Berbicara selera, tiap individu pasti berbeda-beda. Meski sama-sama mengaku menyukainya, alasannya pasti tidak akan sama 100%. Demikian pula sebaliknya. Nah lucunya, kadang selera itu bisa mengalami--what do you say--error, di mana terkadang seseorang bisa menyukai film yang seharusnya tidak memiliki kriteria yang sesuai dengan seleranya dan bahkan film yang dianggap buruk oleh kritikus. Berikut beberapa film yang berhasil mengambil hati saya tetapi dibenci oleh banyak orang di tahun 2012 ini. Bersiaplah untuk menggeleng-gelengkan kepala :P
Adalah sebuah keajaiban karena di tahun 2012 ini saya tidak perlu menemui film semacam Alvin and the Chipmunks 3 dan dapat menghindari beragam film mandarin yang kualitasnya semacam Sorcerer and the White Snake ataupun Flying Swords of Dragon Gate. Akan tetapi, sepandai-pandainya chipmunks tupai melompat pasti akan jatuh juga. Berikut daftar 10 film terburuk yang tidak sengaja saya tonton tahun ini.
THE HOBBIT AN UNEXPECTED JOURNEY (2012) : THERE AND BACK AGAIN
5 stars movies 12/21/2012 02:02:00 AMTHE HOBBIT AN UNEXPECTED JOURNEY
2012 / Peter Jackson / 170 Minutes / US / 2.39:1 Aspect Ratio / PG-13
The Hobbit An Unexpected Journey
HFR 3D review by Elbert Reyner
Para pecinta film yang tinggal di Indonesia termasuk beruntung karena mendapat kesempatan untuk menyaksikan film The Hobbit : An Unexpected Journey dengan frame rate 48 fps di bioskop (bandingkan saja dengan Singapore yang hanya memiliki 1 studio yang sanggup memutar film HFR 3D). Tetapi, sebelum kegirangan untuk menyaksikan The Hobbit seperti yang direkomendasikan oleh Peter Jackson tanpa bekal pengetahuan apa-apa, mari kita telusuri apa sebenarnya perbedaan antara frame rate 48 fps dengan 24 fps yang biasanya dipakai oleh sineas di seluruh dunia terlebih dahulu.
Apakah The Hobbit An Unexpected Journey layak disaksikan di layar bioskop dalam format 3D? Post ini akan membantu anda untuk mengambil keputusan!
SILENT HILL REVELATION (2012) : KEEP CALM, YOU'RE AT SILENT HILL
2 stars movies 12/17/2012 05:06:00 PMSILENT HILL REVELATION
2012 / Michael J. Bassett / 94 Minutes / US / 2.39:1 Aspect Ratio / Restricted
Apakah Silent Hill Revelation layak disaksikan di layar bioskop dalam format 3D? Post ini akan membantu anda untuk mengambil keputusan!
Sejak diterbitkan sebelas tahun yang lalu, novel Life of Pi telah berhasil mengambil hati masyarakat dan menelurkan banyak fans berkat kisahnya yang sangat indah, tidak biasa, dan memuat banyak pesan moral yang (katanya) bisa membuat para pembacanya percaya kepada Tuhan. Dengan kepopuleran seperti itu, jelas sudah bukan kejutan lagi kalau para produser dan petinggi studio Hollywood berlomba-lomba untuk mendapatkan hak adaptasi novel karya Yann Martel ke medium film. Sayangnya, materi novel ini ternyata sulit untuk ditransfer ke layar lebar, apalagi sebelumnya novel tersebut telah mendapat restu dari para fans bahwa kisah petualangan Pi ini memang unfilmable.
Sepertinya tema Hollywood untuk tahun 2012 ini adalah ajang berkumpulnya para karakter dunia fiksional di satu film. Setelah mengumpulkan para superhero Marvel, mengajak para monster klasik menginap di satu hotel, hingga reuni akbar para karakter dunia horror di sebuah kabin, kali ini giliran DreamWorks Animation yang mengajak kita untuk menyaksikan aksi geng dari dunia fairy tale yang terdiri dari Santa Claus / North, Tooth Fairy / Tooth, Sand Man / Sandy, Easter Kangaroo Bunny dan Jack Frost. Apakah film ini berhasil memberi hiburan berkelas seperti yang kita harapkan dari sebuah film animasi DreamWorks?
