SILENT HILL REVELATION (2012) : KEEP CALM, YOU'RE AT SILENT HILL

12/17/2012 05:06:00 PM



SILENT HILL REVELATION
2012 / Michael J. Bassett / 94 Minutes / US / 2.39:1 Aspect Ratio / Restricted


Sequel dari sebuah film adaptasi game yang tidak sukses baik di box office dan di mata kritikus sebenarnya memang cukup aneh. Akan tetapi, apabila diamati lebih lanjut, Silent Hill mendapat banyak pujian dari para penggemar game-nya karena amat setia dengan penampilan visual dan atmosfir dalam game Silent Hil. Ditambah lagi pemasukkan dari penjualan home video yang cukup besar; semua itu sepertinya sudah dianggap sebagai dorongan yang cukup oleh para produser dan petinggi studio untuk menumpahkan minyak pelumas pada roda produksi sekuel film Silent Hill tersebut. Tanpa kehadiran Christopher Gans di kursi sutradara, apakah sekuel film Silent Hill berhasil menghadirkan konsep dan spirit yang setia pada gamenya seperti pada film pertamanya? 

Welcome back to Silent Hill.

Bersetting sepuluh tahun dari event film pertama, Silent Hill Revelation, sesuai subjudulnya, akhirnya menjawab pertanyaan seputar twist ambigu yang mengakhiri acara tamasya di Silent Hill : apa yang sebenarnya terjadi?

Menginjak usia remaja, Heather (Adelaide Clemens) justru tidak dapat menikmati masa mudanya seperti remaja kebanyakan. Ia sering mendapatkan mimpi buruk dan halusinasi yang terasa begitu nyata (Freddy Krueger?). Ayahnya (Sean Bean) juga sering hidup berpindah-pindah yang mengakibatkan Heather tidak memiliki teman sama sekali. Lambat laun, batas antara mimpi buruk dan kehidupan nyata semakin kabur bagi Heather, apalagi setelah sosok misterius yang selalu membuntutinya dan kehadiran Vincent (Kit Harington), seorang pemuda aneh yang menaruh hati pada Heather. Jawaban atas semua misteri ini tersimpan di satu tempat : Silent Hill.



Hey wait. This isn’t the same Silent Hill that we’ve visited six years ago.

Kisah yang dihadirkan Silent Hill 2 sebenarnya sangat berpotensi untuk menjadikan film ini sebagai salah satu film adaptasi game terbaik dan enjoyable. Pondasi misterinya sudah dibangun dengan baik di awal film, walau tidak dapat dikatakan orisinil. Akan tetapi, proses revelation yang terlalu terburu-buru justru membuat alur film ini kurang dapat dinikmati dan secara tidak langsung berdampak pada menurunnya rasa ketertarikan penonton dengan segala misterinya itu. Twist dan jawaban yang dihadirkan di pertengahan hingga akhir film kebanyakan sudah tidak ampuh lagi untuk membuat penonton terkejut sebagai akibat dari banyaknya kisah yang harus diceritakan di dalam durasi yang tidak sanggup menampung semuanya itu. 

Penulisan naskah yang buruk ini turut mempengaruhi aura misteri yang tidak semencekam dan semenarik dalam film pertamanya. Semuanya berlalu begitu cepat sebelum para penonton sempat untuk meresapi dan terpengaruh secara psikologis atas kengerian bertamasya di Silent Hill.

Tidak hanya itu, dari segi performa, akting para pemain utamanya termasuk kaku dan dangkal. Mungkin hal ini bukanlah sebuah kejutan lagi dalam level film kelas B, akan tetapi karakterisasi yang lemah ini justru berujung pada kegagalan Silent Hill Revelation dalam menghadirkan penyiksaan secara psikologis yang kuat seperti yang dihadirkan oleh game-nya. 

Ekspresi karakter utama kita terlihat sama saja di seluruh adegan; baik ketika mereka di dunia nyata, dikejar monster yang sangat buas, melihat organ manusia diudar-udar, darah bercipratan, dan lain sebagainya, mereka terlihat tidak ketakutan sama sekali (bahkan akting para penonton cewek di bioskop bisa lebih baik dari mereka). 

Cameo dari bintang-bintang tenar juga terkesan sebagai pengisi waktu luang mereka saja, meski sedikit menambah nilai jual Silent Hill (bagi yang mengenal aktor-aktris tersebut). 


Action packed and visually stunning.

Secara keseluruhan, Michael J. Bassett membawa Silent Hill jauh dari visi Christopher Gans. Beliau lebih mengarahkannya ke sisi action dibandingkan horror/thriller seperti dalam film beliau sebelumnya, Solomon Kane, yang penuh adegan aksi dengan set tempat yang kurang lebih mengalir di pembuluh yang sama dengan Silent Hill. 

Dan memang, visual film ini sukses menyelamatkan keterpurukan naskahnya itu. Monster-monster dan set tempat yang dihadirkan benar-benar mirip dengan gamenya. Untuk ukuran film dengan budget $20 million (setengah dari budget film pertama), Silent Hill Revelation berhasil tampil lebih mewah dibandingkan film horror-fantasy berbudget serupa. Hal ini terbukti pada sajian efek visualnya yang meyakinkan dan rentetan adegan aksi intens yang menghibur dari awal hingga akhir.



Overall, silent hill 2 memang tak dapat tampil sebaik film pertamanya, mostly disebabkan oleh durasi singkatnya yang benar-benar melahap habis kualitas dan segala potensi yang dimiliki oleh film ini. Namun, sebagai sekedar hiburan-sambil-lalu bersama teman-teman, Silent Hill Revelation adalah film yang cukup sayang untuk dilewatkan. Bagi yang belum kehilangan rasa pahit di lidah akibat film adaptasi game baru-baru ini, jangan khawatir. Kualitasnya tidak seburuk Resident Evil Retribution. 





You Might Also Like

2 comments

  1. this movie really crap....kgk terasa sama sekali unsur horornya yg mencekam, trus effect 3dnya pun klise bgt ... gw ampe bbrp kali hampir ketiduran dlm bioskop..totally worthless watch in theatre...mending nunggu rilisan brrip nya aja bagi yg blom nonton....IMHO...

    ReplyDelete
  2. Gw nontonnya dengan ekspetasi sangat rendah, jadi lumayan terhibur. haha.
    Tapi dari segi kualitas, film ini memang forgettable abis...

    ReplyDelete

Just do it.