THE HOBBIT : THE DESOLATION OF SMAUG (2013) REVIEW

12/17/2013 04:30:00 PM



2013 / Warner Bros. Pictures / Peter Jackson / US / 2.39:1 / 161 Minutes


Sebelum Peter Jackson memutuskan untuk merilis The Hobbit menjadi tiga bagian, The Hobbit : The Desolation of Smaug ini seharusnya menjadi babak final petualangan Bilbo Baggins (awalnya bertajuk There and Back Again) bersama ketigabelas kurcaci melawan Smaug. Banyak pula--dengan alasan yang memang benar-benar obvious, sebenarnya--yang menduga kalau langkah ini adalah dorongan dari pihak Warner Bros. untuk mengeruk uang sebanyak mungkin dari franchise LotR di tangga box office sebelum materinya habis untuk diadaptasi (lihat saja film pertamanya yang berhasil memperpanjang daftar anggota The Billion Dollar Club). Tetapi apakah benar demikian, atau Peter Jackson memang benar-benar menyimpan banyak cerita untuk diceritakan ke penonton dan para fans?



Bilbo Baggins (Martin Freeman) kembali melanjutkan petualangannya bersama dengan Gandalf (Ian McKellen), Thorin Oakenshield (Richard Armitage) dan teman-teman kurcacinya yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu per satu untuk merebut kembali Erebor dari eraman seekor naga raksasa bernama Smaug (Benedict Cumberbatch) yang bisa berbicara, obviously. Hanya saja, perjalanan mereka sering mengalami hambatan-hambatan tak terduga, seperti serangan dari laba-laba raksasa, Bilbo yang mulai dipengaruhi oleh cincin misterius yang ditemukannya di sarang Gollum (Andy Serkis), kawanan Elf yang sangat membenci kaum Dwarfs, sampai kemunculan sosok Necromancer yang tengah berencana untuk membangkitkan kekuatan kegelapan yang telah lama terkubur di Middle Earth. 

Apabila An Unexpected Journey kemarin dikritik habis-habisan karena cenderung ringan, terlalu playful, dan bertele-tele dalam bercerita, maka The Desolation of Smaug (Hobbit DoS) dapat dikatakan berhasil menebus segala hal yang tidak disukai oleh kritikus dan mengembalikan citra yang dipegang LotR selama lebih dari satu dekade; yakni sebagai salah satu film fantasi paling berbobot dengan story arc kompleks, karakterisasi yang gemilang, culture yang rich, dan setting dunia yang sangat luas. 

Peter Jackson memang harus menghadirkan sesuatu yang berbeda agar penonton tidak bosan. Para fans bisa jadi mengampuni An Unexpected Journey kemarin karena film tersebut paling tidak berhasil memuaskan rasa kangen dan memberi mereka gejolak nostalgia terhadap dunia Middle Earth. Tetapi ia tidak boleh mengulang formula yang sama untuk DoS karena penonton jelas menginginkan sesuatu yang lebih dari itu dan formula yang sama jelas tidak akan berfungsi untuk kedua kalinya. 

Maka, tak perlu terkejut apabila nyaris semua kesalahan dari installment pertamanya telah diperbaiki oleh Peter Jackson bersama tim editornya. Yang pertama, dan yang paling terasa, adalah pace The Hobbit DoS yang mengalir lebih cepat meski durasinya masih tetap mendekati tiga jam, tidak seperti film pertamanya yang terlalu sibuk memperkenalkan kenyentrikan para kurcaci dan memunculkan cameo karakter-karakter ikonik dari trilogi LotR. Adegan aksinya juga digenjot untuk tampil berkali lipat lebih banyak dengan visual effects yang mindblowing, alunan melodi dari Howard Shore yang semakin mantap saja, dan koreografi yang tidak main-main serunya. Alur cerita, karakterisasi, dan konfliknya pun berkembang menjadi semakin menarik dengan tensi yang semakin memanas dan kekompleksan cerita yang mulai menampilkan benang merahnya dengan The Fellowship of the Ring



Overall, di luar mixed reviews dari kalangan kritikus, saya sangat menyukai kedua installment The Hobbit ini--sebesar saya mencintai trilogi LotR, dan saya mendapati kalau Desolation of Smaug berhasil melampaui An Unexpected Journey hampir di segala aspek. Ia memang jauh berbeda dan jauh lebih ringan dibandingkan trilogi LotR, tetapi Peter Jackson dengan jeniusnya membuat para penonton dan fans tetap merasa seperti di rumah, di Middle Earth yang telah lama kita kenal dan mendarah daging dalam tubuh kita. Sekuel yang sempurna!

Rating :   


You Might Also Like

5 comments

  1. betulan yg format HFR 3D bakal masuk n tayang di Indonesia minggu depan? kl betul gw bela-belain deh sabar nunggu ampe minggu depan br nonton...plz confirm this info, thx a lot :-)

    ReplyDelete
  2. Minggu ini bro (gw nulis reviewnya minggu lalu). Ini list bioskop yang nayangin HFR 3Dnya : http://www.21cineplex.com/news/3d-hfr-screening-for-the-hobbit-the-desolation-of-smaug,1850.htm

    Di jakarta aja, sayangnya :(

    ReplyDelete
  3. oic....cuma di jakarta aja ya....gw di medan...'sigh
    ok lah kl begitu, nonton yg 3D biasa aja lah....di medan Frozen aja pun kgk tayang yg 3D,cuma format 2 D...diskriminasi....huh....padahal katanya efek 3Dnya keren abiz..sekrg di luaran ud tayang Walking with Dinosaur, di Medan blom kebagian jatah...:(

    ReplyDelete
  4. i hate cgi orcs.....enough said

    ReplyDelete

Just do it.