Sony Animation memang belum sekelas Disney, Pixar dan DreamWorks dalam hal skala maupun kualitas film animasi-nya. Akan tetapi, semenjak memperoleh nominasi Oscar pada feature film ke 2nya, Surf’s Up, Sony Animation lambat laun mulai mencuri perhatian dan mendapatkan ruang di hati para pecinta film. Untuk tahun ini mereka telah merilis dua film animasi, Pirates! Band of Misfits hasil kerjasama mereka dengan Aardman pada bulan Maret lalu yang mendapat sambutan hangat namun penghasilan box office-nya kurang menggembirakan, dan yang terbaru adalah Hotel Transylvania yang baru saja dirilis hari Jumat 23 November 2012 lalu di bioskop tanah air. Apakah film ini berhasil untuk semakin mensejajarkan Sony Animation di peta persaingan studio animasi papan atas Hollywood? Let’s find out!
Sebuah survey pribadi mengatakan kalau 95% Twi-haters akan pergi ke bioskop untuk menyaksikan installment terbaru The Twilight Saga di opening day-nya bersama dengan para Twi-hards. Meski tujuannya berbeda, mereka sama-sama berperan dalam kesuksesan luar biasa The Twilight Saga di jagad box office dunia. Keserakahan kemudian mendorong Summit Entertainment untuk memecah seri terakhir dari salah satu franchise terburuk sepanjang masa ini menjadi dua bagian. Bagian pertama dari Breaking Dawn terkenal atas kegagalannya untuk memberi impresi yang baik karena materi ceritanya yang terbilang dangkal, membosankan, dan lambat. Apakah hal ini juga terjadi di bagian ke duanya?
Sampai saat ini, film adaptasi video game belum pernah ada yang sukses merangkul pujian dari para kritikus, pecinta film ataupun penggemar game itu sendiri. Herannya, para sineas dan petinggi studio masih belum patah arang untuk mengadaptasi video game ke dalam wujud film. Hal ini dibuktikan dengan berjibun proyek film adaptasi game papan atas yang sudah mendapat lampu hijau dan siap rilis 2-3 tahun mendatang. Disney pun ikut mencoba mengadaptasi video game lewat film animasi ke-52 mereka yang bertajuk Wreck-It Ralph ini.
Apakah Wreck-It Ralph layak disaksikan di layar bioskop dalam format 3D? Post ini akan membantu anda untuk mengambil keputusan!
Setelah tujuh film Saw merajai Halloween selama tujuh tahun berturut-turut, kini giliran Paranormal yang menggantikan tahta mereka sebagai film halloween pilihan masyarakat di dunia. Hal ini dibuktikan dengan Menginjak serinya yang ke 4, banyak yang menyangsikan bahwa PA4 akan mengikuti pattern Saw yang mulai kehilangan kekuatannya di film ke 4, mengingat alur cerita dalam PA mulai terasa "goyang". Apakah rasa pesimis para cinephile ini terealisasi?
Setelah Sanubari Jakarta yang menyapa para cinephile dengan kumpulan kisah kehidupan para kaum minoritas di Jakarta, kini giliran Salman Aristo menyajikan “sequel”nya yang berkisah mengenai hati di kota Jakarta. Dengan format omnibus yang digarap seorang diri, apakah Jakarta Hati berhasil mengetuk hati para penontonnya?
Dear Cinephiles,
As well as you know, It's been 2 weeks I haven't posted any review on this blog.
No, A Cinephile's Diary isn't dead. I'm still alive, replying some comments, and watching some new movies.
But the thing is, I'm way too busy to write reviews, thanks to one of the busiest week this semester. I have to submit 40-pages magazine, 5 logos and layout grid for my newspaper, a giant 3D mural, and storyboard for our upcoming Science-is-fun book series. For the side dish, I have to write an article for Muvila.com and a short story for Close-up Freshformance competition (which I'm starting to doubt myself that I could win it. But who knows?).
