkan premise tersebut menjadi sebuah feature film dengan energi kreatifitas yang maksimal, kualitas naskah yang mengalir dengan rapi dan enak sampai perkembangan karakter yang dibuat dengan begitu efektif. Jadi, di luar segala rasa familiar kita dengan film-film kehidupan sekolah kebanyakan, para penonton masih tertarik dan tidak merasa bosan untuk melahap setiap menit durasinya. 

Anyway, jika anda pernah menonton Harry Potter and the Goblet of Fire, maka kurang lebih anda mempunyai sketsa dan kerangka dasar mengenai rasa excitement yang akan anda rasakan pada saat menyaksikan MU. Ya, Pixar berhasil menyulap Scare Games, yang menjadi nyawa dari alur cerita MU, dengan mengambil elemen dan karakter populer dari film pertamanya dan kemudian mereka jadikan sebagai kamuflase efektif untuk menyamarkan premise yang sederhana tadi menjadi sesuatu yang segar dan menarik untuk disimak. 

Kualitas humornya sendiri pun tampaknya digenjot sampai menyentuh titik yang lebih tinggi apabila kita bandingkan dengan film-film Pixar terdahulu yang suasana bioskopnya dapat dikatakan lebih tenang dari energi tawa anak-anak, remaja sampai orang tua. Trademark Pixar lainnya, seperti desain karakter yang lucu dan memorable, nilai persahabatan serta aspek cerita yang menyentuh dan membuat kita berpikir sejenak, pesan moral yang indah--bahkan bagi seorang mahasiswa sekalipun, kualitas animasi yang gemilang, sampai beraneka ragam twist cerdas di akhir film yang menghubungkan cerita film ini dengan Monsters Inc. secara sempurna juga turut mempixarkan Monsters University sebagai a worthy addition to the already amazing Pixar family


Overall, MU memang gagal untuk memenuhi ekspetasi para penonton yang mengharapkan sesuatu yang orisinil dan fresh dari Pixar akibat keputusan mereka untuk lebih banyak bermain aman di premise film kisah sekolah pada umumnya. Tetapi apabila anda berkenan untuk mengesampingkan kelemahan itu dan sanggup menikmati aliran narasinya yang cantik, humor yang tulus dan nilai persahabatan yang menghangatkan hati itu, anda akan menyadari bahwa Monsters University adalah sebuah tanda bahwa Pixar masih belum kehilangan sihirnya untuk memproduksi sebuah tontonan film animasi berkualitas. Jangan terkejut kalau mereka kembali membawa pulang piala Oscar lagi tahun depan. 


Rating : ★ ★ ★ ★
Written by : @Elbert_Reyner (Twitter)
After Credit Scene : Yes
Length : 1138 words




You Might Also Like

3 comments

  1. Penuh warna, humor bahagia, character yang cantik, dunia kampus yang luar biasa, dan, as personally, menghilangkan rasa kerinduan..

    Walaupun ga 'sepenuhnya' Pixar, endingnya tetap Pixar, just watch it, and feel it, it's time to have fun in Summer with Mike and Sulley. 4 stars, I'm agreed.

    Kalau masuk Oscar lagi, sungguh kebanggaan yang luar biasa dong, soalnya, Despicable Me 2.. :|

    ReplyDelete
  2. reviewnya bagus min :) aku punya review serupa di http://gostrim.com/ selamat membaca :)

    ReplyDelete

Just do it.