THE HOBBIT AN UNEXPECTED JOURNEY (2012) : 3D REVIEW

12/19/2012 04:28:00 PM



Apakah The Hobbit An Unexpected Journey layak disaksikan di layar bioskop dalam format 3D? Post ini akan membantu anda untuk mengambil keputusan!

----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cinema : Ciputra World XXI, Studio 3 (December 16, 2012)
3D Technology : Dolby Digital 3D.

Shot in 3D : yes.
Buat film kok setengah-setengah? Peter Jackson memfilmkan The Hobbit dengan kamera 3D RED-Epic.

Brightness : 4/5
Menggunakan kacamata 3D itu ibaratnya memakai kacamata hitam ketika menonton film di bioskop, sehingga gambar di layar akan menjadi lebih gelap. 
Menyaksikan film berdurasi nyaris 3 jam dalam format 3D dengan tingkat brightness yang tidak bagus jelas akan sangat mengganggu. Tingkat brightness The Hobbit terlihat sedikit gelap di awal film (terutama pada efek "flashback" di adegan prolognya), namun untungnya, tingkat brightness The Hobbit mulai meningkat dan semakin baik hingga film berakhir.

Depth : 5/5
Depth adalah ilusi kedalaman gambar di layar yang membuat para penonton merasa tengah menyaksikan adegan - adegan film tersebut dari balik jendela raksasa atau bahkan merasa ikut terlibat dalam adegan tersebut.
Middle Earth belum pernah terlihat se-wah ini. Dengan teknologi visual effects yang lebih canggih, cinematography luar biasa, dan efek depth yang spektakuler, menyaksikan film ini benar-benar tak terlupakan dan bang for the bucks (bagi orang pelit). Teknologi HFR (high frame rate) yang digunakan Peter Jackson juga berhasil menipu para penonton untuk beberapa saat bahwa mereka benar-benar sedang berada di dunia middle earth.

(untuk pro-kontra mengenai HFR akan dibahas lebih lanjut) 

Pop Out : 1.5/5
Pop Out adalah ilusi gambar yang keluar dari layar. Dan biasanya efek pop - out-lah yang dinanti - nantikan para penonton awam karena unsur hiburannya ataupun karena persepsi mereka terhadap efek 3D adalah gambar keluar layar. Namun, perlu dicatat bahwa pembuatan efek pop out dalam sebuah film bisa dibilang gampang - gampang susah. Dibuat berlebihan, akan menimbulkan gimmick dan membuat film tersebut tampak murahan. Oleh karena itu, dibutuhkan kreatifitas dan perencanaan yang matang agar efek pop out yang dihasilkan tidak terkesan dipaksakan.
Peter Jackson mungkin menganggap kalau efek pop-out dalam film 3D itu hanya untuk unsur fun dan dapat merusak estetika filmnya apabila terlalu dianggap serius. Ya, The Hobbit memang termasuk film high-profile yang dibuat dengan serius oleh sineas yang profesional dan diakui Oscar; demikian pula dengan Hugo dan Life of Pi. Perbedaannya? Martin Scorsese dan Ang Lee tidak takut untuk bereksperimen pada efek pop-out, dan hasilnya bisa kita lihat sendiri. Efek pop-out dalam film mereka sama sekali tidak murahan. Mereka justru berhasil memaksimalkan penggunaan teknologi 3D dengan beragam metode yang kreatif (Ang Lee dengan alternasi aspect ratio; Martin Scorsese dengan pengambilan angle-angle yang dahsyat). 
The Hobbit sendiri sebenarnya memiliki banyak potensi untuk memberi efek pop-out yang elegan (efek air hujan, debu, batu, panah, pedang, cincin terbang--tidak tahu kata yang tepat, dsb). Namun Peter Jackson cenderung menggunakannya pada hal-hal yang lebih bersifat "aksesoris" seperti burung-burung terbang. Itupun hanya beberapa detik dan tidak terasa sampai keluar dari layar.

Health : 5/5
Tidak semua orang tahan ketika menyaksikan film 3D. Ada yang mengalami rasa pusing dan mual seusai menonton film 3D. Sebagai pecinta film dan 3D enthusiast, saya sangat bersyukur tidak dianugrahi "bakat" tersebut. 
 Saya merasa lebih sehat setelah menyaksikan film ini.

Worth It? A MUST SEE IN 3D
The Hobbit An Unexpected Journey memang tidak berhasil melampaui ekspetasi kita dalam hal kualitas efek 3Dnya. Namun, bagi kalian yang benar-benar peduli dengan teknologi terbaru dalam dunia perfilman ataupun menuruti rekomendasi dari Peter Jackson sendiri, menyaksikan The Hobbit dalam format HFR-3D adalah sebuah kewajiban; terlebih lagi dengan harga tiket yang sama dengan versi 2Dnya dan nyaris seluruh XXI sudah ready untuk memutar film ini dalam format HFR 3D. Kurang apa coba?

Note : High Frame Rate hanya tersedia untuk format 3D. Sudah dari pihak Warner Bros-nya sendiri.


You Might Also Like

0 comments

Just do it.