But it's all over now. And I got a-straight week holiday starting today before the final battle begins (isn't that outrageously amazing?)
So you'd better ready to read all my reviews!
Here's the list for my upcoming reviews : Jakarta Hati, Paranormal Activity 4, Wreck-It Ralph, and Breaking Dawn Part 2.
Better late than never, right?
Regards,
Elbert Reyner
(I'm CEO, bitch)
PS : Sorry for my broken english. I feel it's just way too cheesy to write this kind of post in Bahasa. HAHAHA
Please kindly vote my short story "THE DAY I MET YOU"!
Mohon untuk tidak dibaca karena ceritanya pasaran banget. Saya akui itu. :P
Just vote it (klik tanda hati warna hijau)!
Here's the link :
http://closeupfreshformance.com/visit_gallery/permalink/script/1889
IT'S EASY AS ONE-TWO-THREE :
Step 1 : Anda harus sign in terlebih dahulu. Tidak usah daftar juga tidak apa - apa karena bisa sign in via Facebook / Twitter.
Step 2 : Klik hati warna hijau.
Step 3 : Done!
That's all folks!
THANK YOU VERY MUCH! =)
Mohon untuk tidak dibaca karena ceritanya pasaran banget. Saya akui itu. :P
Just vote it (klik tanda hati warna hijau)!
Here's the link :
http://closeupfreshformance.com/visit_gallery/permalink/script/1889
IT'S EASY AS ONE-TWO-THREE :
Step 1 : Anda harus sign in terlebih dahulu. Tidak usah daftar juga tidak apa - apa karena bisa sign in via Facebook / Twitter.
Step 2 : Klik hati warna hijau.
Step 3 : Done!
That's all folks!
THANK YOU VERY MUCH! =)
"She sent you after me knowing you're not ready, knowing you would likely die... Mommy was very bad." - Raoul Silva-
Pengaruh Christopher Nolan dan trilogi Batman-nya terhadap dunia film Hollywood, setuju atau tidak, bisa dibilang sangat besar. Hampir seluruh sutradara dan petinggi studio latah dalam memasarkan film unggulannya dengan mengklaim bahwa film yang mereka buat ini akan memiliki nuansa kelam, kompleks dan realistis seperti The Dark Knight. Franchise James Bond ini adalah salah satunya yang mendapat pengaruh Christopher Nolan.
Nama besar dan uang itu memang penting, apalagi di Hollywood. Para penggemar Tim Burton jelas tahu bahwa ia sempat dipecat oleh Disney pada tahun 1980-an karena masalah film pendek berjudul Frankenweenie yang ia buat. Film tersebut dianggap sangat menakutkan bagi anak - anak dan merugikan Disney. Seorang Tim Burton yang saat itu masih belum punya nama, langsung “diusir” begitu saja. Nyaris dua puluh tahun kemudian, here it is, Tim Burton telah duduk di puncak karirnya dan memberikan keuntungan dahsyat kepada Disney lewat film Alice in Wonderland tahun 2010 lalu. Disney pun menjilat ludahnya sendiri dan mengabulkan ‘permintaan’ Tim Burton untuk membuat ulang Frankenweenie dalam format animasi stop motion dan siap dirilis untuk memeriahkan bulan Halloween tahun ini.
"I am fate with a badge and a gun. Behind my badge is a heart like yours. I bleed, I think, I love, and yes I can be killed."
Kisah mengenai polisi - polisi di Amerika mungkin adalah salah satu kisah yang paling sering diangkat ke medium film tetapi jarang memiliki film “adaptasi” yang benar - benar bagus. Hal ini tidak jauh karena formulanya yang begitu - begitu saja; lazy and uninspiring--kata kritikus, seperti pertempuran antar geng, polisi korup, memburu buronan yang susah ditangkap, dan lain sebagainya. Beragam treatment baru pun mulai dilakukan, paling sering sih mengetengahkan sepak terjang dua orang polisi (buddy-cop) ataupun dengan balutan komedi (contohnya 21 Jump Street). Tetapi kalau dibuat bergaya ala mockumentary (dokumenter palsu), sejauh ini baru End of Watch yang sukses menarik perhatian masyarakat film. Apakah film ini berhasil meniupkan angin segar terhadap film bergenre buddy-cop yang sudah mulai usang ini?
