INSIDIOUS CHAPTER 2 (2013) REVIEW

9/28/2013 08:57:00 PM



2013 / Sony Pictures / US / James Wan / 106 minutes / 2.39:1 / PG-13 



Tahun 2013 adalah tahun keemasan bagi seorang James Wan. Pertama, ia ditunjuk menggantikan Justin Lin untuk mengomandani proyek raksasa Universal, Fast and Furious 7, yang akan dirilis tahun depan. Kedua, film-film horror terbarunya untuk tahun ini, The Conjuring dan Insidious Chapter 2, berhasil meraup keuntungan gila-gilaan di tangga box office dunia dan membuatnya menjadi sutradara kedua (yang pertama adalah Wachowski Brothers dengan Matrix Reloaded dan Matrix Revolutions-nya) dalam sejarah perfilman yang merilis dua film dengan raupan opening weekend di atas $40 juta di tangga box office Amerika dalam tahun yang sama. Dan terakhir, nama beliau kini resmi dikenal sebagai salah satu sineas horror terbaik dalam milenium ini.



Langsung melanjutkan ending bab pertamanya, Insidious Chapter 2 kembali mengisahkan tentang kehidupan keluarga Lambert yang kali ini diteror oleh hantu black bride dari masa kecil Josh Lambert (Patrick Wilson). Parahnya, satu-satunya orang yang tahu cara mengalahkan black bride, Elise Rainier (Lin Shaye), sudah tewas dibunuh oleh Josh. Maka, mau tidak mau, Renai (Rose Bryne) dan Dalton (Ty Simpkins) bersama dengan asisten kocak Elise, harus kembali ke masa lalu Josh dan sang hantu sendiri untuk menghentikan semua ini, once and for all, sebelum semuanya terlambat.

Insidious Chapter 2 segera memulai segala aksi terror-nya semenjak menit pertama tanpa harus berbasa-basi terlebih dahulu karena semua elemen seperti perkenalan karakter, basis cerita, dan lain sebagainya sudah terbangun rapi di film sebelumnya. Lagipula, sebagian besar karakter dalam film ini adalah returning cast dari Insidious 1 dengan satu-dua karakter baru yang perannya cukup minor. So, it’s not a big deal.

Alur ceritanya pun digarap lebih menarik dari film pertamanya dengan lebih banyak twist dan pengembangan universe yang tidak disangka dapat membuat Insidious menjadi lebih besar dari apa yang sudah kita ketahui sebelumnya. Hanya saja, Leigh Whannell, selaku penulis naskah, agaknya terlalu berlebihan dalam melakukan ekspansi terhadap universe-nya, sehingga hal ini secara tidak langsung juga jauh lebih banyak memunculkan ketidaklogisan dan pertanyaan yang membingungkan daripada jawaban yang memuaskan. Tapi marilah berharap segala pertanyaan tersebut memang sengaja disimpan untuk dibahas di Chapter 3-nya yang memang sudah direncanakan untuk dibuat.


Di samping pro-kontra pada plotnya, Insidious chapter 2 juga mengalami (sedikit) penurunan dan permasalahan yang sering menjangkiti film-film sekuel, terlebih lagi pada film-film yang awalnya hanya direncanakan sebagai standalone. Misinya untuk menggedor jantung dan menghibur penonton memang masih berhasil dicapai berkat berbagai jump scares-nya yang efektif, penampakan hantu-hantu yang mengerikan, dan musik gubahan Joseph Bishara yang luar biasa mencekam itu. Belum lagi kekuatan akting dari para aktor-aktrisnya--mulai dari langganan James Wan, Patrick Wilson, Barbara Hershey, Danielle Bisutti, sampai Rose Bryne yang begitu berhasil membuat Insidious Chapter 2 ini menjadi sebuah film horror papan atas yang elegan dan classy, di samping budgetnya yang hanya $5 juta itu.

Tetapi akar permasalahannya di sini adalah, ambisi James Wan untuk menampilkan segala sesuatu yang lebih besar dan lebih menakutkan dari sebelumnya di sekuel ini justru membuat seluruh acara takut-menakuti yang telah dirancangnya terkesan terlalu berlebihan dan repetitif. Penonton menjadi merasa bosan--jenuh, untuk lebih tepatnya--karena trik yang dipakai cenderung itu-itu saja dari awal film sampai akhir. Dan bahkan sebagiannya lagi, hanyalah pengulangan atau pengembangan dari film Insidious sebelumnya (dan juga sedikit banyak mirip dengan The Conjuring, yang mau tidak mau, tidak mudah dilupakan begitu saja mengingat jadwal rilisnya yang sangat berdekatan). Bahkan di beberapa adegan pun, cara menakut-nakuti James Wan sudah terasa kurang efektif dan bahkan mungkin bisa jadi tidak akan seseram itu tanpa bantuan iringan musik eerie dari Joseph Bishara yang sangat brengsek dan khas itu.


Overall, Insidious Chapter 2 masih tampil mencekam, menghibur, dan menakutkan seperti predesesornya. Tetapi di sisi lain, ia juga mulai terlihat kendor dengan teknik menakut-nakutinya yang agak repetitif dan core cerita yang terpaksa dipanjang-lebarkan melebihi batas demi mempersiapkan kenaikan jabatannya sebagai sebuah franchise. Tapi toh, semua ini jelas tidak akan berpengaruh terlalu besar terhadap kepuasan penonton, asal satu-satunya hal yang jelas mereka harapkan dari film ini, adegan mencekam dan horror berkualitas, masih bisa sesuai dengan ekspetasi, ya kan? Jadi, selama James Wan dan tim produksinya bisa mempertahankan esensi horror-nya, segala kelemahan Insidious 2 sebenarnya sudah bukan menjadi permasalahan yang harus dibahas.


Rating : 
Follow my voice : @Elbert_Reyner




You Might Also Like

0 comments

Just do it.