SPHERE X CGV BLITZ MARVELL CITY SURABAYA: FIRST IMPRESSION

2/05/2016 03:19:00 PM


Format 'Sphere X' mungkin masih terdengar sangat asing di telinga kalian. Bahkan waktu kita cari di google pun, tidak banyak informasi tentang format Sphere X yang benar-benar detail dan ditulis dalam bahasa selain Korea. Jadi apa itu Sphere X dan kenapa masih jarang ada yang tahu?



Sphere X adalah teknologi premium large format yang dikembangkan oleh CGV dan baru saja diimplementasikan di beberapa bioskop di Korea. Dan kebetulan, Indonesia mendapat kehormatan untuk menjadi negara pertama di dunia yang mempunyai studio Sphere X di luar Korea. Thank you, CGVBlitz! Konsep dasar Sphere X sebenarnya sama saja dengan teknologi premium large format lainnya seperti IMAX dan Ultra XD: Sphere X juga mempunyai layar yang sangat, sangat besar. Like basketball field big. Bedanya, studio Sphere X mengusung konsep arsitektur yang merupakan gabungan antara stadium dan bentuk cangkang telur yang, secara teori, dapat memberikan jarak pandang dan resonansi suara yang lebih bagus. Tapi apakah konsep unik ini benar-benar dapat memberikan pengalaman bersinema yang baru dan lebih immersive? Let's find out!

WHAT I REALLY, REALLY LOVE ABOUT SPHERE X

Berbeda dengan IMAX yang sangat berhati-hati dalam menyeleksi filmnya, Sphere X dapat memutar film APAPUN tanpa harus melalui proses seleksi, kontrak, dan mastering yang berbelit-belit. Sphere X bekerja seperti studio bioskop pada umumnya: bioskop / exhibitor yang memilih film apa yang diputar, bukan produsennya (baik distributor film maupun pabriknya). Jadi, kalau ada film blockbuster yang sangat kalian tunggu-tunggu tapi tidak kebagian slot tayang di IMAX, Sphere X pasti akan memutarnya. Beberapa film besar yang tidak tayang dalam format IMAX: The Revenant (Indonesia tidak kebagian format IMAX), Kung Fu Panda 3, The Huntsman: Winter's War, X-Men Apocalypse, dan masih banyak lagi. 


THE SCREEN

Impresi pertama gw waktu mengintip ujung layar Sphere X dari pintu masuk: curvy dan besar banget! Dengan luas layar 19x10 meter, it's officially one of the biggest cinema screen in Surabaya. Sebagai perbandingan, ukuran IMAX Tunjungan Plaza 5 adalah sekitar 22x11 meter (pihak 21 tidak pernah merilis ukuran resminya, jadi saya samakan saja dengan ukuran IMAX Gandaria City). Meski secara teori ukuran layar Sphere X di Surabaya ini lebih kecil, tapi kenyataan di lapangan, layar Sphere X terasa lebih besar dari IMAX TP5.

Impresi kedua setelah mengamati layar Sphere X bener-bener dari tempat duduk, kok curvy banget ya, seperti keempat ujung layar ditarik ke atas. Saking curvy-nya, garis yang seharusnya keliatan lurus jadi ikut melengkung dan terlihat tidak proposional. But we shouldn't judge a movie experience before the lights off, right? 

Tapi setelah lampu digelapin dan film The 5th Wave dimulai (ya, gw re-watch film jelek ini lagi demi mengobati rasa penasaran dan juga demi kalian! Untungnya gratis gak usah bayar), gw cukup takjub. Proyektor Christie 4K ini benar-benar telah melakukan pekerjaannya dengan baik. Brightness, sense of depth (meski film yang diputar dalam format 2D), dan detil gambar, semua terlihat begitu menakjubkan di layar. Bahkan tanpa proses DMR seperti IMAX pun, Sphere X bisa menampilkan gambar yang setara dengan standar IMAX.

Hanya saja, Sphere X memiliki beberapa kekurangan minor. Mungkin akibat layar Sphere X yang berwarna perak, black level-nya tampil kurang pekat sehingga gambar film sering terlihat agak pucat (terutama di setting tempat gelap). Kelengkungan layar Sphere X yang sedikit di luar batas kewajaran membuat gambar di ujung kiri dan kanan atasnya terlihat lebih gelap dan berbayang-bayang. Tapi overall, kualitas gambar Sphere X ini jauh di atas ekspetasi gw.

Rating: 4.5/5


ASPECT RATIO: CROPPED OR WIDER?