Post ini ditulis secara eksklusif untuk membantu teman - teman VCD UC angkatan 2010 yang mendapat tugas menganalisis film The Dark Knight Rises untuk mata kuliah Communication Process. Mengingat tema dan cerita yang diangkat film ini cukup berat serta mengambil kesempatan untuk meningkatkan traffic blog, saya berusaha membantu dengan menuliskan 3-part analisis yang mengacu pada pertanyaan - pertanyaan yang diberikan oleh Mr. Michael N selaku dosen pengajar Communication Process. Semoga berguna bagi teman - teman. =)
Post ini ditulis secara eksklusif untuk membantu teman - teman VCD UC angkatan 2010 yang mendapat tugas menganalisis film The Dark Knight Rises untuk mata kuliah Communication Process. Mengingat tema dan cerita yang diangkat film ini cukup berat serta mengambil kesempatan untuk meningkatkan traffic blog, saya berusaha membantu dengan menuliskan 3-part analisis yang mengacu pada pertanyaan - pertanyaan yang diberikan oleh Mr. Michael N selaku dosen pengajar Communication Process. Semoga berguna bagi teman - teman. =)
Bukan rahasia lagi kalau tujuan utama segala upaya remake yang dilakukan Hollywood adalah demi meningkatkan kembali kepopuleran franchise mereka yang pernah berjaya bertahun - tahun lalu dan juga mengumpulkan (banyak) uang dari para fans - fans setia ataupun para pecinta film generasi baru yang belum bernafas pada saat franchise tersebut booming di dunia.
Dear Neptunus,
Sepertinya baru saja kemarin Perahu Kertas tayang di bioskop, part 2-nya tiba - tiba sudah siap diputar mulai tanggal 4 Oktober lalu. Mungkin agar hype para agen neptunus tidak keburu luntur ya? Meski sejak awal film ini direncanakan untuk menjadi dua bagian, banyak yang menyangsikan kalau Perahu Kertas ini akan terasa diulur - ulur dan menjadi sekedar mesin uang, mengingat novelnya sendiri yang tidak terlalu tebal sehingga harus dibagi dua bagian (dengan alasan agar tidak kehilangan esensinya). Apakah Dee dan Hanung berhasil menutup kisah cinta Kugy dan Keenan ini secara memuaskan terlebih bagi para penonton yang belum membaca novelnya?
Apakah Finding Nemo layak disaksikan kembali di layar bioskop dalam format 3D? Atau hanya sekedar mesin uang instan bagi Disney?
Keuntungan ratusan juta dollar jelas membuat para produser dan studio kalap bukan main, apalagi kalau rejeki itu datangnya dari film yang sama sekali tidak “ditujukan” untuk menjadi mesin uang. Salah satunya adalah film berjudul Taken ini. Jalan ceritanya sendiri cenderung sangat cliche dan sebenarnya sudah selesai di film pertamanya, sehingga banyak para cinephiles yang kebingungan apa sebenarnya yang akan disajikan produser Luc Beeson dalam sequelnya ini.
LOOPER (2012) REVIEW : AN OUTSTANDING SCI-FI FILM HAS BEEN INVENTED
4 stars movies 9/30/2012 04:09:00 PM“This time travel crap, just fries your brain like an egg.”
