Arisan! 2 (2011) Review

12/10/2011 03:26:00 PM



Sebagai salah satu film Indonesia yang dinanti - nantikan akhir tahun ini, apakah Arisan! 2 berhasil mempercantik image dunia perfilman Indonesia seperti yang diharapkan para pecinta film tanah air? Let’s find out.




Film Arisan! yang dirilis tahun 2003 lalu bisa dibilang salah satu film Indonesia yang cukup berani mengangkat tema kehidupan sosial masyarakat kelas atas dan kaum gay. Dengan campur tangan dua orang sineas Indonesia berbakat, Joko Anwar (Pintu Terlarang, Modus Anomali) dan Nia Dinata (Berbagi Suami), Arisan! sukses menyapu bersih piala Citra untuk lima penghargaan utama Festival Film Indonesia tahun 2004 : film terbaik, aktor terbaik, aktris terbaik, aktor pendukung terbaik, dan aktris pendukung terbaik. 8 tahun kemudian, Nia Dinata merilis sekuel film ini dan berhasil mengumpulkan kembali aktor - aktris dari film pertamanya. Kali ini Nia merangkap sebagai sutradara dan menggantikan posisi Joko Anwar sebagai penulis naskah. Apakah Arisan! 2 berhasil menjadi sekuel yang baik bagi penggemar film pertamanya sekaligus mampu memuaskan para penonton yang belum menyaksikan film pertamanya? 


Bersetting 8 tahun setelah film pertamanya, anggota geng Arisan masih melanjutkan hidupnya di Jakarta, walau mereka sudah jarang berkumpul bersama lagi. Selain itu, perubahan besar terjadi dalam diri tiap anggota tersebut : kisah cinta sesama jenis antara Sakti (Tora Sudiro) dan Nino (Surya Saputro) yang akhirnya berakhir, suami Ainden (Aida Nurmala) yang meninggal dan menyisakan harta melimpah; hingga krisis paruh baya yang dialami para anggota geng Arisan ini. Namun, penyakit kanker yang menggerogoti salah satu sahabat karib mereka, Meimei (Cut Mini), memaksa mereka untuk berkumpul kembali dan mengatur rencana untuk mengunjungi tempat Meimei berobat di Pulau Lombok. 


Daya tarik utama film Arisan! 2 tentu saja adalah penelusuran kehidupan kaum gay dan kaum kelas atas di Jakarta. Meski pada awalnya banyak yang menganggap film ini menjiplak formula Sex and the City, Arisan! 2 menurut saya melakukan pendekatan yang berbeda dengan masih mempertahankan budaya serta gaya hidup glamour di Indonesia. Arisan! 2 lebih fokus pada perkembangan karakter, kehidupan sosial serta konflik batin dalam diri orang - orang kaya di usia paruh baya yang disajikan dengan berani dan blak - blakan. Belum lagi performance dari aktor dan aktris yang terlibat cukup baik (meski beberapa masih terasa berlebihan), dan selipan humor - humor segar sudah mampu membuat penonton terus tersenyum lebar dan jauh dari rasa bosan. 

Namun, patut disayangkan, konflik - konflik yang dialami para karakter di film ini sebagian kurang bisa disajikan dengan baik dan terkesan tidak maksimal. Hal ini tentu disebabkan oleh keputusan sang sineas untuk menyelipkan terlalu banyak subplot dan topik bahasan dalam Arisan! 2. Subplot tersebut mungkin terlihat menarik di atas kertas dan secara teori bisa dijadikan penyeimbang cerita untuk menghindarkan kesan monoton; namun ketika diterjemahkan ke film, beberapa dari scene tersebut menurut saya malah terkesan dipaksakan untuk ada demi memperpanjang durasi film; hingga ujung - ujungnya mengakibatkan alur film ini terasa tidak rata, membingungkan dan membuat saya bertanya - tanya seperti tagline film ini sendiri : setelah 8 tahun, apa yang sebenarnya ingin disampaikan Nia Dinata? 


Selain itu, Nia Dinata sepertinya kurang memperhatikan "nasib" para penonton yang belum menyaksikan film pertamanya. Pengenalan para karakter dibuat sangat cepat dengan cuplikan - cuplikan dialog yang sedikit menggambarkan kejadian yang menimpa karakter utama dari film sebelumnya. Sehingga bisa dipastikan, para penonton yang masih baru kenal dengan geng Arisan tersebut akan cukup kebingungan untuk mengikuti menit - menit awal film ini; terlebih karakter - karakter baru dan anggota geng Arisan tersebut cukup banyak. 



Kekuatan dari film ini justru terletak pada kisah Meimei yang secara kebetulan diangkat menjadi topik utama dalam Arisan kali ini. Drama kehidupan dan perjalanan spiritual karakter yang mengidap kanker ini disuguhkan dengan baik, fresh, mengharukan, tidak bertele - tele, dan sukses dihidupkan oleh akting memukau dari Cut Mini. Pesan - pesan dan arti kehidupan yang ingin disampaikan juga berhasil menikam hati para penonton. Hubungan cinta 'terselubung' antara Meimei dengan dokter Tom juga terlihat tidak murahan, tidak berlebihan dan melekat di benak penonton berkat chemistry antara Edward Gunawan dan Cut Mini yang berhasil dibangun dengan cukup baik. Pemandangan spektakuler di Lombok dan perayaan Waisak di Borobudur juga berhasil difilmkan dengan cinematography yang apik dan menawan. Semuanya itu kemudian ditutup dengan ending yang mengharukan dan menghangatkan hati; hingga secara tidak langsung membuat penonton melupakan kekurangan dari film ini.


Overall, Arisan! 2 memang jauh dari kata sempurna berkat banyaknya subplot dan beberapa unsur cheesy yang sering ditemui di film - film Indonesia yang masih belum bisa dihindari. Namun, dengan pesan - pesan kehidupan, karakter - karakter yang memikat, humor - humor segar dan kisah persahabatan yang sungguh mengena, Arisan! 2 adalah salah satu film Indonesia paling menghibur tahun ini. 

P.S : saya belum menyaksikan film pertamanya.

You Might Also Like

1 comments

Just do it.