Satu hal yang cukup mengejutkan dan menarik untuk dieksplorasi dari Sphere X adalah aspect ratio-nya. The 5th Wave memiliki aspect ratio 2.39:1 (wide) yang, apabila ditampilkan di layar Sphere X, seharusnya terlihat black bar yang cukup besar di atas dan bawah layar seperti yang sering kita lihat di IMAX. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Ukuran black bar-nya sangat minim, hampir tidak terlihat malah kalau tidak diperhatikan, sehingga gambar di layar terlihat jauh lebih besar dan mencakup seluruh area pandang penonton. Jadi, kesimpulannya adalah antara aspect ratio layar Sphere X yang lebih lebar dari IMAX, atau aspect ratio filmnya yang sedikit di-crop ke univisium format 2.00:1.

THE SOUND SYSTEM

Sayangnya, tata suara Sphere X CGV Blitz Marvell City Surabaya masih menggunakan Dolby 7.1, bukan Dolby Atmos seperti Sphere X Grand Indonesia. Jadi, selain kekuatan bass dan volume yang lebih kenceng, kualitas tata suara Sphere X tidak lebih dan tidak kurang dari studio reguler. Padahal sekarang semakin banyak film-film besar yang dirilis dengan tata suara Dolby Atmos. Nanggung banget, kan?

Rating: 3/5


SEATING

Sphere X menggunakan sistem lay back chair—kursi yang bisa merebah 45 derajat dengan sendirinya, which is simply the worst seat I've ever sit on in movie theater. Tapi sebelum kalian gempar dan merobek tiket kalian, ada satu hal mengapa gw merasa sangat, sangat tidak nyaman: tinggi badan gw 182 cm, melebihi standar orang Asia. Jadi, ketika gw duduk dan kursinya merebah, posisi kepala gw gelantungan seperti waktu kita keramas di salon gitu (kalau belum bisa membayangkan, coba copot headrest kursi mobil kalian dan duduk bersandar). Kesimpulannya, buat orang-orang tinggi, pilih seat urutan G atau H ke depan. Gw duduk di seat F dan cuman bisa lihat langit-langit bioskop. 

Rating: 1.5/5


VERDICT


Overall, Sphere X CGV Blitz Marvell City Surabaya berhasil memberikan pengalaman menonton yang sangat mengesankan dan jauh di atas ekspetasi gw yang selama ini ragu-ragu dengan kualitas format Sphere X. Kalau saja mereka mengimplementasikan lay back chair hanya di barisan-barisan seat terdepan saja, gw tidak akan ragu untuk menobatkan Sphere X sebagai alternatif IMAX yang sempurna. 


P.S: Semua foto adalah hasil dokumentasi pribadi. Kalau para pembaca ada yang mau menggunakan foto-foto tersebut, harap menyertakan link blog saya juga. Thank you!



You Might Also Like

13 comments

  1. Sangat setuju dengan riview mas Elbert Eyner tentang Sphere X dan Imax
    Really Like it

    Mengapa? karena saya sngat menyukai 2 Studio tersebut
    jadi pilihan nonton saya untuk film2 Box Office gede saya jatuhkan ke Sudio Imax dan Sphere X dan 4DX 2D or 3D

    untuk film Star Wars saya lebih suka nonton di 4DX 3D drpd versi Imax 3D

    namun antara Imax dan Sphere X saya masih belum bisa memutuskan mana yang lebih bagus, untuk Sound Mungkin Imax lebih unggul tp untuk layar dan seat Sphere X lebih bagus, karena menurut saya (entah itu hanya perasaan atau memang karena ukuran nyata) layar Sphere X lebih besar daripada IMAX (ukurannya actual imax masih belum pasti ada yang bilang 22 24 bla bla non official)

    well saya tidak terlalu pintar berkomentar intinya saya (pecinta film) senang banget menemukan laman ini


    ReplyDelete
  2. Rencana mau nonton Doctor Strange di SphereX marvel city, milih seat barisan D...
    Kayak nya ketinggian ya?

    ReplyDelete
  3. Kalau buat orang normal best seat barisan mana kang ?

    ReplyDelete
  4. Mantap jiwa emng,cukup beruntung sempat nyobain sphere x di marvell city ini pas nonton your name(2016)agak disayangkan sphre x ini tdk tersedia di makassar walaupun cgv udah buka di makassar.I hope one day mereka punya setidaknya 1 disini spy ngga perlu jauh2 ke sby buat memuaskan dahaga menonton.hehe

    Btw,reviewnya mantap om,sebelas dua belas sama yang saya rasain

    ReplyDelete
  5. Sangat setuju dengan riview mas Elbert Eyner tentang Sphere X dan Imax
    Really Like it

    ReplyDelete

Just do it.