Time-travel sebenarnya adalah salah satu tema yang paling menarik untuk diangkat ke dalam film - film sci-fi. Unfortunately, jumlahnya yang benar - benar berhasil memukau para penontonnya bisa dihitung jari, di mana salah satu yang paling diingat dan terkenal sampai sekarang adalah Terminator ciptaan James Cameron. Hal ini cukup wajar mengingat teori time-travel yang rumit sangat berpotensi untuk mengacaukan plot cerita dan membuat lubang di mana - mana. Akibatnya, tema ini sering dihindari oleh sineas untuk dijadikan cerita pokok sebuah film, di samping karena susahnya untuk bermain aman dengan premise time-travel. Namun, di tahun 2012 ini Rian Johnson mencoba peruntungannya di dunia sci-fi dengan membuat film berjudul Looper. Dengan premise time-travel yang terlihat sangat intriguing itu, apakah Johnson berhasil menyajikan sebuah film perjalanan waktu yang mindblowing dan sanggup tampil semenarik trailernya?
F.A.Q : HOW TO REDEEM YOUR DIGITAL COPY CODE IF YOU'RE NOT LIVE IN U.S
exclusive 9/29/2012 06:49:00 PM
This post was intended for international blu-ray collectors who live in a country where blu-rays are much more expensive and uglier than the US version.
It’s not a secret that many of the blu-ray buyers aren’t from United States. Amazon can delivers your purchases to your doorstep where ever you live around the world. While it truly works like a charm, you still couldn’t get all the bonuses that come with your blu-rays. Yes, it’s an Ultraviolet and iTunes Digital Copy. That’s quite an unfortunate. You’ve paid more than the U.S citizen (tax + shipping), but couldn’t get what you should get because of the restrictions which come from the studios that produce your blu-rays. Ultraviolet and iTunes Digital Copy are strictly for buyers who live in the United States (and always be). I’ve tried the instruction on the Digital Copy code flyer, and the result was a big disappointment because they won’t give a damn with non US citizen (mostly because many other country also get their own blu-ray / DVD release). But last week, I suddenly found a brilliant and a very easy way to redeem it.
Premium Rush merupakan salah satu film yang dianak-tirikan oleh Sony tahun ini. Mulai dari jadwal rilis yang sebelumnya ditempatkan di spot film - film yang dianggap kurang baik (baca : Januari) hingga tata marketing yang tidak seagresif film - film Sony lainnya (Total Recall, Resident Evil Retribution, dsb). Padahal, kalau dilihat dari jajaran kru dan cast-nya, Premium Rush adalah film yang menjanjikan. David Koepp, yang berperan sebagai double agent sutradara sekaligus penulis naskah film ini, memiliki perjalanan karir yang cukup mulus di Hollywood. Beliau diserahi tanggung jawab menulis naskah film - film sukses seperti Charlito’s Way, Jurassic Park 1-2, Mission Impossible, hingga Spider-Man; yang jelas telah menempatkan David Koepp sebagai jaminan mutu bahwa film ini, at least, dapat memberikan hiburan berkualitas seperti film - film sebelumnya. Belum lagi keterlibatan Joseph Gordon Levitt (sering disingkat JGL), seorang aktor muda yang tengah naik daun, di mana 80% film dalam CV-nya telah mendapat pujian dari kritikus dan digemari para pecinta film. Lantas, apa yang membuat Sony begitu memandang sebelah mata film ini?
Ben Stiller sepertinya sedang ketagihan untuk tampil secara berkelompok dengan para bintang komedi Hollywood yang sedang naik daun akhir - akhir ini. Tropic Thunder, Tower Heist, adalah satu dua contoh filmnya yang dipenuhi aktor - aktris komedian papan atas. Dan untuk tahun 2012 ini, setelah tampil di afro circus bersama teman - teman binatangnya, ia membentuk kelompok siskamling ‘The Watch’ bersama Oscar nominee Jonah Hill yang baru saja diet habis - habisan, Vince Vaughn dan Richard Ayoade, seorang aktor-penulis-sutradara berbakat yang pernah bekerja sama dengan Ben Stiller di film Submarine (2011). Apakah formula ini masih terbukti sukses?
