BREAKING DAWN 2 (2012) : THE BEST TWILIGHT FILM EVER MADE
11/25/2012 02:32:00 PM
Sebuah survey pribadi mengatakan kalau 95% Twi-haters akan pergi ke bioskop untuk menyaksikan installment terbaru The Twilight Saga di opening day-nya bersama dengan para Twi-hards. Meski tujuannya berbeda, mereka sama-sama berperan dalam kesuksesan luar biasa The Twilight Saga di jagad box office dunia. Keserakahan kemudian mendorong Summit Entertainment untuk memecah seri terakhir dari salah satu franchise terburuk sepanjang masa ini menjadi dua bagian. Bagian pertama dari Breaking Dawn terkenal atas kegagalannya untuk memberi impresi yang baik karena materi ceritanya yang terbilang dangkal, membosankan, dan lambat. Apakah hal ini juga terjadi di bagian ke duanya?
YES, EVEN YOUR SUFFER.
Obviously, yes. Hal ini sebenarnya sudah terendus dari part pertamanya, di mana sineas peraih Oscar sekaliber Bill Condon ini tidak sanggup untuk menaikkan derajat penutup franchise satu ini di mata twi-haters, twi-neutral, cinephiles, dan kritikus. Dan karena seri ke 4 ini difilmkan secara back-to-back, Breaking Dawn part 2 tidak jauh-jauh dari part 1 : cheesy, membosankan, dengan aksesoris dialog-dialog puitis yang sebenarnya sudah gak musim lagi.
Setelah opening scene yang aneh tapi cukup menarik dengan perubahan typeface serif ke san serif-nya, kisah BD2 ini langsung melanjutkan ending dari BD1. SPOILER ALERT? Bella Cullen (Kristen Stewart) kini sudah menjadi makhluk bermata merah, thanks to racun Edward yang diinjeksi pada menit-menit terakhir menjelang ajalnya. Katanya Edward, Bella is so beautiful sekarang.
Setelah mulut mereka bersentuhan dan saling melumat, Bella mendapati bahwa putrinya, Renesmee tumbuh terlalu cepat. Hanya dalam dua hari, ia sudah terlihat seperti bayi berusia 6 bulan. Volturi pun mencium hal ini dan merencanakan untuk membunuh Renesmee sebelum dia lepas kendali dan membantai seluruh kota Fork. END OF SPOILER?
MORE OF THE SAME, WITH SOME SURPRISES.
Seperti yang sudah dibocorkan oleh trailernya, BD2 akan menyajikan aksi pertarungan epic yang mana sangat kontras dengan apa yang tercetak dalam novelnya (bagi yang membaca). And it really works, at least di 20 menit terakhirnya itu dapat dikatakan benar-benar di luar ekspetasi, bahkan bagi para twi-hards sekalipun. Rombongan karakter-karakter barunya yang diperkenalkan di BD2 juga cukup menarik dengan beragam kekuatan spesial mereka dan perkembangan mitos seputar dunia Vampire yang akhirnya membuat BD2 ini terasa seperti sebuah film fantasy sebagaimana seharusnya.
Akan tetapi, kelebihan di atas hanyalah segelintir poin positif dari BD2 yang terselip di beragam keburukan franchise ini yang senantiasa menjadi momok di installment-installment terbarunya. Para penonton masih harus mendayu-dayu kembali di dalam arus kebosanan yang amat sangat pekat dan pahit layaknya secangkir kopi hitam tanpa gula (ngomong apaan sih?).
Dengan materi cerita yang sebenarnya cukup dirangkum dalam satu film, BD2 kembali mengulang kesalahan yang sama dengan BD1 sebagai korban atas keserakahan Summit Entertainment. Plotnya mengalir sangat datar dan berputar-putar sendiri mengulur waktu dengan beragam trik yang sukses besar membuat para penontonnya bosan.
Parahnya lagi, Summit sama sekali tidak mau memberi dana lebih demi meningkatkan kualitas visual effects film ini yang termasuk buruk untuk ukuran film blockbuster. Yang paling terlihat adalah penampilan Renesmee ketika dalam wujud bayi di mana wajahnya seperti hasil dari render CGI yang kurang baik. Jajaran aktor-aktris utamanya juga tidak terlihat berusaha sedikitpun untuk mengikat perhatian para penonton ke materi cerita selain pada pesona fisik mereka, mulai dari semua keluarga Cullen hingga Jacob sendiri.
VOLTURI ROCKS
Performa gemilang justru datang dari pentolan-pentolan Volturi semacam Michael Sheen dan Dakota Fanning yang berhasil menjadi scene-stealer penetral kegalauan meski hanya tampil dalam beberapa menit saja. Penampilan si Kristen Stewart juga dapat dikatakan sedikit lebih bahagia dan hidup, yang ironisnya baru terjadi ketika karakternya bermetamofosis-tidak-sempurna menjadi undead.
Overall, Bill Condon berhasil menutup saga Twilight ini sedikit di atas harapan para penontonnya. Seri pamungkas ini memang tidak jauh dari installment twilight sebelumnya, tetapi berkat injeksi beberapa formula yang cukup ampuh, Breaking Dawn 2 berhasil mengucapkan selamat tinggal yang manis kepada para fans-nya dan menjadi seri terbaik sekaligus yang paling dapat dinikmati dalam The Twilight Saga.
But, that doesn’t mean it is a GREAT film.
2 comments
hahaha, That's score, looks exactly like what I post :P
ReplyDeleteTapi tetep semua filmnya ditonton semua kan? hahahaha. I feel your pain dude.
ReplyDeleteJust do it.