Meski terus dicaci - maki para kritikus semenjak film pertamanya, toh film serial Resident Evil masih tetap saja menjadi film adaptasi game tersukses sepanjang masa hingga terus dilanjutkan sampai seri ke 5nya ini. Kombinasi keseksian Milla Jovovich, budget yang tidak terlalu besar, dan action yang super u4l4y lengkap dengan efek slow motion yang semakin menjadi - jadi di tiap serinya ini bisa dibilang adalah formula utama mengapa franchise tersebut bisa bertahan sampai sekarang : karena film ini adalah guilty pleasure-nya para pria dan geek di seluruh dunia. Lantas, apakah sebenarnya franchise ini masih memiliki harapan atau setidaknya berusaha untuk memperbaiki reputasinya di mata para pecinta film dan kritikus?
Well, not at all.
Apakah efek 3D dalam film Resident Evil Retribution sanggup tampil memuaskan dan memenuhi standard tinggi efek 3D yang telah disajikan oleh Paul W.S Anderson dalam film sebelumnya? Let's find out.
"Ketakutan suami itu bermacam - macam, mas. Ada suami yang takut sama istrinya. Ada suami yang takut tidak bisa nafkain keluarganya. Atau bahkan ada suami yang takut tidak bisa mendidik anaknya dengan baik. Ketakutanmu yang mana?"
Tentu kalian semua tahu bahwa sebagian besar film romance, baik itu buatan lokal ataupun Hollywood, selalu menceritakan mengenai proses bagaimana kedua orang lawan jenis bisa saling mencintai satu sama lain. Seiring perkembangan jaman, kisah tersebut mulai dikembangkan aneh - aneh supaya terlihat original dan fresh, namun pada kenyataannya, bagian pertengahan hingga akhir film - film tersebut selalu sama saja; seakan - akan tidak ada ide lain untuk mengisi bagian tersebut. Well, tentu tidak semua film romance mengusung formula seperti itu. Salah satunya adalah film produksi tanah air berjudul Test Pack garapan sutradara Monty Tiwa ini.
RED LIGHTS (2012) : DOES IT MEAN NO MORE GREEN LIGHTS FOR CORTES?
2 stars movies 9/09/2012 01:06:00 AMDr. Margaret Matheson : "There are two kinds of people out there with a special gift. The ones who really think they have some kind of power. And the other guys, who think we can't figure them out. They're both wrong. "
Rodrigo Cortes sempat menggegerkan dunia film berkat “Buried”, feature film berbahasa Inggris perdananya yang hanya dibintangi oleh Ryan Reynolds dan bersetting di satu tempat saja. Hanya berbekal dengan premise yang terdengar mustahil untuk difilmkan itu, Rodrigo berhasil mencuri seluruh perhatian penonton dari awal hingga akhir film dengan cara yang jenius, brilian dan tak terduga. Lantas, apa jadinya kalau Cortes diberi budget tinggi dan jajaran aktor - aktris senior Hollywood untuk membuat film? Red Lights adalah buktinya. Dan tidak sedikit yang skeptis kalau dia akan mudah mendapatkan green lights untuk proyek film berikutnya paska film Red Lights ini. Lo, kok bisa? Ya makanya ayo dibaca.
"I think directing a movie is the best job ever created, but Marilyn has cured me of ever wanting to do it again" -Sir Laurence OlivierJumat, 31 Agustus, gw sempet terkejut melihat film My Week With Marilyn tiba - tiba bertengger di jadwal show XXI Surabaya sini. Bagi kalian - kalian yang ingatannya sudah pupus layaknya butiran debu, My Week With Marilyn adalah film yang sempat menjadi perbincangan panas pada award season tahun 2011 hingga awal tahun 2012 ini. Tentu spotlight utamanya adalah performa Michelle Williams sebagai Marilyn Monroe yang legendaris itu. Karena gw ini termasuk pecinta film yang hobi mengamati penjiwaan para aktor - aktris terhadap karakter yang mereka perankan, film ini jelas masuk dalam daftar must-see gw. Tetapi, patut disayangkan karena--seperti biasa--21 group itu hobi banget menuh - menuhin gudang penyimpanan film mereka, My Week With Marilyn baru siap diputar 8 bulan setelah hype-nya kelar. Untungnya, kalian tidak butuh waktu sampai 8 menit untuk membaca review gw ini.
"Jason Bourne was just the tip of the iceberg" -ByerThe Bourne Trilogy adalah salah satu trilogi terbaik yang pernah dihasilkan Hollywood. Banyak pula yang mengatakan kalau film ini berperan secara tidak langsung dalam penggodokan formula Casino Royale, film reboot James Bond, yang mengikuti jejak Bourne untuk tampil realistis, dark, cerdas, dan old-fashioned. Tetapi, berbeda dengan franchise Bond, The Bourne Trilogy memiliki kisah yang saling berkaitan dan sebenarnya sudah berakhir pada The Bourne Ultimatum tahun 2007 lalu. Yah, namanya Hollywood. Asal masih dapat dijadikan mesin pencetak uang, film yang berpotensi untuk dijadikan franchise seperti Bourne akan diperas habis - habisan sampai kering ring kemudian direboot. Bahkan saking serakahnya, Universal rela melepas dua pion terpenting franchise Bourne, yang tidak lain adalah Matt Damon dan Paul Greengrass. Apakah The Bourne Legacy berhasil menyuguhkan warisan Bourne secara spektakuler seperti yang diharapkan oleh para penonton dan penggemarnya?
Ada pepatah bagus yang mengatakan bahwa hidup itu seperti roda berputar. Well, hal itulah yang terjadi pada Sylvester Stallone, Arnold Schwarzenegger, Van Damme, dan aktor - aktor aksi laga tahun 80-an yang begitu tenar pada masanya namun gagal untuk beradaptasi dengan dunia film yang terus berevolusi tiap tahunnya. Mungkin di antara jajaran cast dalam film ini, Bruce Willis-lah yang masih memiliki perjalanan karir yang cemerlang sampai sekarang. Setelah menuai kesuksesan di tangga box office melalui The Expendables tahun 2010 lalu, Stallone dkk kembali membuat sequel dari film tersebut, yang bisa dibilang The Avengers-nya aktor laga tahun 80-an. Tetapi, apakah ia berhasil belajar dari kesalahan - kesalahannya yang membuat The Expendables pertama tidak disambut baik oleh kritikus?
Dengan budget minim, tentu bukan hal yang sulit bagi franchise Step Up yang dimiliki Summit ini untuk balik modal melalui pemasukannya di box office seluruh dunia. Ditambah lagi dengan fanbase yang jumlahnya tidak sedikit, jelas mudah bagi Summit untuk tetap percaya diri dalam memperpanjang masa hidup franchise tersebut. Dan untuk tahun ini, mereka merilis installment terbaru dari Step Up dengan subtitle yang berganti - ganti terus, mulai dari ‘Step Up 4’, ‘Miami Heat’, hingga ‘Revolution’. Namun toh, apapun subtitle-nya, hal ini tidak akan berpengaruh terhadap target penontonnya yang hanya peduli pada gerakan - gerakan tariannya. Tetapi, apakah pihak studio masih tetap saja tidak mempedulikan kualitas naskah dan alur cerita yang baik terhadap franchise Step Up?
A Cinephile's Diary mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1433H kepada teman - teman yang merayakannya. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga kita semua dapat menjadi manusia yang lebih baik lagi di bulan suci ini =)
Libur Hari Raya Idul Fitri memang dikenal sebagai momen “summer blockbuster” bagi studio film Indonesia untuk merilis film - film unggulannya. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah film berjudul Perahu Kertas ini. Film tersebut adalah adaptasi dari novel best seller karya Dewi “Dee” Lestari, salah seorang penulis terkenal di Indonesia. Tidak hanya itu, Hanung Bramantyo, salah seorang sutradara senior di Indonesia, juga ditunjuk langsung untuk menangani film yang dibagi menjadi 2 part ini. Apakah kolaborasi antara dua orang hebat ini berhasil membuahkan sebuah film romance yang berbeda dan fresh?
Apakah efek 3D dalam film Step Up Revolution sanggup tampil memuaskan dan memenuhi standard tinggi efek 3D yang telah diramu oleh John Chu dalam film Step Up 3? Let's find out.
"If you hear something strange outside, have sex."
Jauh sebelum Joss Whedon menggarap The Avengers, beliau sempat menulis naskah dan memproduseri film horror The Cabin in the Woods bersama Drew Goddard yang sudah selesai produksi sejak tahun 2009. Namun, karena berbagai hal, mulai dari masalah finansial MGM (yang membuat film ini dipindah tangankan ke Lionsgate) hingga keinginan pihak studio untuk merilis film ini dalam format 3D (akhirnya dibatalkan) membuat The Cabin in the Woods baru bisa dirilis bulan April lalu di Amerika. Meski demikian, film ini telah mendapatkan hype yang luar biasa dari kalangan horror fans, geek, dan pecinta film akibat keterlibatan Joss Whedon di dalam film ini dan juga tim marketing Lionsgate yang berhasil menekankan bahwa The Cabin in the Woods bukanlah sebuah film horror cliche dan predictable yang sering kita lihat.
So, you think you know the story?
"Oh, it's a girl. I'm so sorry. Where is the trashcan?" -Aladeen-
Sacha Baron Cohen dikenal sebagai salah seorang aktor komedian paling kontroversial sekaligus paling berbakat yang dimiliki Hollywood. Deretan film komedi yang dibintanginya rata - rata selalu menawarkan joke yang sangat kurang ajar, vulgar, dan menyindir masalah sosial yang sedang trend di masa itu. Meski demikian, Cohen juga memiliki bakat akting yang sangat luar biasa dan selalu total dalam memerankan karakter - karakternya, sehingga tidak heran apabila Cohen sanggup duduk bersama jajaran komedian kelas atas dan memiliki fans yang tidak sedikit jumlahnya. Dan untuk tahun ini, Cohen merilis film terbarunya, The Dictator, di mana ia kembali memerankan karakter eksentrik dan sinting seperti yang ia perankan dalam film Borat ataupun Bruno.
"If I'm not me, then who the hell am I?" -Douglas Quaid
Film Total Recall versi tahun 1990 telah dikenal sebagai salah satu film adaptasi cerita pendek Philip K. Dick yang sukses memukau para pecinta film pada masanya, meski isi ceritanya telah mengalami perubahan di sana - sini. Semua itu tentu berkat kombinasi tangan dingin Paul Verhoeven dan performa Arnold Schwarzenegger sebagai bintang aksi laga yang terkenal saat itu, sehingga tidak heran bahwa film ini telah menjadi salah satu film cult classic yang terkenal sampai sekarang. Dan untuk tahun 2012, Columbia Pictures di bawah bendera Sony menggandeng Len Wiseman untuk menyutradarai versi terbaru dari film Total Recall ini. Dengan berbagai janji manis yang menyatakan bahwa versi terbaru Total Recall ini akan lebih setia dengan cerita pendeknya, apakah kualitas film ini berhasil menyamai atau bahkan melampaui adaptasi sebelumnya?
Pada tahun 1930-1940an, tidak ada yang tidak mengenal The Three Stooges. Trio Moe, Larry, dan Curly begitu terkenal pada jamannya berkat lawakan - lawakan mereka yang seperti pencampuran antara Looney Tunes dengan Mr. Bean. Dan seperti serial televisi lainnya, masa kejayaan Stooges juga sempat berakhir karena meninggalnya para aktor ataupun sineas di balik layarnya. Namun, tidak ada yang bisa menyangkal bahwa legacy yang mereka tinggalkan sudah begitu mendarah daging dalam dunia film komedi sampai sekarang. Dan untuk tahun 2012 ini, sineas Farrelly bersaudara bersama 20th Century Fox menyuguhkan kembali The Three Stooges di layar lebar untuk dinikmati para pecinta film generasi sekarang ini. Apakah film ini berhasil membangkitkan kembali franchise The Three Stooges seperti halnya yang dilakukan The Muppets tahun lalu?